Brilio.net - Jalan-jalan ke Yogyakarta tidak lengkap kalau belum mengunjungi lokasi-lokasi yang bersejarah. Bukan hanya bersejarah, beberapa tempat wisata ini juga punya bangunan yang mendukung untuk berfoto dengan nuansa zaman dulu. Salah satunya di Kotagede yang merupakan kota tertua di Yogyakarta dan memiliki peninggalan bersejarah serta arsitektur kuno Kerajaan Mataram Islam.

Di Kotagede terdapat bangunan bersejarah religi yaitu Masjid Perak Kotagede. Masjid tersebut merupakan bangunan bersejarah yang masih erat kaitannya dengan Kerajaan Mataram Islam. Masjid Perak Kotagede cocok banget buat kamu yang yang mau beribadah sekaligus jalan-jalan.

Masih kepo dengan sejarah dan nama dari Masjid Perak Kotagede? Simak lebih lanjut dari pembahasan kali ini. Berikut brilio.net ulas langsung dari Masjid Perak Kotagede pada Jumat (14/10).

Sejarah Masjid Perak Kotagede.

keunikan Masjid Perak Kotagede © 2022 brilio.net

foto: brilio.net/Feni Listiyani

Masjid Perak Kotagede merupakan salah satu masjid tertua di Kotagede Yogyakarta yang dibangun pada 1937 dan selesai pada 1939. Masjid Perak ini berdiri di sebelah utara Masjid Agung (Gede) mataram, yang terletak di tengah pemukiman penduduk Kotagede. Lebih tepatnya masjid ini berada di Kelurahan Trunojayan, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta.

Berdirinya Masjid Perak Kotagede dipelopori oleh Kyai Haji Amir, H Mudzakir dan H Mashudi. Sejarah dibangunnya masjid Perak Kotagede tidak terlepas dari perkembangan agama Islam di wilayah Kotagede pada waktu itu. Kotagede merupakan ibu kota Kerajaan Mataram. Oleh karena itu dibangunlah masjid megah dengan bahan kayu jati pilihan sehingga membentuk masjid yang anggun. Jadi, tidak heran kalau kawasan wilayah Kotagede mayoritas beragama Islam.

Berawal dibangunnya Masjid Gede Mataram yang terletak dalam satu komplek dengan makam raja-raja Mataram, membuat masyarakat percaya akan hal-hal gaib serta kekuatan roh orang yang sudah meninggal serta menggunakan masjid sebagai tempat ritual mereka. Hal tersebut menjadi keprihatinan dari sebagian penduduk.

Untuk menghindari pengotoran terhadap agama Islam dan melihat semakin pesatnya Islam di Kotagede yang ditandai semakin eksisnya Muhammadiyah maka dibangunlah Masjid Perak Kotagede.

"Pada masa itu Muhammadiyah menjadi salah satu yang melatar belakangi berdirinya masjid perak ini. Munculnya keresahan warga sekitar terkait dengan kepercayaan dengan hal-hal yang gaib dengan menyalahgunakan masjid sebagai tempat ritual jadi dibangunlah masjid perak ini agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syariat Islam." Ujar Jendar Fatoni selaku ketua takmir Masjid Perak Kotagede, Jumat (14/10).

 

 

Mgg: FENI LISTIYANI

 

Pemberian nama perak berasal dari kata "Firoq" yang artinya pembeda atau pemisah. Masjid Perak dijadikan sebagai lambang kebebasan dan pemisah umat dari kotoran dan kebekuan berfikir pada masa lampau dan keterpisahan kaum reformis dari keterikatan kekuasaan keagamaan kerajaan dan Islam adat.

Sedangkan warna putih masjid mencerminkan kesucian niat yang ikhlas karena Allah SWT semata. Masjid Perak dulu sering digunakan untuk acara pengajian-pengajian dari mulai anak muda hingga orang tua.

keunikan Masjid Perak Kotagede © 2022 brilio.net

foto: brilio.net/Feni Listiyani

Bangunan masjid ini memiliki ruang utama yang terdiri dari ruang bujur sangkar dengan luas 100 meter persegi. Ruang bujur sangkar ini dilengkapi dengan atap joglo yang memiliki 4 tiang penyangga (soko guru) berbentuk agak runcing, diletakkan di atas umpak berbentuk bulat panjang dan dikelilingi tembok yang membatasi serambi ruangan.

Atap dilapisi dengan plat perak bertuliskan tanggal dan tahun berdirinya, sedangkan serambi masjid beratap limasan. Di sekeliling tembok terdapat jendela besar pada bagian barat di sebelah kanan dan kiri. Lalu dibagian tembok selatan terdapat dua pintu di sebelah kanan dan kiri jendela, serta pintu yang ada di bagian timur menghadap ke halaman sempit.

keunikan Masjid Perak Kotagede © 2022 brilio.net

foto: brilio.net/Feni Listiyani

Pada 2006, Masjid Perak Kotagede mengalami renovasi total karena kerusakan yang cukup parah setelah gempa bumi yang melanda Yogyakarta. Masjid direnovasi untuk memperbaiki konstruksi bangunan agar lebih aman dan tahan gempa sekaligus menambah beberapa fasilitas baru untuk mendukung fungsi masjid.

Bangunan Masjid Perak Kotagede dirobohkan pada 2009 sebagai penanda dimulainya pembangunan. Namun, pembangunan Masjid Perak Kotagede tidak merubah bentuk desain dari bangunan lama. Masjid ini selesai dibangun hingga diresmikan ulang pada 2013 oleh Ketua PP Muhammadiyah, Prof Dr H M Din Syamsuddin.