Brilio.net - Tahun baru 2020 baru saja datang. Boleh jadi berbagai resolusi positif sudah kamu catat sejak pengujung tahun lalu. Dari sekian banyak resolusi yang ingin dicapai, sangat mungkin traveling menjadi salah satu target yang menjadi prioritas. Ya nggak ada salahnya sih menikmati liburan tahun ini, termasuk rencana ke luar negeri selama bujetnya tersedia.  

Nah dari berbagai destinasi wisata di negeri orang yang ingin dikunjungi, Jepang bisa menjadi salah satu rekomendasi tujuan wisata. Maklum, di Negeri Matahari Terbit ini banyak destinasi wisata menarik yang bisa dikunjungi. Tentu saja kamu mesti mempersiapkan sejak dini ya jika ingin plesiran ke Jepang. Mulai dari mengurus visa, transportasi, hingga akomodasi selama di Negeri Sakura ini.

Berikut 11 tempat wisata di Jepang yang bikin takjub dan ngangenin deh  

1. Ashi Lake, danau berlatar Gunung Fuji

Lake Ashi Cruise, kapal wisata yang ada di Danau Ashi

Ketika kamu berkunjung ke Jepang, belum lengkap rasanya jika tidak mengunjungi Danau Ashinoko atau yang sering disebut Danau Ashi. Danau yang terbentuk dari letusan Gunung Hakone yang terjadi sekitar 3000 tahun lalu ini punya pemandangan yang sangat menakjubkan. Jika beruntung, saat cuaca bagus kamu bisa melihat pemandangan berlatar Gunung Fuji yang menjadi simbol kota Hakone. Untuk mencapai Danau Ashi juga tak sulit. Dari bandara (Heneda atau Narita) pengunjung bisa menggunakan transportasi umum seperti bus atau taksi.

Saat Brilio.net mengunjungi danau ini dalam acara Smartfren International Roaming Japan Experience, Desember lalu, cuaca kurang bersahabat. Gunung Fuji tertutup awan. Saat itu suhu di wilayah itu sangat menusuk tulang.   

Salah satu pemandangan di Danau Ashi

Meski begitu banyak wisatawan yang mengunjungi danau terbesar di Prefektur Kanagawa ini. Untuk menikmati keindahan danau ini pengunjung bisa menaiki speed boat berbadan besar, Lake Ashi Cruise. Jika ingin menikmati panorama danau, pengunjung bisa menyaksikannya dari lantai tiga di atas kapal yang terbuka. Jadwal kapal hampir ada setiap jam. Per hari bisa 10 sampai 12 kali perjalanan. Saat on season trip akan lebih sering dibanding off season. Untuk tarif selama 10 menit perjalanan dipatok sekitar 300 hingga 400 yen atau sekitar Rp 39 ribu sampai Rp 50 ribu per orang.

“Pemesanan tiket bisa langsung datang ke tiket konter tidak perlu reservasi. Hanya untuk perjalanan grup atau kelompok sebaiknya disarankan reservasi karena jumlah orang banyak. Apalagi saat on season,” ujar pemandu wisata kami, Dwi Andi Listiawan.

2. Pusat belanja Gotemba Premium Outlet

Pengunjung di kawasan Gotemba Premium Outlet, salah satu pusat perbelanjaan barang-barang branded yang popular di Tokyo, Yokohama, dan Chiba.

Nah buat kamu yang hobi belanja, tempat yang satu ini nggak boleh dilewatkan. Gotemba Premium Outlet adalah salah satu surga belanja barang-barang branded di Jepang. Oh iya, di beberapa prefektur (provinsi) Negeri Matahari Terbit itu terdapat kluster premium outlet. Gotemba sangat terkenal dan cukup popular di Tokyo, Yokohama, dan Chiba.

Premium outlet ini menawarkan berbagai barang branded. Setiap gerai yang ada menerapkan kontrol kualitas sangat ketat terhadap barang yang dijual. Selama sales season, kamu bisa mendapatkan barang-barang branded di sini dengan cukup murah. “Barang-barang yang dijual di sini (Gotemba) memang bukan yang newest one, jadi harganya lebih murah dibanding premium outlet di negara lain,” ujar Andi.

Dari kompleks perbelanjaan yang terletak di Yamanashi ini pengunjung bisa melihat keindahan Gunung Fuji sebagai latar belakangnya. Tempat ini juga sangat mudah diakses dengan bus dari Hakone atau dari Gotemba Station, atau juga naik bus langsung dari Tokyo.

