Dikatakan oleh Luhut, penerapan harga tiket ini dilakukan untuk menjaga kelestarian sejarah dan budaya yang ada pada Candi Borobudur. Nantinya wisatawan juga akan ditemani oleh tour guide lokal, sehingga menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat setempat.

Luhut berharap kebijakan ini bisa menumbuhkan sense of belonging atau rasa tanggung jawab terhadap kawasan cagar budaya ini. Tanggung jawab untuk merawat dan melestarikan situs sejarah nusantara untuk generasi mendatang.

tiket candi borobudur naik © berbagai sumber

foto: Instagram/@luhut.pandjaitan

Kabar harga tiket Candi Borobudur rupanya mendapat sorotan dari masyarakat. Melalui kolom komentar, warganet menanggapi kabar yang dipahami sebagai kenaikan tarif tiket yang semula Rp 50.000 untuk wisatawan lokal menjadi Rp 750.000.

"mending diturunin jadi 200k kalau tujuannya cm buat pembatasan," kata @22mjr**.

"Mahal bgt pak utk wisatawan domestik segitu . Bapak tau kan UMR berapa ? mikir2 lah kami kalau ngajak keluarga ke Borobudur," timpal @anna****.

"Wow, 750 ribu! Objek wisata sejarah yg edukatif hanya untuk kalangan berpunya saja kalau begitu. Terima kasih Pak!," komentar @bennymurwen***.

"Semoga tarifnya dapat ditinjau kembali Pak. Kesemuanya dalam rangka peningkatan ekonomi kerakyatan di kawasan Candi Borobudur (CB). Khawatirnya, dengan kenaikan tarif yg serta-merta justru akan mengurangi kunjungan pariwisata lokal dan mancanegara. Tentunya, hal tersebut dapat berdampak pada pendapatan regional maupun nasional. God bless ," kata @lery****.

Tak lama setelah kabar kenaikan tarif Candi Borobudur menjadi buah bibir masyarakat, lantaran diduga tiket masuk, Luhut menegaskan bahwa nominal Rp 750 ribu adalah tarif naik candi, bukan tiket masuk. Harga tiket masuk kawasan Candi Borobudur masih sesuai dengan peraturan yang berlaku sebelumnya.