Brilio.net - Yogyakarta selalu istimewa. Destinasi wisata, kuliner, hingga tatanan kotanya memberikan kesan tersendiri bagi warga lokal maupun wisatawan. Beberapa tahun belakangan, Kota Yogyakarta sebagai jantung dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) banyak berbenah dari sisi tatanan kota. Hal ini tampak dari beberapa spot yang ditata semakin apik. Contohnya saja pedestrian Kotabaru yang dipercantik untuk membuat masyarakat maupun wisatawan yang hobi jalan-jalan merasa nyaman menikmati suasana kota. Terbaru pada 2022, wajah atau fasad bangunan sepanjang Malioboro yang dirapikan, serta ada yang dikembalikan seperti aslinya sebagai cagar budaya.

Salah satu bangunan bersejarah yang mendapat sentuhan baru di Kota Yogyakarta adalah Ndalem Ngabean. Lokasinya di Jalan KH Ahmad Dahlan, tak jauh dari Titik Nol Kilometer ke arah barat. Bangunan bergaya arsitektur rumah lama itu lebih dikenal dengan gedung Punokawan. Gedung ini merupakan kantor Wali Kota Yogyakarta pertama pasca kemerdekaan. Dalam sumber lain, arsipdanperpustakaan.jogjakota.go.id, disebutkan bahwa sebelumnya pusat pemerintahan Kota Yogyakarta bertempat di Sasono Hinggil Dwi Abad Alun-Alun Kidul Keraton Yogyakarta. Baru sekitar tahun 1952, pusat pemerintahan berpindah ke Ndalem Ngabean atau gedung Punokawan. Menurut Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi, putri sulung Sri Sultan Hamengku Buwono X, ayahandanya pernah berkantor di gedung Punokawan saat masih lajang. Meski kini pusat pemerintahan kotamadya sudah beroperasi di Jalan Kenari, Muja Muju, Umbulharjo, warga asli Yogyakarta masih menyebut gedung Punokawan sebagai balai kota. 

Ndalem Poenakawan: Wajah kantor Wali Kota Yogyakarta pertama kini b

Ndalem Poenakawan tampak depan/foto: brilio.net/Agustin Wahyuningsih

Dikatakan sentuhan baru sebab sejak satu tahun belakangan gedung Punokawan semakin 'hidup' dengan hadirnya resto dan kafe bernama Ndalem Poenakawan. Ada semangat tersendiri di balik nama Poenakawan.

"Poenakawan artinya solidaritas. Jadi diharapkan tempat ini bisa digunakan kawan-kawan komunitas atau organisasi untuk berkreativitas," ujar Irsyad Thamrin, konsultan hukum sekaligus owner resto Ndalem Poenakawan dalam kesempatan perayaan ulang tahun pertama Ndalem Poenakawan, Selasa (27/9).

Ndalem Poenakawan: Wajah kantor Wali Kota Yogyakarta pertama kini b

Irsyad Thamrin, owner Ndalem Poenakawan/foto: dok. Ndalem Poenakawan

Semangat solidaritas untuk berkreasi ini membuat manajemen resto mempersilakan masyarakat memanfaatkan ruang-ruang di Ndalem Poenakawan secara gratis untuk berbagai kegiatan positif.

 

 

Koleksi lukisan dan keris di sudut area Ndalem Poenakawan.

Ndalem Poenakawan memiliki beberapa ruangan dan area outdoor-semi outdoor yang terbuka bagi semua kalangan masyarakat. Restoran dan kafenya di sisi timur aula Ndalem Poenakawan. Ada cukup banyak kursi dan meja kayu estetik yang disediakan untuk pelanggan di area outdoor-semi outdoor ini.

Ndalem Poenakawan: Wajah kantor Wali Kota Yogyakarta pertama kini b

Salah satu spot resto dan kafe/foto: brilio.net/Agustin Wahyuningsih

Saat memasuki area outdoor-semi outdoor tersebut, pengunjung disuguhi dinding-dinding yang dijalari tanaman hijau, serta lampu-lampu kuning yang menambah suasana hangat dan syahdu saat malam menyapa. Kemudian terdapat gapura bertuliskan aksara Jawa di bagian atas, yang menjadi penghubung sisi depan dan belakang pekarangan outdoor-semi outdoor resto dan kafe Ndalem Poenakawan.

