Konsultan politik Hasan Nasbi menjadi sorotan publik setelah menjabat sebagai Kepala Komunikasi Kepresidenan (PCO) di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Ia mengemban jabatan bergengsi ini dari 19 Agustus 2024 hingga 29 April 2025.

Namun, keputusan mengejutkan datang ketika Hasan memilih untuk mengundurkan diri, mengakhiri masa jabatannya dalam waktu kurang dari satu tahun. Keputusan ini memicu berbagai spekulasi di media massa Indonesia.

Sebelum menjabat sebagai Kepala PCO, Nasbi memiliki pengalaman luas di dunia politik. Ia pernah menjadi juru bicara Tim Kampanye Nasional Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024.

Hasan juga dikenal sebagai salah satu pendiri Lembaga Kajian dan Pengabdian Masyarakat Tan Malaka dan pernah menjabat sebagai sekretaris Harry A. Poeze, peneliti Tan Malaka. Tak hanya itu, ia juga terlibat dalam tim sukarelawan Jokowi-Ahok.

Pengunduran diri Nasbi dikonfirmasi pada 29 April 2025 setelah sebelumnya sempat dibantah. Berbagai spekulasi muncul mengenai alasan di balik keputusan ini, namun Nasbi memberikan klarifikasi bahwa keputusan ini bukanlah hasil emosi sesaat.

"Kesimpulan saya sudah sangat matang bahwa sudah saatnya menepi ke luar lapangan dan duduk di kursi penonton," ungkap Hasan.

Dalam keterangannya, Hasan Nasbi menekankan bahwa keputusan untuk mengundurkan diri sebagai Kepala Komunikasi Kepresidenan telah dipikirkan secara matang dan bukan keputusan yang emosional.

Hasan menjelaskan bahwa ia telah mempertimbangkan berbagai aspek sebelum mengambil keputusan ini. Menurutnya, memberikan kesempatan kepada figur lain yang dianggap lebih baik adalah hal yang tepat untuk kemajuan komunikasi pemerintah ke depannya.

Ia juga menyampaikan bahwa keputusan ini diambil dalam suasana tenang dan demi kebaikan komunikasi pemerintah di masa mendatang. Hasan percaya bahwa ada figur lain yang lebih tepat untuk menjalankan tugas sebagai Kepala PCO dan berkontribusi bagi pemerintahan.

Lebih lanjut, Nasbi menjelaskan bahwa surat pengunduran dirinya telah dikirimkan pada 21 April 2025 kepada Presiden melalui Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, menunjukkan keseriusan dan kesiapannya untuk meninggalkan jabatan tersebut.

Perjalanan Karier Hasan Nasbi

Lahir di Bukittinggi pada 11 Oktober 1979, Hasan memulai kariernya di dunia jurnalistik, riset, dan aktivisme. Ia pernah menjadi jurnalis di Harian Kompas pada 2005 hingga 2006, sebelum beralih ke bidang riset sebagai peneliti di Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI) hingga 2008.

Dengan pengalaman tersebut, Hasan mendirikan Cyrus Network, lembaga survei yang dikenal luas berkat partisipasinya dalam pemilihan umum, termasuk Pilpres 2024. Cyrus Network sering dipercaya untuk rekapitulasi dan perhitungan cepat (quick count).

Hasan menempuh pendidikan menengah di SMAN 2 Bukittinggi dan melanjutkan kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia (FISIP UI), di mana ia meraih gelar Sarjana Ilmu Politik pada 2004.

Tak hanya aktif di kelas, Hasan juga dikenal sebagai mahasiswa yang vokal dan aktif berorganisasi. Ia menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat UI pada tahun 2000, yang menjadi awal ketertarikan politiknya.

Kecintaannya pada dunia pemikiran juga terlihat dari kiprahnya sebagai salah satu pendiri Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Tan Malaka pada 2002. Ia bahkan menjadi sekretaris Dr. Harry Albert Poeze, peneliti Tan Malaka asal Belanda.

Pada 2004, Hasan aktif sebagai redaktur Buletin Madilog, media pembelajaran masyarakat di lingkungan kampus UI. Ia menulis buku "Filosofi Negara Menurut Tan Malaka" (2004) dan turut menyumbang tulisan dalam buku "Mewarisi Gagasan Tan Malaka" (2006).

Hasan dipercaya menjadi Koordinator Tim Relawan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam Pilgub DKI Jakarta 2012, yang mempererat hubungannya dengan Jokowi.