Brilio.net - Ada yang menarik saat pembukaan pameran pendidikan tinggi Inggris yang digelar British Council, akhir pekan lalu. Duta Besar (Dubes) Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste Moazzam Malik membuka acara pameran menggunakan Bahasa Indonesia. Cara bertuturnya sangat fasih. “Ini yang paling saya suka, memukul gong,” kata Moazzam saat hendak membuka pameran.

Wajar jika pria keturunan Pakistan yang lahir dan besar di London ini begitu fasih berbahasa Indonesia. Sebelum resmi bertugas di Indonesia, Dubes Inggris pertama yang beragama Islam ini belajar bahasa Indonesia selama enam bulan. Lima bulan di London dan satu bulan di Yogyakarta.

“Saya tinggal di Jogja selama satu bulan sebelum bertugas resmi di Jakarta. Saya ke Jogja khusus untuk belajar Bahasa Indonesia,” kata Moazzam kepada brilio.net.

Moazzam Malik © 2016 brilio.net

Mukul gong, salah satu momen yang paling disuka Pak Dubes ini (foto: brilio.net/yani andryansyah)

Selama di Jogja, Moazzam belajar di Wisma Bahasa yang letaknya tak jauh dari Universitas Sanata Dharma. Uniknya, meski sebagai seorang diplomat, Moazzam memilih ngekos. Sudah mirip mahasiswa ya.

Dia merasa senang bisa belajar di Wisma Bahasa karena pengajarnya punya pengalaman mumpuni untuk mengajar orang asing seperti dirinya. Selama di Jogja, Moazzam juga selalu menyempatkan berkeliling kota, naik TransJogja. Kadang naik becak. “Saya juga sering ngobrol dengan orang lokal dan itu menjadi cara belajar juga,” sambungnya.

Selain itu, pria yang pernah menjabat di Badan Penasihat untuk UK All Party Parliamentary Group ini sangat suka dengan aneka kuliner khas Jogja, khususnya gudeg dan lotek. “Saya suka lotek yang mirip gado-gado itu ya, enak,” kata pria yang resmi bertugas di Indonesia sejak Oktober 2014 itu.

Moazzam Malik © 2016 brilio.net

Selama di Jogja paling suka makan gudeg dan lotek (foto: brilio.net/yani andryansyah)


Ayah tiga anak ini juga sering berkunjung ke tempat-tempat budaya di Jogja. Karena Jogja adalah salah satu pusat pendidikan tinggi di Indonesia, tak heran jika menjadi tempat bertemunya mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia seperti Papua, Flores, Sumatera, Kalimantan. Hal itu menjadi jendela bagi Moazzam untuk mengerti sedikit lebih dalam tentang kebudayaan Indonesia.

“Pemerintah Inggris memilih Jogja karena ada beberapa pusat bahasa yang sangat bagus, masyarakatnya sopan. Jogja adalah kota yang menarik untuk studi tentang kebudayaan Indonesia. Jogja menjadi salah satu kota favorit saya di Indonesia.” katanya.

Selain belajar tentang Indonesia, Moazzam juga menilai kehidupan beragama di Indonesia yang beragam ini bisa menjadi contoh. Indonesia sebagai salah satu negara muslim terbesar di dunia, kata Moazzam, kehidupan masyarakatnya lebih toleran.

Moazzam Malik © 2016 brilio.net

Sengaja datang ke Jogja hanya untuk belajar bahasa Indonesia (brilio.net/yani andryansyah)

“Pemerintah Indonesia dan lembaga-lembaga Islam di sini harus terus mempertahankan perdamaian dan keberagaman, toleransi, dan pluralisme. Itu sangat penting,” tegasnya.

Ada banyak hal, kata Moazzam, yang bisa dipelajari dari pengalaman beragama di Indonesia. Ia pun berusaha menciptakan kerja sama antara lembaga-lembaga Islam Inggris dengan mitra-mitranya di Indonesia.