3. Desa wisata Iyashi no Sato Nenba

Pemandangan Gunung Fuji dilihat dari Saiko Iyashi no Sato, desa di tepi Danau Saiko

Ini adalah salah satu desa tradisional di Jepang. Desa yang terletak di sisi barat tepi Danau Saiko ini kerap disebut Saiko Iyashi no Sato yang berarti desa di tepi Danau Saiko. Disebut demikian karena di kaki Gunung Fuji terdapat lima danau, Kawaguchi, Yamanaka, Motosu, Saiko, dan Shoji.  

Dari desa ini pengunjung bisa menyaksikan pemandangan Gunung Fuji dengan objek utama adalah desa wisata yang sangat indah, terlebih saat musim semi. Tiket masuk ke desa ini 350 yen per orang. Pengunjung bisa melihat rumah dan bangunan tradisional Jepang dengan jerami dan anyaman bambu sebagai atap dan dindingnya.

Desa wisata ini kerap dikunjungi wisatawan yang ingin melepas penat dan ingin merasakan suasana desa yang tenang dan asri. Di sini pengunjung juga bisa menyewa pakaian Kimono, termasuk yoroi (pakaian pasukan zaman dahulu). Bahkan bisa juga merasakan bagaimana menjadi Samurai dan Ninja dengan biaya sewa berkisar 1000 yen per orang. Di Iyashi no Sato tidak ada penduduk karena wilayah ini merupakan desa wisata. Karena itu rumah-rumah yang ada di desa ini sudah dialihfungsikan oleh pemerintah sebagai wahana wisata.

Suasana di desa wisata Saiko Iyashi no Sato yang masih asri dengan rumah beratap jerami berdinding bambu 

Pengunjung tidak hanya bisa menikmati pemandangan Gunung Fuji namun juga bisa membeli souvenir seperti gantungan kunci dan lain sebagainya, termasuk apel Fuji dan ikan ayu, ikan air tawar yang cukup digemari. Makanan khas Yamanashi adalah hoto. Desa ini juga disebut sebagai healing village karena masih asri dan punya pemandangan bagus. Karena itu desa ini diklaim bisa menyembuhkan pengunjung dari rasa penat akibat rutinitas. “Jadi bagi orang Jepang itu kalau mau stres-nya hilang pergi ke healing village. Tapi kalau stres-nya berlebih bisa ke hutan bunuh diri,” kelakar Andi.

4. Desa mata air Oshino Shinobi No Sato

Suasana di Desa Oshino Hakkai yang memiliki delapan mata air dari salju Gunung Fuji yang mencair.

Desa Oshino berdekatan dengan objek wisata Oshino Hakkai. Objek wisata di desa ini adalah mata air yang berasal dari salju Gunung Fuji yang mencair. Air tersebut merembes ke dalam tanah kemudian melalui proses geologi keluar di mata air yang berada di Oshino Hakkai. Di desa ini ada delapan mata air. Diperlukan waktu sekitar 80 tahun supaya air sampai ke Oshino Hakkai.

Yang cukup menarik, di daerah ini ada juga desa Ninja. Untuk masuk ke desa Ninja pengunjung dikenakan tarif 1.300 yen atau sekitar Rp 165 ribu, sudah termasuk menyaksikan atraksi Ninja. Selain bisa menonton pertunjukan teater Ninja, pengunjung bisa merasakan rumah rahasia Ninja (Ninja trick house). Ada juga ada arena permainan anak ala Ninja dan tempat persewaan kostum Ninja seharga 500 yen atau sekitar Rp 64 ribu. Kuliner khas di desa ini adalah dango Ninja yang berwarna hitam.

2 dari 3 halaman

5. Kota tua Kawagoe Kurazukuri

Jinrikisha, becak khas Jepang di wilayah Kota Tua Kawagoe Kurazukuri

Satu lagi tempat wisata di Jepang yang tak boleh terlewatkan yakni Kota Tua Kawagoe Kurazukuri. Pada zaman dahulu, wilayah ini merupakan penyokong Edo (sekarang Tokyo). Nah mereka yang loyal kepada Shogun di era itu dijadikan Lord of Kawagoe (semacam lurah). Kemudian hingga era Jepang modern saat restorasi Meiji di mana zaman Shogun pindah ke era kekaisaran, Prefektur Kawagoe masuk dalam Prefektur Saitama.

