Brilio.net - Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini memang kerap menjadi sorotan publik. Beberapa kali aktivitasnya saat melakukan kunjungan kerja sempat mencuri perhatian masyarakat Tanah Air.

Baru-baru ini Risma kembali menjadi sorotan hingga tuai kritikan. Hal ini lantaran diirnya yang sempat memaksa anak penyandang tunarungu untuk berbicara.

Risma memaksa seorang penyandang disabilitas tunarungu bernama Aldi untuk berbicara. Kejadian ini terjadi dalam acara Peringatan Hari Disabilitas Internasional 2021 yang diadakan di Gedung Kemensos, Rabu (1/12).

Kejadian bermula saat Risma meminta Aldi naik ke atas panggung untuk menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya.

Mensos Risma tuai kritikan © Liputan6.com

foto: Liputan6.com

"Kamu sekarang harus bicara, kamu bisa bicara. Ibu paksa kamu untuk bicara. Ibu melukis, tadi melukis pohon, ini pohon kehidupan. Ibu melukis hanya sedikit, tadi dilanjutkan oleh temanmu Anfield. Nah, Aldi, yang ingin ibu sampaikan, kamu punya di dalam (memegang kepala belakangnya), apa namanya, pikiranmu, kamu harus sampaikan ke ibu, apa pikiranmu," ucap Risma.

Risma memaksa Aldi berbicara tanpa alat. Risma menyodorkan mikrofon ke depan mulut Aldi yang mengenakan masker. Risma merasa yakin Aldi bisa berbicara. Aldi kemudian tampak mencoba berbicara. Namun, Aldi terlihat merasa kesulitan, suaranya terdengar lirih.

Aldi kemudian mencoba membuat Risma mengerti dirinya tak bisa bicara dengan mengambil kertas. Namun Risma tak mau Aldi menggunakan alat bantu.

"Ndak, ndak pake tulis sayang, kamu bisa," kata Risma meyakinkan Aldi.

Kemudian Aldi terdenger mengeluarkan suara meski lirih. Tak lama kemudian Risma merasa puas lantaran Aldi mampu berbicara meski Risma tak mengerti apa yang dibicarakan Aldi. Risma mengerti pembicaraan Aldi lewat juru bicara yang berada di samping Aldi.

Mensos Risma tuai kritikan © Liputan6.com

foto: Liputan6.com

"Nah bisa lho kamu Aldi, bisa bicara," kata Risma seraya menerima tepuk tangan dari para hadirin.

Atas aksinya tersebut Risma pun menuai kritik dari banyak pihak. Mulai dari masyarakat Tanah Air hingga aktivitis. Salah satunya yakni seorang perwakilan Gerakan untuk Kesejahteraan tunarungu Indonesia (Gerkatin) bernama Stefanus. Ia sangat kaget dengan pernyataan Menteri Sosial tersebut.

"Ibu. mohon maaf, saya mau berbicara dengan ibu sebelumnya. Bahwasanya anak tuli itu memang menggunakan alat bantu dengar, tapi tidak untuk dipaksa bicara. Tadi saya sangat kaget ketika ibu memberikan pernyataan. Mohon maaf Ibu, apakah saya salah?" Kata Stefanus.

Risma pun kembali merespons dan mengatakan jika Stefanus tidak salah akan hal tersebut."Oh, enggak, enggak, enggak salah," jawab Risma.

Stefanus kemudian menjelaskan bahwa bahasa isyarat itu sangat penting bagi penyandang disabilitas tunarungu wicara. Bahasa isyarat seperti mata dan alat bantu.

Risma kemudian memberikan penjelasan. Risma hanya berharap penyandang tunarungu wicara mampu memberikan penjelasan dengan benar. Risma mengatakan bahwa Tuhan memberikan mulut, telinga, dan mata untuk umat manusia. Risma mengaku memaksa Aldi berbicara agar bisa memaksimalkan pemberian dari Tuhan.

"Jadi karena itu kenapa ibu paksa kalian untuk bicara? Ibu paksa memang, supaya kita bisa memaksimalkan pemberian Tuhan kepada kita, mulut, mata, telinga. Jadi ibu tidak melarang menggunakan bahasa isyarat, tapi kalau kamu bisa bicara, maka itu akan lebih baik lagi," kata Risma.

Risma mencontohkan Staf Khusus Presiden Joko Widodo alias Jokowi bernama Angkie Yudistia yang merupakan penyandang disabilitas berlatih berbicara dengan jelas.

"Saya belajar ini dari Mbak Angkie. Mbak Angkie dulu pada waktu berapa tahun lalu, waktu Ibu awal jadi wali kota ketemu dengan Mbak Angkie. Saat itu Mbak Angkie bicaranya tidak jelas seperti sekarang, tapi sekarang karena dilatih terus oleh Mbak Angkie, sekarang bicaranya sangat jelas. Mengerti ya Stefan? ” ucap Risma.

Aktivis yang mengkritik Risma berikutnya yakni Tuli Surya Sahetapy. Dalam akun Instagram pribadinya, Surya mengatakan bahwa tidak semua anak bisa berbicara.

Daripada memaksa untuk berbica, Surya lebih menyarankan Risma untuk memberikan pilihan terkait cara apa yang paling tepat untuk menyampaikan apa yang ingin disampaikan anak tersebut.

Mensos Risma tuai kritikan © berbagai sumber

foto: Instagram/@suryasahetapy

Seharusnya digantikan pertanyaan ‘Nak, mau sampaikan pakai apa? Boleh tulis boleh bahasa isyarat boleh berbicara dan lain-lain. Biar ibu yang belajar memahamimu’,” tulis Surya dilansir.

Bukan memaksa atau menentukan komunikasi orang-orang yang memang tidak dapat berbicara. Seharusnya justru memahami kenyamanan dari para penyandang tunarungu seperti itu.

Tanyakan komunikasi mereka bukan kita menentukan komunikasi mereka demi kepuasan kita tanpa memahami kenyamanan mereka,” tambahnya.

Dari kejadian ini, Surya mengimbau masyarakat untuk menghindari sikap linguicism. Menurutnya, Linguicism merupakan pandangan yang menganggap pengguna bahasa Indonesia secara lisan lebih pintar daripada orang menggunakan bahasa isyarat.

Bahasa isyarat merupakan bahasa ibuku, bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua bukan berarti saya tidak berkompeten sebagai warga negara Indonesia. Mari rombak sistem sosial dan pendidikan yang kejam di Indonesia! Sebelum 2045.”