Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, baru-baru ini mengumumkan rencana menarik untuk menangani siswa-siswa nakal. Dia berencana untuk mengadakan pendidikan militer di barak bagi mereka yang bermasalah. Rencananya, siswa-siswa ini akan menjalani pendidikan selama enam bulan di barak militer.

Dedi menjelaskan kriteria siswa yang dianggap bermasalah dan perlu dibina di barak militer. "Tukang tawuran, tukang mabok, tukang main mobile legend, yang kalau malam tidurnya enggak mau sore," ungkapnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Selasa (29/4).

Dia juga menambahkan, siswa yang melawan orang tua, melakukan pengancaman, bikin ribut di sekolah, dan bolos terus akan menjadi target program ini. "Kita semua pernah mengalami masa-masa itu, kan?" lanjutnya.

Dalam program ini, siswa tetap akan belajar seperti di sekolah, tetapi di area kompleks TNI atau Polri. "Nanti ada ruang kelasnya. Ada guru dari sekolah asal mereka yang akan berkunjung. Enggak ada masalah, saya pernah membuat ruang itu dengan membuang ruang sepak bola," jelas Dedi.

Selama di barak, siswa nakal akan menjalani rutinitas yang lebih disiplin. Mereka akan bangun lebih pagi, membersihkan halaman, dan berolahraga. "Setelah mandi, mereka harus membereskan ruang tidur, bersih-bersih halaman, dan sarapan sebelum pergi ke sekolah," tuturnya.

Sore harinya, mereka akan belajar dan berolahraga, termasuk berlatih baris berbaris, push up, dan sit up. Dedi menekankan bahwa tujuan dari program ini bukan untuk latihan perang, tetapi untuk membantu siswa membangun kesehatan mental dan fisik mereka.

"Kita ingin mereka menjadi anak-anak yang bugar, tidak terlibat dalam minuman keras, rokok, atau obat-obatan terlarang yang marak di mana-mana," imbuhnya.

Rencana ini akan dimulai pada 2 Mei 2025, dan tidak akan dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah, tetapi bertahap, dimulai dari daerah yang dianggap rawan. "Kita mulai dari daerah yang siap dan dianggap rawan terlebih dahulu," kata Dedi.

Para siswa yang terpilih untuk program ini akan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara sekolah dan orang tua, dengan fokus pada siswa nakal yang sulit dibina. Mereka akan menjalani program pembinaan selama enam bulan tanpa mengikuti sekolah formal. TNI akan menjemput siswa ke rumah mereka untuk membina karakter dan perilaku mereka.

Dedi juga menekankan pentingnya kualitas guru dalam program ini. "Ke depan, guru di Jawa Barat harus memiliki karakteristik yang terstandar dan mengikuti pelatihan karakter," ujarnya.