Kamu pasti banyak memiliki relasi sosial dalam perjalanan kehidupanmu. Dari relasi kerja, masyarakat, agama dan lain sebagainya. Setiap relasi yang kamu punya tentu berbeda-beda karakternya. Hal ini menjawab perihal bahwa manusia itu diciptakan dengan ragam perbedaan.

Sebagian besar relasi pasti memiliki visi yang sama. Tetapi dalam penyikapannya tentu berbeda-beda. Sebagai fitrah manusia, perbedaan harus didudukkan sebagai anugerah yang perlu disyukuri dan dipahami.

Membangun relasi adalah sebuah kewajiban. Karena lagi-lagi manusia tidak bisa berdiri sendiri. Karena perbedaan itu memiliki fungsi untuk saling melengkapi satu sama lain. Oleh karenanya, relasi yang dibangun perlu dijaga dengan baik.

Karena banyak keretakan dalam komunikasi hanya karena sikap dalam menjaga relasi yang kurang tepat. Di bawah ini adalah sebagian upaya dalam menjaga relasi sosial.

1. Memahami karakter lawan komunikasi.

Setiap orang pasti memiliki karakter yang beragam. Karakter itu menjadi tanda bagi siapa pun. Ibarat puzzle harus dipahami bentuknya agar cocok dengan bagian yang lain.

Tidak banyak di antara kita yang mampu memahami karakter masing-masing. Ibarat kata, gajah di pelupuk mata tak terlihat. Namun kuman di seberang sana tampak sangat jelas.

Oleh sebab itu yang perlu dilakukan dalam memahami karakter seseorang adalah dengan menciptakan komunikasi yang baik. Saling terbuka dan tidak mendahulukan ego masing-masing.

2. Tidak mendahulukan ego personal.

Setiap orang pasti memiliki ego. Hal ini membuktikan bahwa manusia memiliki posisi paling mulia dalam rantai makhluk hidup karena memiliki pengetahuan, pun kecakapan untuk berpikir.

Ego lahir dari pengetahuan dan karakter yang dimiliki. Pengetahuan menjadi kunci dari sikap yang harus dipilih nantinya dalam menjalin komunikasi.

Sedangkan karakter, seperti yang dikatakan di atas adalah sebagai penopang dari pengetahuan yang dimiliki. Sehingga memengaruhi terhadap sikap yang diambil.

3. Bersikap terbuka.

Tidak sedikit di antara kita yang memiliki sifat tertutup. Bahkan enggan untuk membuka diri kepada siapa pun. Kadang juga tidak menerima masukan dari orang lain.

Agaknya memang setiap manusia memiliki pembenarannya masing-masing.Tetapi harus diperhatikan bahwa sikap menjadi cermin bagaimana manusia itu seharusnya.

Terbuka kepada siapa pun juga memiliki kelemahan. Semisal mudah dimanfaatkan, mudah dibohongi dan lain sebagainya. Tetapi dengan bersikap terbuka seseorang akan menemukan ruang dalam semua aspek kehidupan.

Semakin longgar diri kita maka semakin luas dan dalam daya tampung kita. Bisa jadi begitulah "manusia ruang" bersikap.

4. Tidak merasa paling bisa.

Hal yang sering muncul dalam setiap relasi sosial adalah merasa benar dan merasa paling bisa. Memang, untuk menjadi orang yang bijaksana sangat sulit. Tetapi paling tidak dengan bersikap rendah hati dan tidak merasa paling lebih dibanding yang lain, maka akan membawa relasi sosial pada sebuah kondisi yang stabil.

5. Tidak mudah menyalahkan orang lain.

Manusia memang tempatnya salah dan lupa. Tetapi apakah selalu begitu? Tentu tidak. Karena manusia dibekali dengan akal dan nurani. Akal sebagai penopang dan nurani sebagai ruang.

Dengan begitu, tidak perlu untuk menyalahkan orang lain ketika mereka salah dan luput dengan targetnya. Karena lebih penting mengevaluasi, apalagi evaluasi diri daripada sibuk menyalahkan orang lain untuk meneguhkan kebenaran sepihak.

Dari beberapa poin di atas, kita bisa menempatkan diri dalam ruang-ruang komunikasi sosial. Menjaga relasi lebih sulit ketimbang menghendaki perpecahan. Kata Tuhan dalam kitab suci-Nya menyatakan bahwa "Jangan bercerai berai" sehingga dari sini dapat kita interpretasikan bahwa perlu adanya sistem komunikasi sosial dengan menjaga hubungan baik dengan siapa pun.

Dengan bagitu untuk menjaga relasi yang sudah dimiliki perlu adanya sikap menarik diri lalu mengevaluasinya sedetail mungkin. Karena tidak ada salahnya introspeksi diri. Semakin sering introspeksi, maka semakin dalam daya rasa kita, daya perasa kita. Semoga kita semua selalu dijaga oleh alam semesta.