Brilio.net -
Di antara kamu pasti punya teman 'playboy'. Cowok playboy biasanya merasa punya kuasa terhadap cewek. Nah, menurut studi ternyata cowok playboy mengalami risiko lebih tinggi dalam masalah kesehatan mental. Berdasarkan analisis dari 74 studi yang dilakukan antara tahun 2003 dan 2013, seksisme merujuk kepada maskulinitas yang sering disebut 'pandangan tradisional'. Penelitian ini mencakup hampir 19.500 peserta pria berkulit putih.

Penelitian ini merujuk kepada "Melihat ekspektasi tentang apa artinya menjadi maskulin, dan bagaimana hubungannya dengan kesehatan mental seorang pria," jelas Y. Joel Wong seperti dikutip brilio.net dari health.usnews.com, Rabu (23/11).

"Apa yang kami temukan sejauh ini adalah kebanyakan pria yang maskulin ternyata kesehatan mentalnya miris, dan kemungkinan kecil mereka untuk mencari layanan kesehatan mental," terang Wong. Wong adalah seorang profesor konseling dan pendidikan psikologi di Universitas Bloomington Indiana.

Tim Wong fokus pada data mengenai 11 tipe yang disebut 'norma maskulin', termasuk keinginan untuk menang, untuk mempertahankan kontrol emosional, mengambil risiko, terlibat dalam kekerasan, mengerahkan perilaku dominan, gaya hidup playboy, menjadi mandiri, kekuasaan atas wanita, memandang rendah homoseksual, dan mengejar status.

Para peneliti akhirnya menemukan bahwa pria yang mematuhi 'norma maskulin' umumnya mengalami kesehatan mental yang buruk, termasuk depresi, stres, dan kesulitan dalam bersosialisasi dengan orang lain. Terlebih lagi, analisis mengungkapkan, hanya empat dari norma-norma maskulin yang benar-benar signifikan terkait dengan kesehatan mental yang buruk. Termasuk di antaranya ialah mempertahankan kontrol emosi, perilaku playboy, kemandirian, dan kekuasaan atas wanita.

Wong juga mengamati bahwa norma maskulin lebih terkait dengan rasa kesepian, permusuhan atau mengalami masalah dalam bersosial daripada risiko depresi. Tim peneliti juga memperingatkan, bahwa apa yang mereka amati adalah asosiasi, bukan sebab-akibat antara norma maskulin dan minimnya kesejateraan psikologis.