Wilayah ini tetap mempertahankan tradisi bersejarahnya sejak Zaman Edo (abad ke-17 hingga ke-19). Kini Kota Tua ini menjadi salah satu destinasi wisata bersejarah yang sering dikunjungi wisatawan. Selain bisa menyusuri Kurazukuri Street atau yang sering disebut sebagai Zona Gudang, pengunjung juga dapat menikmati gaya arsitektur masa lalu, mengunjungi toko-toko lokal, dan merasakan kehidupan zaman Edo. Di wilayah ini dulunya dipenuhi bangunan gudang berdinding tanah. Kini daerah ini dikonversi menjadi restoran, toko, dan sebagainya.

Menara Lonceng atau yang disebut Toki-no-kane setinggi 16 meter yang menjadi salah satu ikon di Kota Tua Kawagoe Kurazukuri

Salah satu tempat wisata yang cukup menarik di daerah berjuluk Little Edo ini adalah menara lonceng (bell tower) yang oleh masyarakat sekitar disebut Toki-no-kane. Lonceng ini setiap hari dibunyikan pada pukul 06.00, 12.00, 15.00, dan 18.00 waktu setempat. Menara Lonceng ini awalnya dibangun pada era 1600-an. Namun menara setinggi 16 meter ini pernah direnovasi karena rusak akibat kebakaran besar yang pernah melanda Kawagoe.

Nah menara yang saat ini berdiri merupakan hasil pembangunan ulang yang dilakukan pada 1894 setelah struktur sebelumnya rusak akibat kebakaran tersebut. Pada 1996, lonceng di Menara Lonceng ini ditetapkan sebagai salah satu dari "100 Pemandangan Suara Terbaik di Jepang" yang dilindungi Kementerian Lingkungan Hidup Jepang.

Kawasan Kurazukuri Street dengan gaya arsitektur masa lalu

Untuk menikmati wilayah ini, pengunjung bisa menggunakan bus yang menyediakan akses mudah ke Menara Lonceng dan pemandangan lainnya di sekitar Kota Tua Kawagoe. Untuk sampai ke tempat ini pengunjung bisa berjalan kaki. Dari Stasiun Hon-Kawagoe (Seibu Shinjuku Line) bisa dicapai sekitar 14 menit. Sementara dari Stasiun Kawagoeshi (Jalur Tobu Tojo)  ditempuh selama 18 menit. Sedangkan dari Stasiun Kawagoe (Jalur Tobu Tojo, JR Garis Kawagoe) selama 23 menit.

6. Surga permen dan camilan Kashiya Yokocho

Salah satu toko kue khas Jepang di kawasan Kashiya Yokocho atau yang sering disebut candy alley  

Tak jauh dari kawasan Kota Tua Kawagoe, terdapat daerah yang menjual aneka permen. Ini adalah salah satu kawasan menarik untuk keluarga. Di Kashiya Yokocho atau yang sering disebut candy alley ini terdapat toko-toko yang menjual permen, kue-kue tradisional Jepang, mainan anak, dan souvenir. Toko-toko yang terdapat di lorong (gang) ini juga punya kisah tersendiri dalam sejarah Jepang.   

Usai gempa besar yang melanda Jepang pada tahun 1923, Tokyo kekurangan pasokan permen. Akhirnya pasokan permen dikirim dari Kashiya Yokocho. Awalnya di wilayah ini terdapat sekitar 70 toko. Kini hanya tinggal 20 toko saja yang menyajikan aneka permen dan makanan khas Jepang dengan cara pembuatan tradisional.

Nah wilayah ini muncul pada 1796 atau di tahun ke-8 era Kansei. Saat itu Tozaemon Suzuki mulai memproduksi permen sederhana pilihan Tokyoite di lokasi saat ini. Kemudian daerah ini berkembang sebagai kota kuil di Yojuin. Lalu jumlah toko meningkat. Setelah Gempa Kanto Besar, wilayah ini memproduksi dan mengirimkan permen gaya Edo seperti chitose ame (permen tongkat panjang merah dan putih), Kintaro-ame (permen tongkat panjang dengan wajah Kintaro), Mizu Yokan (jelly adzuki-bean jelly yang lembut) dan Karinto (kue adonan goreng).

7. Kuil Dewa Kanon, Asakusa Kannon

Kuil Dewi Kannon di Asakusa yang merupakan kuil tertua di Tokyo.

