Brilio.net - Usai gempa berkekuatan 7,4 SR mengucang Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9) lalu, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sempat menutup operasional di Bandara Mutiara SIS AL-Jufrie selama kurang lebih satu hari.

Landasan pacu atau runway yang mempunyai panjang 2.400 meter mengalami kerusakan sepanjang 400 meter, dan dapat berfungsi hanya 1800 meter saja. Pada Minggu (30/9), bandara kembali dapat dioperasilkan namun terbatas untuk kegiatan emergency, SAR, dan kemanusiaan.

hercules palu © 2018 brilio.net

Pada Sabtu (29/9) kemarin, pesawat TNI Angkatan Udara C-130 Hercules A-1320 menjadi pesawat yang satu-satunya bisa digunakan ke Bandara SIS AL-Jufrie. Pesawat ini pertama kalinya mendarat untuk memberikan bantuan kepada para korban gempa dan tsunami di Palu.

Meski kondisi landasan sedikit retak, pesawat mampu landing dengan sempurna dan cukup dramatis.

 

Seorang kru pesawat Hercules TNI AU, Tyo Prasetyo menceritakan Hercules harus melakukan perjalanan Makassar-Palu, Palu-Makassar. Para relawan dan tim medis juga menunggu jatah untuk terbang di lokasi.

hercules palu © 2018 brilio.net

Pada ruangan kedatangan dengan fasilitas seadanya di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Mindai, Makksar, ratusan korban gempa yang selamat tiba. Mereka berangkat ke Makassar meski ada beberapa korban yang belum bertemu dengan anggota keluarganya yang hilang.

Seorang ibu yang terlihat lelah dengan kondisi mata berair rela parkir sembarangan di bandara Palu saat itu, karena sadar tak ada artinya lagi. Gempa dan tsunami menyebabkan semuanya habis.

hercules palu © 2018 brilio.net

"Di Palu, kata mereka, sekarang sangat susah mengasup. Krisis air, krisis makanan. Belum banyak bantuan yang datang. Bandara tutup. Jalur darat putus. Pelabuhan juga kabarnya rusak," sambung cerita Tyo seperti dilansir brilio.net, Senin (1/10).