Brilio.net - Pemerintahan Joko Widodo gencar membangun sederet ruas tol di Indonesia. Proyek tersebut mendapat perhatian dari banyak kalangan. Tak sedikit orang mengapresiasi namun beberapa di antaranya tak luput memberikan kritikan.

Kritik terhadap proyek tol pun didengar oleh Presiden Joko Widodo. Saat menghadiri acara Temu Silaturahmi Paguyuban Pengusaha Jawa Tengah dengan Calon Presiden RI Periode 2019-2024, di MG Setos, Semarang, Joko Widodo menanggapi terkait kritik proyek tol di masa pemerintahannya.  Calon Presiden nomor urut 01 ini menyebut pengkritik proyek infrastruktur khususnya jalan tol sebagai orang yang tidak memahami teori ekonomi makro.

"Silakan ada orang ngomong kepada saya, pak kita enggak mau makan jalan tol. Ya kalau enggak ngerti teori ekonomi makro sulit saya menjelaskan," kata Jokowi yang brilio.net lansir dari Antara pada Minggu (3/2).

Jokowi menambahkan bahwa orang yang terlanjur benci atau tidak senang akan sulit menerima kebijakan apapun. Bahkan, untuk menerima penjelasan saja sulit untuk dilakukan.

"Kalau memang benci dan enggak senang, dijelaskan kayak apa ya enggak nyambung," katanya. Di hadapan sekitar 1.500 pengusaha dari berbagai wilayah di Jawa Tengah itu, Jokowi menceritakan soal jalan tol, dimana pada 1978 Indonesia memulai pembangunan jalan tol Jagorawi sepanjang kurang lebih 50 km. "Negara lain melihat kita semuanya. Malaysia lihat jalan tol apa sih, manajemennya seperti apa, konstruksinya seperti apa, kelolanya seperti apa. Pada nengok, Malaysia lihat, Thailand lihat, Vietnam lihat, China lihat, Filipina lihat. Lihat semuanya," katanya.

Jokowi menyebut setelah 40 tahun sampai 2014, Indonesia baru membangun sepanjang 780 km. Jokowi menilai perkembangan pembangunan tersebut masih lambat. Sampai akhir tahun 2019, tim Jokowi mencatat akan membangun jalan tol hingga 1.854 km.

Jokowi meminta semuanya untuk melihat Tiongkok yang dalam periode singkat mampu membangun jalan 280.000 km. Ia menambahkan, jika proyek infrastruktur telah rampung maka langkah selanjutnya adalah pembangunan SDM secara besar-besaran.

"Jangan sampai kalau yang infrastruktur kita bangun tapi SDM-nya tidak, kita akan masuk pada jebakan 'middle income trap'. Berbahaya sekali," ungkap Jokowi.