Meskipun sudah berhemat, terkadang setelah menikah bukannya makin bertambah rezekinya tapi pendapatan malah makin habis untuk biaya ini itu. Akhirnya sering kali timbul keributan dengan pasangan gara-gara masalah keuangan. Lalu, di mana kesalahan keuangan dalam kasus tersebut?
Cerita di atas hanya beberapa masalah yang timbul dari pasangan muda yang baru menikah. Sering kali terjadi besar pasak daripada tiang walaupun sudah mati-matian berhemat. Berikut ini beberapa penyebab yang sering diabaikan oleh pasangan yang akan menikah.
1. Membeli rumah di luar budget.

Ada kalanya pihak orang tua wanita menuntut calon suami memiliki rumah sesuai kriteria mereka. “Saya nggak mau rumah di dalam gang kecil” atau “Saya maunya rumah di daerah perumahan” pun “Saya nggak mau rumah yang bekas tapi harus baru”, lalu si calon suami terpaksa menuruti kemauan calon mertua.
Sebenarnya tidak menjadi masalah bila sebagai calon suami mengatakan sejujurnya jika budget untuk membeli rumah tidak bisa memenuhi kriteria calon mertua. Katakanlah budget kamu hanya bisa membeli rumah segini, nanti bila ada rejeki lebih bisa pindah ke tempat baru yang lebih baik.
Kalau kamu menuruti calon mertua, apalagi bila ditawari pinjaman dari mereka, maka kelak keuanganmu sebagaian besar dihabiskan untuk melunasi hutang rumah, bukan untuk keperluan keluargamu.
2. Menikah dengan pesta.
Misalnya untuk menikah dengan pesta besar kira-kira kamu harus mengeluarkan budget Rp100 juta dan untuk pesta biasa hanya perlu budget Rp50 juta (perkiraan di daerah Jakarta ). Coba bayangkan seandainya uang tersebut bisa dialokasikan untuk keperluan misalnya program hamil istrimu nanti atau diinvestasikan pada hal yang bisa menguntungkanmu di masa depan. Jadi bicarakanlah dengan keluargamu dan calon pasangan mengenai bagaimana bila memlilih nikah secara sederhana dengan budget yang lebih hemat dari pesta besar.
3. Lokasi rumah jauh dari lokasi kantor.

Kesalahan memilih lokasi rumah untuk tempat tinggal di mana jauh dari lokasi kerja bisa menimbulkan biaya transport yang mahal. Misal kamu naik motor ke lokasi kerja yang memakan waktu 1 jam 30 menit. Kamu harus mengeluarkan biaya ekstra untuk bensin, oli, ban yang cepat botak, service motor, belum lagi semakin jauh perjalanan semakin besar risikonya. Nah, jangan pernah tergiur oleh harga rumah murah tapi ternyata bikin biaya transport mahal.
4. Pasangan atau calon mertua memiliki standar tinggi.

Kenali keluarga pasanganmu baik-baik, termasuk gaya hidup mereka. Sebisa mungkin menikahlah dengan pasangan yang satu level denganmu, khususnya bagi kaum pria. Mertua bisa saja menekankan standar hidup di luar kemampuanmu. Melihatmu hanya naik motor bisa saja kamu disuruh beli mobil karena melihat anak perempuannya kepanasan atau kehujanan, padahal kamu sedang mencicil rumah.
Jangan khawatir, bila jujur mengutarakan kondisi keuanganmu pada calon mertua, orang tua yang bijak tentu akan memberikan solusi baik bila mereka melihatmu memang kompeten dan baik untuk anak perempuannya. Bilamana calon mertuamu tidak mau tahu dengan kondisi keuanganmu, maka pikirkan hubungan kamu selanjutnya apakah akan melanjutkan atau putus di sini. Sebab masalah keuangan merupakan salah satu pemicu besar penyebab perceraian.
Dari beberapa pengalaman teman yang sudah menikah yang mana bisa membeli mobil dan membiayai sampai punyai anak, mereka tidak membeli rumah melaikan tinggal bersama dengan orang tua, baik dari pihak wanita ataupun pihak pria. Sehingga mereka bisa menghemat biaya pembelian rumah. Kembali lagi, semua keputusan tentu memiliki risikonya masing-masing.