Brilio.net - Imbauan untuk tetap di rumah saja selama masa pandemi virus corona semakin diperpanjang. Mengingat jumlah korban terinfeksi virus tersebut kian bertambah setiap harinya.

Bagi orangtua, momen ini paling tepat untuk bisa lebih dekat dengan anak mulai dari belajar hingga bermain. Namun, rasa lelah tentu dialami karena peran orangtua pun berkali lipat besarnya. Apalagi bagi orangtua yang bekerja, kondisi ini tentunya bisa menyebabkan stres pada orangtua dan akhirnya bisa memengaruhi interaksi dengan anak.

Untuk tetap menjaga hubungan dengan anak di rumah, Psikolog yang juga menjabat sebagai Co-Founder Rumah Konsultasi Tiga Generasi, Saskhya Aulia Prima, M. Psi menyarankan orangtua mencari cara agar anak juga tidak ikutan stres selama di rumah. Salah satunya dengan metode mind mapping atau pemetaan pemikiran dalam pola asuh anak.

Mind mapping sendiri berguna untuk mengoptimalisasi otak agar lebih tajam berpikir ketika banyak hal yang harus dipikirkan. Selain itu, mind mapping bisa membantu memudahkan daya tangkap dan daya ingat otak dalam memproses informasi serta meningkatkan engagement ketika proses belajar.

"Sebelum diterapkan pada anak, orangtua perlu melatih mind mapping pada diri sendiri. Penting disadari bahwa orangtua dengan mind set positif dapat menciptakan interaksi menyenangkan dengan anak. Ketika anak nyaman dan bahagia, maka saraf-saraf dalam otak anak akan terkoneksi dengan baik," ujar Saskhya dalam acara kampanye #MindMappingAnakMasaDepan yang diprakarsai merek multivitamin pertumbuhan dan perkembangan anak, Cerebrofort, belum lama ini.

Saskhya pun memberi contoh konsep mind mapping bagi orangtua adalah membuat struktur jelas dengan semua pihak di rumah, mulai dari jadwal hingga lokasi belajar atau bekerja, kerja sama pembagian tugas dengan pasangan atau pengasuh anak, mengatur ekspektasi, dan salah satu hal terpenting adalah self-care atau me time sebagai apresiasi untuk diri sendiri dan mengembalikan semangat.

Dengan mind mapping, orangtua memiliki gambaran yang jelas situasi di hari itu, potensi masalah yang terjadi, dan siap membentuk alternatif solusi agar semua tetap kondusif terutama dalam hal interaksi bersama anak.

Ia juga menambahkan, setelah orangtua dapat mengaplikasikan mind mapping dengan baik, mereka dapat menyusun strategi dengan sistematis agar fokus mendampingi anak menjadi visioner. Lima karakter anak visioner adalah memiliki goal setting, daya juang tinggi, optimis, banyak akal, dan ingin berkontribusi bagi orang lain.

"Melalui konsep mind mapping, ibu dapat membantu anak menjadi visioner dengan membiasakan memiliki tujuan sejak dini, mandiri dan disiplin, mampu berempati, memberikan ruang untuk mengatasi kebosanannya sendiri, dan selalu bersyukur serta melihat sisi positif dari suatu masalah," tuturnya.