Brilio.net - Bicara cinta memang tak ada habisnya. Bahkan, kadang rumit dimengerti. Daripada pusing ngomongin cinta tak ada ujungnya, lebih baik mulai menelaah cinta dari sisi ilmiahnya.

Dilansir brilio.net dari Psychology Today, Jumat (28/8), berikut sisi ilmiah cinta yang wajib kamu tahu.

1. Cinta itu bikin kecanduan
Memikirkan orang yang dicintai merupakan aktivitas yang menyenangkan, bukan? Mengapa bisa begitu? Sebab, area otak bernama ventral tegmental area (VTA) melepaskan dopamin, neurotransmiter yang menimbulkan efek senang, ke dalam pusat otak terkait sebuah penghargaan yang disebut nukleus caudatus dan nukleus accumbens.

Sekalipun efek candu cinta dan narkotika berbeda, tetap saja candu cinta kuat terhadap orang bersangkutan.

Pada saat yang sama, otak pada orang yang sedang jatuh cinta mengalami peningkatan hormon stres, norepinefrin, yang meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Efek ini sama seperti yang dialami oleh orang yang menggunakan stimulan adiktif kuat seperti methamphetamine.

Makanya, tak heran kalau ketemu sang kekasih, kamu kegirangan banget tapi juga deg-degan tak keruan.

2. Cinta adalah obsesif.
Di sisi lain, orang yang sedang jatuh cinta mengalami penurunan kadar neurotransmiter serotonin di otak. Serotonin ini memberikan kekuatan seseorang untuk mengontrol diri, menjaga diri kecemasan terhadap ketidakpastian dan ketidakstabilan. Maka, orang yang sedang jatuh cinta bisa saja melakukan hal-hal 'gila'  atau impulsif demi cintanya.

3. Cinta bisa membuat orang rentan ceroboh.
Prefrontal cortex (bagian otak sebagai pusat penalaran, perintah, dan kontrol) akan menurun saat kamu jatuh cinta. Pada saat bersamaan, amygdala, yaitu kunci komponen otak terkait sistem stimulus-respons, juga akan melemah.

Kombinasi dua hal ini menjadikan kamu lebih berani mengambil banyak risiko. Bahkan, bisa dibilang kamu jadi lebih serampangan mengambil keputusan ketimbang biasanya.

4.Cinta dan nafsu bisa "hidup" berdampingan dalam otak tapi tidak untuk orang yang sama.
Cinta dan nafsu memang berbeda tapi mereka bisa saling tumpang tindih. Mereka bisa sama-sama "berproduksi" tinggi di otakmu, dan bisa pula begitu adiktif sampai kamu terpengaruh.

Namun keduanya cukup bisa dibedakan dari cara mereka membuat mencintai seseorang, namun di sisi lain hanya bernafsu pada orang yang berbeda.

Bukti perbedaan antara cinta dan nafsu bisa diketahui dalam jangka waktu panjang. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa otak orang yang telah menjalani hubungan cinta dalam jangka panjang, menunjukkan peningkatan aktivitas di pallidum ventral, sebuah area di otak yang kaya dengan oksitosin dan reseptor vasopressin, yang memfasilitasi hubungan langgeng, merasa terikat, dan kedekatan satu sama lain.

5. Pria jatuh cinta pada visual
Otak pria yang jatuh cinta menunjukkan aktivitas yang lebih besar di area korteks visual bila dibandingkan dengan wanita yang jatuh cinta. Pria juga lebih terangsang secara visual daripada wanita.

6. Wanita mengingat hal detail saat jatuh cinta
Saat jatuh cinta, otak wanita lebih menunjukkan meningkatnya aktivitas area hippocampus, yaitu area otak yang terkait dengan memori, bila dibandingkan dengan pria. Hippocampus wanita lebih banyak mengambil peran di otak mereka daripada di otak pria.

7. Kontak mata adalah kunci melihat ke jiwa masing-masing
Ini bukan sekadar isapan jempol belaka. Dapat dikatakan bayi baru lahir dan orang yang sedang jatuh cinta memiliki kesamaan, yaitu mereka melakukan kontak mata yang menunjukkan emosional mereka. Inilah fenomena biologis. Kontak mata dan senyum adalah kombinasi yang menunjukkan sinyal cinta.

Sekalipun suara bisa menyampaikan isi hati seseorang, tetap saja masih sedikit kalah dengan kekuatan emosional yang diberikan tatapan mata.

8. Mendua dan setia itu dipengaruhi zat kimia di otak
Mengapa ada orang yang setia, namun di sisi lain juga ada yang selingkuh? Ternyata ilmuwan menjawabnya.

Sebuah studi yang menggunakan objek penelitian tikus prairie, tikus yang dalam istilah ini tikus monogami (hanya bergaul dengan satu pasangan), sementara satunya tikus pegunungan yang dikenal sebagai promiscuous (dapat diartikan suka lebih dari satu pasangan). Secara genetika mereka tampak berbeda, faktanya 99% mereka memiliki genetika identik.

Saat ilmuwan menyuntikkan zat kimia oksitosin dan vasopressin (yang dimiliki manusia dan tikus monogami), tikus promiscuous bisa menjadi tikus monogami.Namun begitu, uji coba ini tidak sepenuhnya jelas apakah memberikan efek yang sama kala diberlakukan ke tingkat yang sama pada manusia.

Diduga, kalaupun bisa, hanya berjangka waktu singkat. Dua penelitian menjelaskan bahwa orang yang menghirup oksitosin, secara temporer atau sementara waktu lebih berempati, sensitif, dan suka diayomi.

9. Wanita dan pria hanya bisa berteman
Penelitian menunjukkan bahwa ketika seorang pria dan wanita terlibat dalam sebuah hubungan, si pria ingin lebih dari sekadar teman, namun si wanita justru berusaha menjaga persahabatan dan menjauhkan pikiran romantis. Tapi poin ini tergantung kepada siapa kamu bertanya.

Bagaimana menurut kamu, guys?