Penggemar anime pasti tahu atau pernah membaca soal Kimetsu no Yaiba alias Demon Slayer untuk versi internasionalnya. Cosplayer juga sudah sering melakukan photo sessions berdasarkan anime ini; baik dalam format asli maupun modifikasi.

2 Faktor di balik kesuksesan film anime Demon Slayer

Foto: Facebook Nina Yin Kazama

Demon Slayer berawal dari manga Jepang berjudul sama yang ditulis serta digambar sendiri oleh Koyoharu Gotoge, dimulai sejak Februari 2016 hingga berakhir Mei 2020. Kimetsu no Yaiba (jika diartikan dalam Bahasa Indonesia kira-kira berarti Pedang Penghancur Siluman) menceritakan perjalanan bocah lelaki Tanjiro Kamado setelah keluarganya dibantai oleh siluman.

Mimpi buruk tersebut diperparah dengan berubahnya adik perempuan Tanjiro, Nezuko, menjadi siluman akibat perbuatan pembantai keluarganya itu. Dalam perjalanan Tanjiro berusaha memusnahkan kutukan yang diderita adik perempuannya sambil mencari dan membalaskan dendam. Nezuko sendiri, walau sudah berubah jadi siluman, masih memiliki sedikit rasa kemanusiaan dan berusaha agar tidak berubah total dan kehilangan kemanusiaanya. Mereka berdua melakukan perjalanan unik karena Nezuko tidak boleh terkena sinar matahari; jika itu terjadi maka dia akan musnah. Karena itulah Tanjiro membawa adiknya di dalam tas besar yang dia panggul ke mana pun dia pergi.

2 Faktor di balik kesuksesan film anime Demon Slayer

Foto: Reddit

2 Faktor di balik kesuksesan film anime Demon Slayer

Foto: Kahotan

Konsep dan desain Demon Slayer sebenarnya tidak terlalu baru dan revolusioner, tapi Gotoge-sensei berhasil meracik formula-formula tersebut jadi menarik. Salah satu yang tentu saja paling unik adalah desain Nezuko yang terkadang imut dan terkadang seram/brutal karena faktor darah siluman yang dia derita.

Dengan penjepit dari bambu di mulutnya (mencegah Nezuko menggigit dan menularkan darah siluman kutukan di dalam tubuh dia) serta pakaian tradisional Jepang menjadikan desain Nezuko ini keren dan menarik. Sudah tidak terhitung berapa banyak cosplayer, baik lokal Indonesia maupun internasional, yang ber-cosplay karakter Nezuko ini.

2 Faktor di balik kesuksesan film anime Demon Slayer

Foto: The Nerd Mag

Sukses di komik diteruskan ke anime. Perlu diingat kalau manga/komik Demon Slayer sudah berakhir alias tamat, namun animenya masih jauh dari situasi tamat karena baru dibuat satu season dengan 26 episode; tayang April hingga September 2019 di berbagai negara (di Jepang sendiri ditayangkan di stasiun TV Tokyo MX). Season satu anime Demon Slayer tentu saja memiliki 'cliffhanger ending' alias tamat menggantung dan jelas direncanakan untuk disambung di season berikutnya.

Pihak kreator dan penerbit Demon Slayer sepertinya sudah punya proyeksi jangka panjang karena setelah episode terakhir season 1 berakhir mereka memberikan cuplikan adegan film anime Demon Slayer. Dan pada tahun 2020 ini, film anime tadi benar-benar ditayangkan di Jepang di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.

Mungkin sedikit di luar dugaan, film anime Gekijo-ban Kimetsu no Yaiba: Mugen Ressha-hen (Demon Slayer: Mugen Train) meledak sukses. Bahkan mungkin bisa dibilang melebihi harapan karena dalam waktu hanya sepuluh hari penayangan di bioskop-bioskop Jepang mampu menghasilkan pendapatan sampai $ 150 juta (10 miliar Yen dalam mata uang Jepang atau sekitar 1,4 triliun dalam Rupiah). Angka luar biasa, kan? Terutama di masa pandemi seperti sekarang. Sehingga film anime yang merupakan sambungan langsung season satu TV anime Demon Slayer ini terbukti tidak terpengaruh kondisi seperti pandemi dan resesi.

Menurut saya setidaknya ada dua faktor mengapa film anime Demon Slayer begitu sukses.

Pertama karena orang Jepang (dan sepertinya di berbagai negara lain) saat ini sangat haus hiburan setelah berbulan-bulan dalam kondisi Covid-19. Mobilitas yang dibatasi karena pandemi, hiburan khas Jepang seperti pertunjukan Geisha ditiadakan, pembatalan Olimpiade Musim Panas, serta event hiburan rutin seperti festival kembang api musim panas memengaruhi kondisi psikis rakyat. Kebutuhan hiburan seperti menonton bioskop jadi lebih besar dibanding masa sebelum pandemi sehingga saat film anime Kimetsu no Yaiba ternyata ditayangkan di bioskop, warga Jepang berbondong-bondong pergi nonton; tentu setelah pemerintah setempat memberikan izin dan warga mematuhi protokol kesehatan yang ketat.

Faktor lainnya tentu karena ini adalah produk dalam negeri. Antusiasme serupa mungkin tidak akan terjadi jika bukan film (anime) buatan Jepang sendiri yang ditayangkan. Rasa nasionalisme warga Jepang akan produk buatan dalam negeri sangat besar dan ini sudah sering terlihat. Dengan jumlah penonton yang hampir 8 juta orang (dan sudah pasti akan bertambah karena film anime ini baru ditayangkan sepuluh hari saja) di 403 layar bioskop (termasuk 38 layar IMAX) jelas menunjukkan dukungan warga untuk film anime Demon Slayer buatan Studio Ufotable dengan sutradara Haruo Sotozaki sangat besar. Beberapa prediksi malah mengatakan film anime ini akan mengalahkan pemegang rekor film anime sebelumnya, Spirited Away karya Hayao Miyazaki dan Studio Ghibli, sebagai film anime terlaris sepanjang masa di Jepang. Melihat antusiasme warga sepanjang 10 hari sebelumnya, hal ini sangat mungkin terjadi.

Apakah film anime Demon Slayer: Mugen Train juga akan masuk dan jadi trending di Indonesia? Mungkin saja! Ada banyak fans anime Indonesia yang berharap film anime ini ditayangkan di bioskop Indonesia. Tapi saya sedikit tidak yakin, berhubung Covid-19 masih jadi faktor kunci. Dan kalaupun masuk, apakah film anime Kimetsu no Yaiba ini akan menghasilkan banyak penonton mengingat anime masih mendapatkan stempel tontonan bocah di kalangan masyarakat awam Indonesia? Kita lihat saja ke depannya bagaimana.