Mahasiswi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dikenal dengan inisial SSS baru-baru ini menjadi sorotan setelah mengunggah meme yang memperlihatkan Presiden Prabowo Subianto dan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pose berciuman. Setelah penangkapannya, SSS mengungkapkan permohonan maaf dan rasa terima kasihnya setelah mendapatkan penangguhan penahanan.

Kuasa hukum SSS, Khaerudin Hamid Ali Sulaiman, menyampaikan permohonan maaf tersebut di Mabes Polri, Jakarta Selatan, pada malam hari Minggu, 11 Mei 2025. "Kami dan klien kami meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prabowo dan juga Bapak Jokowi atas perilaku klien kami yang mengunggah dan membuat kegaduhan," ungkap Khaerudin.

Selain itu, Khaerudin juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang telah mengabulkan permohonan penangguhan penahanan SSS. "Kami berterima kasih kepada Bapak Prabowo Subianto dan mantan Presiden Bapak Joko Widodo," tambahnya.

SSS berencana untuk menjalani pembinaan setelah insiden ini. "Kami berharap klien kami akan mendapatkan pembinaan, baik dari orang tua maupun dari kampusnya," kata Khaerudin menandaskan.

SSS sebelumnya telah ditetapkan sebagai tersangka karena unggahan meme tersebut, yang diduga melanggar Undang-Undang ITE dengan ancaman hukuman enam tahun penjara. Penangkapan ini memicu banyak reaksi, termasuk kritik dari Amnesty International yang menilai tindakan polisi sebagai bentuk kriminalisasi terhadap kebebasan berekspresi.

Direktur Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, menegaskan bahwa penangkapan ini adalah pelanggaran terhadap hak berpendapat yang dilindungi oleh hukum.

"Ekspresi damai, meskipun ofensif, tidak seharusnya dianggap sebagai tindak pidana," ujarnya. Usman juga menekankan bahwa negara tidak boleh anti-kritik dan harus menghormati kebebasan berpendapat.