Brilio.net - Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI yang bertempat di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat didemo ratusan massa, Selasa (21/5). Unjuk rasa tersebut merupakan reaksi masyarakat yang tidak puas dengan hasil pemilu. Diketahui Komisi Pemilihan Umum telah mengumumkan hasil rekapitulasi Pilpres 2019 yang menyatakan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin menang dengan perolehan suara sebanyak 55,50 persen.

Massa dikabarkan mulai memadati kawasan MH Thamrin sejak siang hari. Sejumlah pasukan keamanan pun terlihat sudah lebih dulu membuat barikade di sekitaran kantor Bawaslu. Namun demonstrasi yang berlangsung sepanjang hari ini mulai terjadi gesekan. Bentrokan pecah menjelang tengah malam.

Hingga Rabu (22/5) pukul 03.00 WIB, imbauan dari aparat tak juga dihiraukan sehingga tindakan represif pun dilakukan petugas. Pascabentrokan yang terjadi antara TNI-Polri dengan masa aksi 22 Mei dini hari tadi, situasi di sekitar Kantor Bawaslu hingga siang tadi terbilang cukup kondusif.

Meski demikian hingga kini aparat masih terus bersiaga di sejumlah titik-titik kerusuhan. Di antaranya KPU, Bawaslu, Gedung DPR RI, dan Istana Negara. Aparat kepolisian pun mengumpulkan sejumlah temuan polisi di balik aksi kerusuhan 22 Mei 2019. Berikut rinciannya seperti yang brilio.net lansir dari laman liputan6 pada Selasa (22/5).

1. Diduga sudah disiapkan dan dirancang.

Kerusuhan yang terjadi pada Selasa 21 Mei malam hingga pagi tadi diduga bukan merupakan peristiwa spontan. Polisi menduga peristiwa tersebut telah di-setting atau by design oleh oknum tertentu.

"Pada pukul 03.00 WIB, 200 massa berkumpul di Jalan KS Tubun. Kita duga massa tersebut sudah disiapkan dan di-setting," ungkap Kadiv Humas Polri Irjen Mohammad Iqbal seperti brilio.net lansir dari laman liputan6.

Massa lalu bergerak ke Asrama Polri di Petamburan dan menyerang dengan batu, molotov, petasan, botol-botol yang ada. Menurut Iqbal, massa tersebut bukan datang untuk aksi spontan. Polri menduga ada pihak tertentu yang sengaja menyiapkan massa tersebut untuk membuat kerusuhan.

2. Massa berdatangan dari luar Jakarta.

Massa yang bertindak brutal pada Selasa (21/5) malam hingga Rabu dini hari tadi diperkirakan berasal dari luar Jakarta. Massa ini datang pada pukul 23.00 WIB usai massa sebelumnya membubarkan diri setelah melakukan salat tarawih. Usaha petugas untuk mengimbau massa bubar tak dihiraukan hingga Rabu dini hari tadi. Massa kemudian pecah menjadi dua ke arah Sabang dan ke beberapa gang-gang kecil. Iqbal mengatakan, pada pukul 02.45 ada massa lain yang berbeda lagi datang.

3. Ambulans berlogo partai.

Usai kerusuhan massa di sekitar flyove Slipi dan Petamburan pecah, polisi menyita satu unit mobil ambulans berlogo sebuah partai politik. Darimana partai politik itu berasal, polisi belum mau mengungkapnya. Adanya dugaan keterlibatan parpol dalam aksi 22 Mei ini, polisi masih mendalami dan tengah mencari aktor intelektual di balik kerusuhan tersebut.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, pendalaman tersebut dilakukan dengan memeriksa saksi-saksi dan bukti-bukti yang ditemukan.

4. Amplop berisi uang di dalam ambulans.

Tidak hanya ada dugaan keterlibatan partai politik dari logo yang terdapat pada mobil ambulans, fakta lain yang terungkap di dalammya ditemukan sejumlah uang dan amplop. Ambulans tersebut saat ini berada di Polda Metro Jaya untuk kemudian di dalami keterkaitan dengan kerusuhan di Tanah Abang. Busur dan bahan bakar

Sementara itu, pihak kepolisian kini telah mengamankan 99 orang dari massa yang terlibat kerusuhan di flyover Slipi, Jakarta Barat, dini hari tadi. Dalam operasi itu, polisi mengamankan sejumlah barang bukti yang digunakan untuk berbuat rusuh. Massa yang diketahui berasal dari luar Jakarta itu juga diduga mengincar barang-barang milik warga dan petugas.

5. Preman berbayar bertato.

Wiranto selaku Menko Polhukam juga menyayangkan kerusuhan yang terjadi di depan Bawaslu dan Tanah Abang. Massa yang brutal tidak hanya menyerang aparat, asrama Brimob dan kendaraan dinas milik Polri pun ikut dibakar.

Mantan Panglima ABRI tersebut menyebut para provokator itu adalah preman bayaran. Kapolri, ujar Wiranto, akan membuka fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dari provokator yang ditangkap dalam kerusuhan tersebut. Selain itu, ada niatan atau skenario beberapa pihak untuk mengacau masyarakat dengan sasaran aparat keamanan.

6. Skenario menyerang aparat.

Dalam keterangan pers di Kantor Kemenko Polhukam, Wiranto juga menyebut bahwa aksi 22 Mei tersebut sengaja dibuat sejumlah pihak yang ingin membuat kekacauan bahkan menyerang petugas. Wiranto juga menduga bahwa skenario yang dibuat oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab ini bertujuan untuk membangun kebencian kepada pemerintah.

7. Temukan senapan M4.

Senjata api berjenis senapan M4 juga ditemukan aparat dari sejumlah orang yang akan buat kerusuhan pada aksi 22 Mei 2019. Hasil penelusuran, senjata itu rencananya akan ditembakkan ke massa sehingga muncul kemarahan publik kepada aparat keamanan.

Keenam orang tersebut diamankan pada 19 Mei 2019. Senapan laras panjang tersebut juga dilengkapi dengan peredam, sehingga ketika ditembakkan, tidak terdengar suaranya. Selain itu, senjata tersebut tidak dilengkapi visir atau alat bidik manual. Sehingga memungkinkan untuk dipasang teleskop untuk sniper.

8. Senjata revolver jenis taurus dan glock.

Pada aksi massa 21 Mei kemarin, aparat kepolisian juga berhasil mengamankan senjata revolver jenis Taurus dan Glock bersama tiga pelaku. Selain kedua senjata tersebut, turut diamankan peluru dua dus yang berisi lebih dari 50 butir. Senjata api tersebut akan dipakai pada aksi 22 Mei.