Brilio.net - Banyak cara dilakukan perempuan saat merayakan International Women’s Day yang jatuh setiap 8 Maret. Cara cukup unik dilakukan sejumlah perempuan tangguh dengan tampilan stylish dan elegan. Mereka memilih berkeliling Jakarta sambil mengendarai motor Royal Enfield di pagi hari.

Gaya para rider perempuan dengan raungan motor Royal Enfield ini tampil gagah. Tak heran jika mereka mencuri perhatian. Serunya lagi, para perempuan ini berasal dari generasi, latar belakang, serta minat yang berbeda. Mereka semua dipersatukan oleh passion yang sama, yakni pure riding, menikmati pengalaman berkendara motor sejati. 

4 Perempuan moge © 2021 brilio.net

Penampilan mereka makin membuktikan bahwa motor bukan milik kaum pria saja. Terbukti, para perempuan ini mampu memacu adrenalin saat menarik gas motor. Sudah begitu motor yang digunakan adalah Royal Enfield, pemimpin global di segmen sepeda motor ukuran menengah (250-750cc).  

“Di Indonesia, kami melihat semakin banyak pengendara perempuan memilih Royal Enfield karena desain motor yang stylish, klasik, serta kemudi yang mudah dikendalikan. Menariknya, motor kami juga sangat mudah dikustomisasi, sehingga setiap pengendara bisa menyesuaikan ukuran, ketinggian, hingga tampilan motor sesuai dengan preferensi mereka,” ujar Vimal Sumbly, Head of International Business APAC, Royal Enfield.

Nah berikut empat  perempuan tangguh yang merayakan International Women’s Day dengan kegiatan riding yang identik dengan dunia maskulin.

1. Pramita Dina Kesuma, ibu rumah tangga

4 Perempuan moge © 2021 brilio.net

Jangan terkecoh dengan tampilan tubuhnya yang mungil. Nyatanya, Pramita (Mita) sudah khatam mengendarai motor gede (moge) sejak 30 tahun lalu. Motor favoritnya adalah motor berpenampilan klasik, tanpa perlu cc besar seperti Royal Enfield Classic.

Mita beberapa kali mengikuti riding dengan sesama pengendara perempuan dan komunitas motornya, bahkan hingga ke Dieng dan Bali. Ia memberikan pesan untuk para pengendara perempuan pemula yang ingin menjajal moge.

“Untuk persiapan touring jarak jauh, yang terpenting adalah gunakan helm, sarung tangan, sepatu, jaket, celana khusus riding, serta protector. Tidak perlu malu kalau memang hobi riding, lakukan saja apa yang kita mau selama positif, asal bukan untuk kebut-kebutan atau ugal-ugalan,” ungkap Mita.

2. Johana Krisna Murti, co-founder Aksara Jiva

4 Perempuan moge © 2021 brilio.net

Kecintaan Johana terhadap riding berawal dari melihat ayahnya yang selalu mengutak-atik motor di garasi. Menurutnya, riding itu ibarat terapi jiwa, apalagi karena ia sangat menyukai kegiatan ber-adrenalin tinggi.

Salah satu momen riding favoritnya adalah ke Bali. Saat itu, Jo melakukan solo riding, dan mendapatkan banyak sekali kebaikan tak terduga dari orang-orang yang ditemuinya sepanjang perjalanan, mulai dari penjual es kelapa, pemilik warung, hingga polisi. Jo paling menyenangi Royal Enfield Himalayan karena terlihat gagah, jago blusukan, dan nyaman dikendarai.

“Motor Royal Enfield Himalayan lebih slim dibandingkan motor dengan cc sekelasnya, sehingga lebih cocok untuk perempuan dibandingkan dengan motor adventure. Saya menyukai motor ini karena pada dasarnya saya adalah adrenaline-junkie dan orang yang sangat suka petualangan,” ungkap perempuan yang mulai riding sejak SMP ini.

3. Siti Riskiani Herlaksitta (Sitta), wirausaha

4 Perempuan moge © 2021 brilio.net

Tidak hanya genetik saja yang bisa diturunkan, kecintaan pada moge pun bisa diturunkan kepada anak. Hal inilah yang dialami Sitta. Ia dulunya kerap diajak riding sang ayah. Hingga akhirnya ia membeli Royal Enfield dan melakukan touring bapak-anak ke Pangandaran. Sitta paling suka dengan tampilan motor klasik dan timeless. 

“Setiap kali riding, saya selalu teringat dengan almarhum Bapak. Ada kata-kata beliau yang masih terkenang sampai sekarang, katanya kalau naik motor classic jangan kencang-kencang, karena justru motor itu yang menarik biar dilihat sama orang hahaha,” ungkap Sitta.

4. Cassandra Gautama, wirausaha dan fotografer profesional 

4 Perempuan moge © 2021 brilio.net

Bagi Cassandra, pengalaman mengendarai motor selalu lebih seru, karena riding bisa membangkitkan adrenalin. Konvoi bersama teman-teman terasa mengasyikkan karena lebih ramai, tapi ia pun menyukai sensasi berkendara sendiri, karena terasa refreshing, ibarat menyendiri dari hiruk pikuk dan rutinitas.

“Stigma bahwa motor itu cuma buat laki-laki harus dihapus. Zaman sekarang perempuan punya mobilitas tinggi, berhak juga untuk punya komunitas motor sendiri. Tapi, yang penting mentalnya harus siap dan gear-nya juga harus pilih yang fungsional dan cocok dengan kebutuhan masing-masing,” ungkapnya.