Brilio.net - Sebagian dinding sebelah selatan dari Benteng Oranje yang terletak di Kota Ternate, Maluku Utara ambruk pada Minggu (20/8) lalu. Penyebab ambruknya benteng bersejarah peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1607 ini diduga kuat karena kesalahan manusia terkait adanya penggalian kanal di pinggir benteng tersebut.

"Ambruknya dinding Benteng Oranje memang terjadi ketika hujan deras, tetapi penyebab utama ambruknya dinding benteng itu kemungkinan besar akibat adanya penggalian kanal di pinggir dinding benteng," kata salah seorang konsultan konstruksi bangunan Sujatmiko, seperti dilansir brilio.net dari Antara, Selasa (22/8).

Benteng Oranje © 2017 Facebook.com/Busranto Latif Doa

foto: Facebook/Busranto Latif Doa

Penggalian kanal di pinggir dinding sekeliling Benteng Oranje dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kota Ternate sebagai bagian dari revitalisasi benteng tersebut. Revitalisasi dilakukan secara bertahap sejak 2014 untuk mengembalikan kondisinya seperti saat dibangun Belanda pada 1607 silam.

Sujatmiko menuturkan, konstruksi pondasi dan dinding Benteng Oranje ketika dibangun Belanda tidak menggunakan bahan perekat dari semen, sehingga ketika dilakukan penggalian di pinggir dinding benteng itu mengakibatkan struktur pondasi dan dinding benteng menjadi tidak stabil.

Benteng Oranje © 2017 Facebook.com/Busranto Latif Doa

foto: Facebook/Busranto Latif Doa

Penggalian kanal menggunakan alat berat semakin memperparah ketidakstabilan pondasi dan dinding Benteng Oranje, yang kekuatannya semakin berkurang karena faktor usia sehingga saat diguyur hujan deras langsung ambruk.

"Penggalian kanal di pinggir sekeliling dinding Benteng Oranje kemungkinan tidak diawali dengan kajian yang komprensif dengan melibatkan berbagai pihak terkait, karena kalau itu dilakukan maka penggalian kanal tidak akan dikerjakan dengan cara seperti sekarang," imbuhnya.

Benteng Oranje © 2017 Facebook.com/Busranto Latif Doa

foto: Facebook/Busranto Latif Doa

Ia menyarankan agar penggalian kanal sekeliling Benteng Oranje tersebut harus di kaji ulang agar pondasi dan dinding benteng di bagian lainnya benteng itu, tidak ikut ambruk.

Menyikapi hancurnya bangunan bersejarah, melalui postingannya di Facebook, Busranto Latif Doa, menuliskan demikian,

"Selaku salah satu anggota Komite Penasehat dalam Komunitas THS (Ternate Heritage Society) dan juga sebagai alumnus program studi ilmu sejarah, saya mengutuk keras tindakan Pemkot yang tanpa perhitungan dan kelalainnya sehingga mengakibatkan hancur dan rusaknya salah satu bangunan bersejarah yang dilindung oleh undang-undang di negera ini.

Jika dianggap perlu, maka upaya hukum bisa ditempuh sehingga rusaknya benteng ini dapat dipertanggungjawabkan secara hukum pula, mengingat regulasi dan perundang-undangan yang ada telah menyebutkan sangsi atas pelanggaran sebagaimana dilakukan oleh Pemkot yang dalam hal ini dilaksanakan oleh pihak pelaksana project."

Benteng Oranje © 2017 Facebook.com/Busranto Latif Doa

foto: Facebook/Busranto Latif Doa

Sementara itu Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kota Ternate Risfal Tri Budiyanto tidak mengomentari mengenai dugaan keterkaitan ambruknya dinding Benteng Oranje dengan penggalian kanal.

Ia hanya mengatakan bahwa penggalian kanal itu sudah mendapat persetujuan dari Balai Pemeliharaan Cagar Budaya Malut.