Brilio.net - Traveling memang obat yang mujarab untuk meredakan di tengah-tengah kesibukan dan rutinitas. Apalagi bepergian ke tempat yang jauh dari rumah. Pasti memberikan pengalaman yang seru dan tentu saja menantang. Lumayan kan banyak foto yang bisa menjadi koleksi di Instagram?

Meskipun begitu, sebaiknya jangan melakukan traveling terlalu sering. Hal ini bisa membahayakan kejiwaan kamu, sebagaimana dikutip brilio.net dari Science Daily, Jumat (7/8).

Sebuah penelitian dari dua institusi Swedia, University of Surrey dan Lund University mengungkap adanya "sisi gelap" bagi mereka yang hobi melakukan traveling. Meskipun begitu, efeknya tidak secara langsung dirasakan melainkan dalam jangka panjang. Apalagi mereka yang sering memilih jalur udara sebagai akomodasi utama, hal ini efeknya juga semakin parah.

Sang peneliti, Scott Cohen mengungkap bahwa efek traveling yang berlebihan bisa mengakibatkan stres tingkat tinggi, kesepian, dan juga kesehatan fisiknya terganggu. Hal ini terjadi karena kurangnya durasi tidur saat dalam perjalanan. Bagi mereka yang sering traveling ke luar negeri, jet lag juga bisa memengaruhi kesehatannya.

Scott juga menambahkan adanya fenoma "pamer" di dunia maya. Sebagai contohnya adalah "check in" dan membagikan foto-foto destinasi traveling. Hal inilah yang menyebabkan orang-orang berlomba-lomba untuk traveling lagi dan lagi. Alhasil, hal ini tidak bagus untuk kesehatan mentalnya.

Selain itu, traveling terlalu sering juga bisa memengaruhi hubungan keluarga dan percintaan. Bahkan mereka bisa merasakan benar-benar terpisah dengan keluarga dan masyarakat sekitar. Jadi, jika kamu ingin traveling, ada baiknya untuk dipikirkan lagi agar lebih bijak dan tidak berlebihan.