Brilio.net - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menepis isu kerenggangan hubungan dengan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan. Ia menegaskan bahwa tidak ada masalah pribadi maupun profesional antara keduanya.

Pernyataan tersebut disampaikan Purbaya usai Sidang Kabinet Paripurna yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Jakarta, pada Senin (20/10). Isu tak sedap itu mencuat setelah publik menyoroti momen ketika dirinya dan Luhut tampak tak saling menyapa selama sidang berlangsung.

“Hubungan saya dengan beliau (Luhut) baik-baik saja, tidak ada masalah apa pun,” kata Purbaya kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (21/10).

Purbaya menjelaskan bahwa posisi duduknya yang berjauhan dengan Luhut menjadi alasan keduanya tidak sempat berinteraksi. Di antara mereka, terdapat kursi Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.

“Kan duduknya jauh, masa saya harus panggil ‘Pak Luhut, Pak Luhut’ dari jauh,” ujarnya sambil tertawa, seperti dikutip brilio.net dari Liputan6.com, Selasa (21/10)

Sebelumnya, hubungan Purbaya dan Luhut sempat menjadi sorotan publik usai perbedaan pandangan terkait rencana pembentukan Family Office di Indonesia.

Dalam kesempatan terpisah, Luhut menegaskan bahwa inisiatif pembentukan Family Office tidak menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Menurutnya, program ini murni bertujuan menciptakan ekosistem investasi yang kompetitif untuk menarik investor asing.

“Kita harus bersahabat dengan investasi asing agar ekosistemnya berjalan baik. Family Office itu tidak ada urusannya dengan APBN,” ujar Luhut dalam acara “1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran” di Jakarta, Kamis (16/10).

Ia juga menilai bahwa perbedaan pernyataan antara dirinya dan Purbaya hanya merupakan salah paham. “Sebenarnya enggak ada yang perlu diperdebatkan. Tujuannya agar dana asing maupun lokal bisa ditempatkan di Indonesia dengan insentif pajak yang lebih menarik,” jelas Luhut.

Luhut menambahkan, ide Family Office terinspirasi dari negara-negara seperti Singapura, Hong Kong, dan Abu Dhabi yang sukses menarik dana pribadi para miliarder dunia. Dengan skema serupa, ia berharap Indonesia dapat menjadi pusat pengelolaan aset internasional yang kompetitif.

“Kalau di Singapura bisa, kenapa di Indonesia tidak? Proyek kita banyak, peluangnya besar. Jadi wajar kalau kita ingin menarik investasi ke dalam negeri,” tegasnya.