Ndalem Poenakawan: Wajah kantor Wali Kota Yogyakarta pertama kini b

Spot outdoor/foto: brilio.net/Agustin Wahyuningsih

Area outdoor belakang Ndalem Poenakawan juga biasa dimanfaatkan untuk menggelar live music yang menampung sampai 200 pengunjung. Area ini tampak lapang, serta ada pohon besar di salah satu sudut yang menaungi tempat-tempat duduk untuk pengunjung menikmati live music, yang diselenggarakan beberapa kali dalam seminggu.

Ndalem Poenakawan: Wajah kantor Wali Kota Yogyakarta pertama kini b

Pekarangan belakang untuk live music/foto: brilio.net/Agustin Wahyuningsih

Ndalem Poenakawan memiliki aula yang bisa menampung beberapa puluh orang. Saat jamuan intimate dinner dengan GKR Mangkubumi dalam rangka ulang tahun pertama Ndalem Poenakawan, ada sekitar 50 tamu undangan memenuhi meja-meja yang disediakan.

Ndalem Poenakawan: Wajah kantor Wali Kota Yogyakarta pertama kini b

GKR Mangkubumi selaku owner bersama Irsyad Thamrin, saat menjawab beberapa pertanyaan tentang kuliner tradisional/foto: dok. Ndalem Poenakawan

Ndalem Poenakawan: Wajah kantor Wali Kota Yogyakarta pertama kini b

Aula Ndalem Poenakawan yang dipenuhi tamu undangan/foto: brilio.net/Agustin Wahyuningsih

Ada pula ruangan-ruangan yang bisa dimanfaatkan masyarakat umum untuk meeting 15-20 orang hingga koleksi keris dari Keraton Yogyakarta maupun daerah lain di Nusantara. Di dinding-dinding ruangan Ndalem Poenakawan, tersebar koleksi lukisan dari beberapa seniman, tersaji dalam ukuran kecil maupun super besar.

Ndalem Poenakawan: Wajah kantor Wali Kota Yogyakarta pertama kini b

Koleksi keris Ndalem Poenakawan/foto: brilio.net/Agustin Wahyuningsih

Ndalem Poenakawan: Wajah kantor Wali Kota Yogyakarta pertama kini b

Salah satu ruang meeting Ndalem Poenakawan/foto: brilio.net/Agustin Wahyuningsih

Setiap sudut Ndalem Poenakawan yang estetik memadukan unsur Jawa, Belanda, dan modern membuatnya bisa jadi lokasi untuk pemotretan Outfit Of The Day (OOTD) hingga prewedding.

Makna filosofi dalam menu tradisional Ndalem Poenakawan.

Dalam kesempatan perayaan ulang tahunnya yang pertama, Ndalem Poenakawan menegaskan bahwa menu-menu yang diusungnya bukan saja yang modern, tapi juga menu tradisional khas Yogyakarta atau perpaduan keduanya. Diharapkan, generasi masa kini bukan hanya mengenal dan menikmati makanan modern, melainkan juga makanan tradisional agar tidak punah. Generasi muda boleh saja tetap update dengan perkembangan zaman, namun juga harus berbudaya.

"Jadi istilahnya kembali ke budaya untuk maju ke depan," tegas Irsyad Thamrin tentang tema perayaan ulang tahun Ndalem Poenakawan 'Youth Meet Food, Saat Generasi Kini Mengecap Tradisi Kulinari Warisan Nusantara'.

Menu modern yang ditawarkan Ndalem Poenakawan seperti Aglioo o Olio Roa, Sego Mangkok Ayam Katsu, hingga Aglioo o Olio Poenakawan. Sementara menu tradisionalnya ada Brongkos Koyor hingga Sayur Lodeh. Brilio.net berkesempatan menikmati sajian kedua menu ini berlaukkan tempe garit dan ayam goreng lengkuas.

Brongkos Koyor menu Ndalem Poenakawan menyajikan isian koyor, tahu, dan telur. Menu ini menjadi kesukaan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Cita rasanya cenderung gurih dan sedikit pedas. Sementara sayur lodeh khas Keraton Yogyakarta berisikan beberapa bahan seperti kacang panjang, labu, tahu, dan lain sebagainya.

