Ghibah adalah membicarakan orang lain © 2022 berbagai sumber

foto: freepik.com

Berdasarkan buku yang berjudul "Misteri Lisan" yang ditulis oleh Ahmad Anwar, ghibah secara etimologi berarti tidak kelihatan atau ghaib. Sedangkan, menurut terminologi syariat, ghibah adalah kamu menyebut saudaramu dengan sesuatu yang tidak disenanginya.

Selain itu, ada definisi ghibah yang disebutkan oleh Rasulullah, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:

"Tahukah engkau apa itu ghibah?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Ia berkata, "Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain." Beliau ditanya, "Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?" Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya." (HR. Muslim).

Imam Nawawi juga ikut menjelaskan bahwa ghibah adalah menyebutkan kejelekan oeang lain di saar ia tak ada saat pembicaraan. (Syarh Shahih Muslim, 16:129).

Dalam Al Adzkar, Imam Nawawi menyebutkan, "Ghibah adalah sesuatu yang amat jelek, namun tersebar di khalayak ramai. Yang bisa selamat dari tergelincirnya lisan seperti ini hanyalah sedikit. Ghibah memang membicarakan sesuatu yang ada pada orang lain, namun yang diceritakan adalah sesuatu yang ia tidak suka untuk diperdengarkan pada orang lain.

Sesuatu yang diceritakan bisa jadi pada badan, agama, dunia, diri, akhlak, bentuk fisik, harta, anak, orang tua, istri, pembantu, budak, pakaian, cara jalan, gerak-gerik, wajah berseri, kebodohan, wajah cemberutnya, kefasihan lidah, atau segala hal yang berkaitan dengannya. Cara ghibah bisa jadi melalui lisan, tulisan, isyarat, atau bermain isyarat dengan mata, tangan, kepala atau semisal itu."