Brilio.net - Banyak menu makanan yang telah dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi simpel (instan). Sebut saja seperti mi, bubur, makaroni, tepung bumbu, dan lain sebagainya. Kepraktisan yang ditawarkan para produsen yang jeli melihat peluang ini, membuat produk mereka selalu laku keras.

Bermacam-macam bahan yang diperlukan untuk membuat satu menu tak perlu lagi dicari, karena semua sudah tersedia di dalam satu bungkus. Mungkin dari sisi bahan, tidak ada satu pun yang kurang. Namun, produk-produk ini mengalami penurunan nilai. Selama ini, yang menjadi fokus pada makanan instan adalah pada kandungan gula, garam dan lemak.

Dikutip brilio.net dari independent.co.uk, Jumat (26/2), proses memasak adalah hal yang perlu diperhatikan karena dapat memengaruhi kandungan nutrisi pada makanan. Sebab ternyata nutrisi makanan dapat hilang ke dalam air rebusan tanpa kamu disadari.

"Kita tidak memiliki kontrol atas pembuatan makanan instan. Apakah perusahaan yang membuat produk ini berhati-hati untuk menyiapkan makanan instan dengan tetap menjaga nutrisinya? Kami tidak tahu," kata salah satu peneliti makanan instan yang enggan disebut namanya itu.

Laman tersebut bahkan menuliskan, ketika produsen menyebutkan vitamin pada komposisi produk mereka, ini bisa saja hanya berarti bahwa kandungan nutrisi yang berada di bahan baku. Ini bukan komposisi nutrisi dari produk akhir yang mereka jual.

Kandungan pada produk makanan instan daging-dagingan juga tak boleh luput dari perhatian. Terdapat zat yang dikenal sebagai AGEs (advanced glycation endproducts).

"Ini terkait dengan peningkatan risiko diabetes dan juga mungkin dari demensia. Orang dengan diabetes atau penyakit ginjal (yang kurang mampu mengekskresikan AGEs) disarankan untuk membatasi asupan makanan yang mengandung zat-zat tersebut," ujarnya.

Nah, tuh! Jangan sering-sering mengonsumsi makanan instan ya guys. Segala sesuatu yang berlebihan pasti juga tak akan baik. Yang terpenting, pilihlah makanan sehat, istirahat teratur dan rajin-rajinlah olahraga. Kesehatanmu lho!