Brilio.net - Merencanakan berlibur ke negeri orang pasti membuatmu heboh sendiri. Apalagi kalau kamu belum pernah sama sekali menginjakkan kaki di luar negeri, rasanya grogi dan penuh perhitungan. Buat kamu yang cewek pasti ada juga sensasi takut yang menyelinap.

Rasa khawatir semacam itu juga sempat menyelimuti perasaan Faras Noer Anniza, mahasiswa S1 Biologi UGM, saat hendak berlibur di Thailand. Untuk menutup kekhawatirannya, gadis imut yang sering dipanggil Faras ini mengajak saudaranya untuk ikut serta dengannya.

Awalnya, saudaranya mengiyakan. Sayangnya ketika tiket sudah di tangan, saudaranya mendadak membatalkan keikutsertaannya. "Mau batal ke Thailand tapi tiket udah dibeli. Ya mau nggak mau tetep pergi deh ke Thailand. Nekat aja pergi sendirian," kata Faras sembari mengingat masa lalu.

Pergi sendirian ke Thailand membuatnya mau tak mau harus selalu memutar otak, tak bisa hanya bersenang-senang semata. Ide gilanya muncul ketika dia tahu mayoritas orang Thailand tak bisa berbahasa Inggris. Faras menuliskan alamat hotelnya di suatu kertas dan kemudian meminta resepsionis hotel menuliskan alamat tersebut besar-besar dalam aksara Thailand. Tulisan Thailand itulah yang disodor-sodorkan ke orang ketika Faras nyasar.

Keberanian Faras juga terasah karena traveling sendirian. "Pernah ada yang godain aku, sendirian aja mbak. Terus diajak ikut naik ke mobilnya. Tapi aku nggak panik. Aku langsung jawab deh, aku nggak sendiri tu keluargaku ada di sana," kata gadis berjilbab itu pada brilio.net, Kamis (14/5).

Untuk bisa memutari Thailand, Faras lebih memilih naik taksi dari pada angkutan umum lainnya. Alasannya karena bila hendak naik bis atau kereta, Faras harus berjalan dulu menuju tempat pemberhentian yang menurutnya kurang aman untuknya yang seorang diri. "Gara-gara naik taksi sendirian, sopir taksinya jadi kasihan. Terus nawarin diri buat jadi pemandu wisata. Bayarnya sangat murah, jauh di bawah tarif pemandu wisata yang umum," katanya lagi.

Pengalaman seru lainnya adalah ketika dompetnya jatuh di Pasar Tradisional Chatucak. Awalnya Faras mengira dompetnya kecopetan karena pasar sangat ramai. Saat itu Faras sangat panik dan langsung berpikir pendek, meminta tukar baju mahal yang sudah dia beli dengan baju lainnya yang harganya lebih murah. "Mungkin karena lihat mukaku yang uda melas banget ya, makanya dibolehin tuker. Uang kembaliannya cukup banget buat pulang ke hotel dan pergi ke bandara," ungkapnya. Faras tak menyangka kalau dompetnya itu jatuh, bukan kecopetan.

Untungnya orang Thailand begitu baik hati. "Si pemilik toko duduk di depan toko, terus dompetnya ditaruh tepat di depan kakinya biar bisa dilihat orang yang lewat. Bersyukur deh aku bisa lihat dompet itu dan akhirnya kembali ke aku tanpa ada uang yang berkurang sedikitpun," cerita Faras sambil menghela nafas.

Kejadian-kejadian yang sempat membuat jantungnya berdetak kencang ternyata tak membuatnya kapok traveling ke luar negeri. Faras malah ketagihan berjalan-jalan sendirian. Setelah Thailand, Faras terus berkelana hingga China dan Eropa. Tahun ini pun Faras berencana traveling ke Jepang dan Korea.