Cara penyusunan kalimat denotatif

Contoh kalimat denotatif, fungsi dan penyusunannya © 2023 brilio.net

foto: pexels.com

1. Gunakan makna harfiah.

Pilih kata-kata yang memiliki makna harfiah dan literal, yang dapat ditemukan dalam kamus. Hindari penggunaan kata-kata dengan konotasi atau makna tambahan yang dapat menimbulkan interpretasi subjektif.

Contoh:

- "Buku itu tebal dan berwarna hijau."

- "Pohon itu tingginya sekitar lima meter."

2. Hindari frasa idiom.

Hindari penggunaan frasa idiomatik yang memiliki makna kiasan atau figuratif. Fokuskan pada penggunaan kata-kata yang memiliki arti literal.

Contoh:

- "Dia menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat."

3. Sederhana dan tepat.

Susun kalimat dengan gaya yang sederhana dan langsung ke pokok pembicaraan. Hindari penggunaan bahasa yang berlebihan atau jargon yang membingungkan.

Contoh:

- "Anjing itu tidur di bawah pohon."

- "Siswa-siswa sedang belajar matematika di kelas."

4. Jelaskan dengan detail.

Gunakan kalimat yang memberikan informasi yang spesifik dan detail. Hindari kalimat yang ambigu atau mengandung asumsi.

Contoh:

- "Saya melihat dua anak laki-laki berlari di taman."

- "Rumah itu terbuat dari batu bata dengan atap berwarna merah."

5. Sesuaikan dengan Konteks. 

Sesuaikan penyusunan kalimat denotatif dengan konteks komunikasi yang diinginkan, seperti laporan ilmiah, instruksi, atau penjelasan. Pastikan kalimat tersebut memberikan informasi yang jelas dan objektif.

Contoh:

- "Menurut hasil penelitian, tingkat polusi udara di daerah itu melebihi ambang batas yang dianjurkan."

- "Untuk mengaktifkan perangkat, tekan tombol 'Power' dan tahan selama 3 detik."

Dalam menyusun kalimat denotatif, penting untuk memahami makna kata secara objektif dan mempertimbangkan konteks dan tujuan komunikasi. Tujuan utama adalah menyampaikan informasi dengan jelas, tanpa interpretasi yang ambigu atau subjektif.