Brilio.net - Masyarakat Batak khususnya di Pulau Samosir punya cerita turun temurun yang hingga kini masih dipercaya. Sigale-gale, boneka kayu seukuran manusia yang diyakini masyarakat Samosir sebagai sebuah legenda dan mengandung unsur mistis. Sigale-gale artinya lemah gemulai.

Hingga saat ini, Sigale-gale memiliki versi yang beragam mengenai asal muasalnya. Namun secara umum masyarakat Samosir meyakini bahwa Sigale-gale adalah bentuk rasa kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya yang gugur di medan perang. Menurut kepercayaan masyarakat Batak, alkisah dahulu kala Raja Rahat, raja dari salah satu kerajaan di Pulau Samosir memiliki putra tunggal bernama Manggale.

Putra kesayangan yang bakal menjadi penggantinya ini gugur di medan pertempuran dan jasadnya pun tak ditemukan. Peristiwa ini membuat sang raja sedih dan kehilangan. Akhirnya raja jatuh sakit. Untuk membuat sang raja bahagia, maka dipanggillah pemahat terbaik di kerajaan untuk membuat boneka kayu yang menyerupai putranya itu.

Seperti apa legenda masyarakat Samosir yang hingga kini masih terjaga, berikut fakta tentang Sigale-gale yang berhasil dihimpun Brilio.net.  

1. Memanggil roh putra raja

Sigale-gale © 2019 brilio.net

Menurut cerita yang diyakini masyarakat Samosir, dahulu kala pembuatan patung Sigale-gale dilakukan jauh di dalam hutan. Hal ini dilakukan karena Manggale diyakini tewas di dalam hutan. Sang pemahat menggunakan kayu pohon nangka sebagai bahan karena kayu nangka sangat keras.

Wajah patung itu sangat mirip dengan wajah Manggale. Kemudian, digelar ritual dengan meniup sordam dan memainkan gondang sabangunan untuk memanggil roh Manggale. Roh Manggale dimasukkan ke dalam patung yang mirip wajahnya itu. Patung itu diangkut menuju istana dengan iringan sordam dan gondang. Berkat patung tersebut, Raja Rahat pulih dari sakitnya. Sejak saat itu, masyarakat Batak menyebut patung tersebut sebagai Sigale-gale, yang diambil dari nama Manggale.

2. Pembuat patung bakal meninggal dunia

Sigale-gale © 2019 brilio.net

Sebagian masyarakat Batak meyakini jika siapa pun yang membuat Sigale-gale akan meninggal usai patung selesai dibuat. Nah untuk mencegahnya, saat membuat patung Sigale-gale harus dilakukan secara terpisah, misalnya ada yang mengerjakan bagian tangan, kaki, kepala, atau badan. Dengan cara ini, maka tidak ada tumbal yang jatuh.

3. Hanya bisa ditempatkan di peti mati

Sigale-gale © 2019 brilio.net

Diyakini Sigale-gale hanya bisa ditempatkan di peti mati, bahkan ia bisa menari di atas peti mati. Patung ini juga lazim digunakan dalam upacara kematian keluarga di daerah Samosir. Tarian Sigale-gale dipercaya warga setempat dapat mengantarkan arwah mendiang ke alam baka.

4. Sebagai warisan budaya

Sigale-gale © 2019 brilio.net

Kini pertunjukkan Sigale-gale tidak menggunakan roh seperti dimasa lalu. Boneka yang digunakan dalam pertunjukkan, digerakkan menggunakan sistem penggerak mekanis, sehingga boneka bisa menari lincah. Sama seperti zaman dahulu, dalam pertunjukan Sigale-gale disuguhkan tarian yang diiringi musik sordam dan gondang sabangunan. Boneka Sigale-gale pun ditemani oleh delapan sampai 10 orang penari yang akan menari Tor-Tor.

5. Menjadi identitas Samosir

Sigale-gale © 2019 brilio.net

Sigale gale menjadi identitas budaya Pulau Samosir. Tak jarang, dalam setiap pertunjukan Sigale-gale, tak hanya ditampilkan patung kayu seukuran manusia tapi juga dibuatkan Sigale-gale berukuran raksasa sambil mengikuti irama gondang.

6. Daya tarik wisatawan

Sigale-gale © 2019 brilio.net

Pertunjukan Sigale-gale saat ini menjadi salah satu daya tarik wisatawan di Pulau Samosir. Selain keindahan alam, kekayaan budaya Samosir juga menjadi salah satu unsur pengikat bagi para wisatawan. Tak pelak Samosir dengan Danau Toba menjadi satu kesatuan utuh sebagai gambaran kecantikan alam yang dibalut kekuatan budaya.