Brilio.net - Umumnya, seorang musisi selalu punya impian bisa dinaungi label besar. Kalau sudah begitu, popularitas ada di depan mata. Tapi, impian itu nggak berlaku bagi Rendy Pandugo, musisi yang selama ini lebih memilih jalur SoundCloud, situs berbagi musik.

Cara ini dilakukan Rendy karena dirinya nggak mau terlalu bergantung pada label atau manajemen. Ia pun harus berjuang sendiri dengan membuat portofolio pribadi di SoundCloud. Tapi nggak gampang lho memasarkan lagu lewat situs ini. Rendy yang memanfaatkan SoundCloud sejak 2012 silam pun harus berjuang keras meniti kariernya di jalur musik. Dia pun malang melintang di situs ini.

Rendy Pandugo © 2016 brilio.net

Sekarang sudah bisa masuk major label (foto: brilio.net/syifa fauziah)


Wajar jika dirinya nggak terlalu popular di jalur umum musik Tanah Air. Tapi nggak begitu di SoundCloud. Namanya ngetop banget. Buktinya, dia memiliki hampir 20 puluh ribuan followers di SoundCloud miliknya.

Tapi, buat para penggemar Rendy, mulai sekarang nggak cuma bisa mendengar lagu-lagunya di SoundCloud saja lho. Sebab, Rendy sudah merilis single terbarunya berjudul 'I Don't Care.'

Lirik berbahasa Inggris ini merupakan karya yang sangat istimewa, karena bukan hanya dirilis di Indonesia, melainkan juga serentak dilucurkan di dua negara lain, Malaysia dan Singapura.

Rendy Pandugo © 2016 brilio.net

Setelah lama berkiprah di SoundCloud (brilio.net/syifa fauziah)

“Sebelumnya saya duet dan pernah bikin album Indonesia. Sekarang mau eksplore sesuatu yang belum pernah saya lakukan, bikin album bahasa Inggris full,” ujarnya saat press conference single terbarunya di Hard Rock Cafe, belum lama ini.

Lagu garapannya ini bercerita tentang bagaimana mengatasi rasa sakit dan kecewa setelah seseorang yang dipercaya melakukan sebuah kesalahan.

“Sebenarnya impiannya sederhana. Saya ingin membuat album full bahasa Inggris tapi hasil komposisi saya sendiri, dan direkam di ruangan saya yang kecil. Saya tahu impian itu tidak mudah diwujudkan untuk pasar musik Indonesia.

Namun dari hasil diskusi dengan tim Sony Music, dan saat label melihat penampilan saya, mereka langsung setuju merilis album berbahasa Inggris dan diproyeksi untuk pasar internasional,” paparnya.

Cowok kelahiran Medan, 7 Mei 1985 ini berharap karyanya bisa diterima para penikmat musik di Indonesia maupun internasional.