Ndalem Poenakawan: Wajah kantor Wali Kota Yogyakarta pertama kini b

Brongkos Koyor (kiri atas) dan Sayur Lodeh (kanan atas)/foto: brilio.net/Agustin Wahyuningsih

Seperti diketahui, masyarakat Jawa sarat akan filosofi dalam kehidupannya. Termasuk perihal makanan seperti sayur lodeh. Sayuran gurih ini memiliki makna menolak bala, yang semua itu terangkum dari bahan-bahan sayur yang terdiri dari 12 bahan penyusun, di mana dapat dimaknai 1+2 = 3. Angka 3 dapat bermakna sebuah usaha untuk meraih kehidupan yang sejahtera dari modal yang diberi Tuhan YME yaitu cipta, rasa, dan karsa. Kemudian dari bahan intinya yaitu labu yang dalam bahasa Jawa disebut waluh, “wal” bermakna membuang, dan “luh” bermakna air mata, yang memiliki pengharapan agar jauh dari kesedihan atau bala (kesialan/malapetaka/kemalangan). Dengan demikian, sayur lodeh memiliki makna manusia harus berusaha untuk keberlangsungan hidup di alam dan berharap hal buruk/sial dapat dibuang, namun tetap semuanya kembali kepada kehendak Tuhan YME. Manusia wajib tetap bersyukur yang diwujudkan dalam penggunaan bahan alam yang sudah diberikan Tuhan menjadi sebuah bentuk makanan lezat dan dapat berguna bagi hamba-Nya.

Menu tradisional lain yang disajikan Ndalem Poenakawan adalah Bir Jawa dan Es Setup Jambu. Bir Jawa merupakan modifikasi dari bir beralkohol sejak era Belanda. Namun sensasi meminum racikan rempah seperti kayu secang, jahe emprit, kapulogo, kayu manis, hingga daun serai ini tetap menghangatkan badan. Tampilannya juga berbuih pada permukaan minuman, mirip bir asli. Sementara es setup jambu merupakan salah satu variasi sirup isi jambu biji merah yang segar untuk menghilangkan dahaga. 

"Setup itu dalam bahasa Belanda artinya sirup," ujar GKR Mangkubumi. 

Jika ditelusuri secara bahasa, setup berasal dari kata stroop, yang dalam bahasa Belanda artinya sirup.

Ndalem Poenakawan: Wajah kantor Wali Kota Yogyakarta pertama kini b

Bir Jawa Ndalem Poenakawan/foto: brilio.net/Agustin Wahyuningsih

Ndalem Poenakawan: Wajah kantor Wali Kota Yogyakarta pertama kini b

Es Setup Jambu Ndalem Poenakawan/foto: brilio.net/Agustin Wahyuningsih

Ndalem Poenakawan juga menyajikan menu khas Keraton, Songgobuwono. Kuliner yang lahir dari ide Sultan Hamengku Buwono VII itu terdiri dari selada, daging ayam atau sapi, roti sus, dan telur. Songgobuwono inilah menu pembuka dalam intimate dinner dengan GKR Mangkubumi.

Ndalem Poenakawan: Wajah kantor Wali Kota Yogyakarta pertama kini b

Songgobuwono Ndalem Poenakawan/foto: brilio.net/Agustin Wahyuningsih

Rangkaian mencicipi menu Ndalem Poenakawan ditutup dengan Klepon Cake. Seperti diketahui, klepon merupakan makanan tradisional. Adanya klepon cake ini menjadi pembaruan pada kuliner tradisional yang telah melegenda.

Ndalem Poenakawan: Wajah kantor Wali Kota Yogyakarta pertama kini b

Klepon Cake Ndalem Poenakawan/foto: brilio.net/Agustin Wahyuningsih

Pengenalan makanan tradisional kepada generasi muda lewat intimate dinner bersama GKR Mangkubumi oleh Ndalem Poenakawan ini diharapkan dapat menjadi penguatan identitas budaya lokal. Dengan demikian, diharapkan siapa pun dapat melestarikan makanan tradisional sehingga kelak akan mendunia.