Brilio.net - Warung pecel lele belakangan ini tengah menjadi perbincangan banyak orang. Hal ini dikarenakan sebuah warung pecel lele di Jatinegara, Jakarta Timur yang mendadak viral setelah tetap buka ketika banjir menerjang beberapa daerah di Jakarta pada Senin (5/2) lalu.

Di tengah banjir, terlihat dua orang bapak-bapak dengan santainya duduk sambil makan di dalam tenda. Kisah unik ini dibagikan TMC Polda Metro Jaya melalui akun Twitter @TMCPoldaMetro. Sontak cuitan ini pun sukses menyita perhatian banyak warganet dan menjadi viral.

Berbicara tentang warung tenda pecel lele, hampir dari semua orang Indonesia pasti pernah mencicipi makanan yang satu ini. Atau paling tidak pernah melihat bentuk tendanya yang khas. Hidangan merakyat ini keberadaannya memang mudah untuk ditemukan. Hampir di setiap sudut kota besar di Indonesia pasti akan ditemukan tenda sederhana dengan beratapkan terpal dan ditutupi spanduk dengan desain yang tidak jauh berbeda.

omzet warung pecel lele Lamongan  © 2018 brilio.net

foto: brilio.net/Annisa A Hapsari

Menu makanan yang ditawarkan terdiri dari nasi putih, ayam goreng, lele goreng, nila goreng, tahu tempe goreng, serta telur dadar goreng. Semua pilihan menu ini bisa dipesan dengan sambal dan lalapan yang umumnya terdiri dari mentimun, kol dan daun kemangi.

Kendati tampak sederhana, membuka warung pecel lele ternyata cukup menggiurkan keuntungnnya. Maklum, warung ini menjadi alternatif kuliner paling mudah dan harganya relatif murah, sehingga jadi rujukan warga. Warung ini rata-rata ramai pengunjung antara pukul 7-8 malam.

Seorang penjual pencel lele di Jalan Taman Siswa Yogyakarta, Narno, mengaku bisa membawa pulang sekitar Rp 900 ribu setiap malamnya. Tapi jika hujan, pendapatannya akan menurun.

Setiap malam warung pecel lele Narno ini bisa menghabiskan 5,5 kg ikan lele, 3,5 kg daging ayam dan 11 kg beras. "Tapi itu biasanya bakal dikurangin mbak kalau lagi musim hujan gini, soalnya kan kalau musim hujan jadi lebih sepi warungnya," jelas pria yang sudah membuka usaha pecel lele dari tahun 1995 itu kepada brilio.net, Kamis (8/2).

Menurut dia, menu favorit para pelanggannya yang kebanyakan mahasiswa adalah nasi lele, tempe plus kol goreng. Narno mulai buka warung dari jam 18.00 WIB sampai 00.00 WIB.

Di warung pecel lele yang berbeda, di Jalan Veteran, Umbulharjo, Yogyakarta, prospek warung pecel juga menjanjikan. Warung milik Yulaeni, misalnya. Ketika musim hujan seperti sekarang, warung makannya itu mampu menghabiskan sekitar 4-5 kg daging ayam, 0,5 kg telur ayam, dan 3 kg ikan lele.

Pada hari-hari yang ramai, Yulaeni bisa membawa pulang hingga Rp 1,1 juta per malam. "Tapi itu belum dipotong sama keperluan yang lain," tutur wanita yang baru 7 bulan menetap di Jogja usai berjualan di Jakarta dan sekitarnya.

omzet warung pecel lele Lamongan  © 2018 brilio.net

foto: brilio.net/Annisa A Hapsari

Warung makan pecel lele terakhir yang brilio.net kunjungi terletak di Jalan Babarsari, Sleman, Yogyakarta. Pemiliknya bernama Ari. Pria berusia 28 tahun ini sudah berjualan pecel lele selama tujuh tahun di Yogyakarta.

Ari mengakui, dengan range harga dari Rp 7 ribu hingga Rp 15 ribu, dirinya bisa membawa pulang sebesar Rp 2 juta setiap malamnya tanpa dipotong keperluan lainnya. Setiap malamnya, warung makannya ini dapat menghabiskan 5 kg ikan lele dan 9 kg daging ayam.

Menurut Ari, warung pecel lelenya ini sempat mengalami penurunan pendapatan karena libur Natal dan tahun baru. "Kemarin sempat sepi mbak, jadi turun juga pendapatan," ungkap Ari.

omzet warung pecel lele Lamongan  © 2018 brilio.net

foto: brilio.net/Annisa A Hapsari