Kuil yang terletak di Asakusa ini juga dikenal sebagai Sensoji. Kuil yang terletak di samping Sumidagawa ini merupakan salah satu kuil yang cukup popular di Tokyo. Kuil yang selesai dibangun pada tahun 645 ini dikhususkan untuk Dewi Kannon dan merupakan kuil tertua di Tokyo.

Sepanjang tahun banyak acara diadakan di kuil ini seperti Sanja Matsuri dan Asakusa Shrine Festival yang diadakan setiap Me) hingga Asakusa Samba Carnival yang digelar setiap Agustus. Tak heran jika kuil ini selalu dikunjungi wisatawan. Di dekat kuil ini pengunjung bisa membeli aneka souvenir khas Jepanng, khususnya di Nakamise Street. Dari wilayah ini pengunjung bisa melihat Tokyo Sky Tree yang tingginya 634 meter.

8. Pusat perbelanjaan super mewah Ginza

Suasana car free day di Ginza, kawasan pusat belanja termahal di Tokyo

Nah buat Sobat Brilio yang hobi belanja dan punya kocek cukup, bisa mengunjungi distrik perbelanjaan termahal di Tokyo ini. Ginza sejak lama dikenal sebagai surga belanja barang-barang branded. Di wilayah elite ini, harga tanah per meter persegi mencapai lebih dari 30 juta yen atau sekitar Rp 3,85 miliar. Karena itu tak heran jika Ginza menjadi distrik perbelanjaan paling mewah di Tokyo. Ginza berkembang sebagai distrik perbelanjaan kelas atas setelah Gempa Besar Kanto 1923.

Waktu yang pas untuk belanja di sini saat akhir pekan karena jalan utama di Ginza sepanjang 1 Km yang disebut Chuo Dori akan ditutup untuk kendaraan bermotor, dan menjadi zona pejalan kaki. Penutupan jalan berlangsung mulai pukul 12:00 hingga 17:00 (hingga 18:00 dari April hingga September). Wilayah ini dipenuhi toko-toko dan butik barang-barang bermerek Jepang dan internasional.

3 dari 3 halaman

9. Pusat pelelangan ikan terbesar di dunia, Tsukiji

Pusat pelelangan ikan terbesar di dunia Tsukiji Fish Market yang pernah mencatatkan rekor lelang ikan tuna termahal di dunia seharga Rp 4,67 miliar untuk satu ekor

Satu lagi tempat yang tak boleh dilewatkan ketika Sobat Brilio berkunjung ke Jepang, pusat pelelangan ikan terbesar di dunia, Tsukiji fish market. Sejak lama Tsukiji dikenal bukan hanya sebagai pasar grosir ikan terbesar di Tokyo dan Jepang, tapi selama bertahun-tahun pelelangan ini memegang gelar sebagai pusat lelang tuna super terkenal yang diadakan sebelum matahari terbit.

Sayangnya, untuk pelelangan tuna lokasinya saat ini sudah dipindah ke tempat baru yakni Toyosu fish market yang berjarak sekitar 2 Km dari Tsukiji. Meski begitu, pasar ikan ini tetap menarik bagi wisatawan yang ingin merasakan camilan olahan berbahan dasar hasil laut. Pengunjung bisa menemukan jajanan camilan seafood seperti ikan bakar dan cumi-cumi.

Arsitektur kedai-kedai hasil laut yang berada di gang-gang sempit masih tetap dipertahankan di sepanjang jalan sejauh 250 meter. Ada lebih dari 300 toko dan restoran yang berada di bagian luar Tsukiji yang siap melayani pelanggan yang ingin menikmati olahan hasil laut. Nah di daerah ini tidak semua tempat bisa diakses pengunjung. Ada banyak area terbatas atau terlarang bagi publik.

Kedai yang menjual camilan olahan hasil laut di Tsukiji Fish Market

Oh iya, Tsukiji sebenarnya sebagai pasar pengganti pelelangan ikan di daerah Nihonbashi yang hancur akibat gempa besar Kanto pada tahun 1923. Tsukiji dibuka untuk bisnis di lokasi permukiman mantan orang asing pada tahun 1935. Meskipun Pasar Tsukiji dipenuhi dengan ratusan kedai grosir kecil yang menjual segala sesuatu mulai dari bulu babi hingga ikan paus, bagian yang paling terkenal adalah lelang tuna harian. Pelelangan ikan ini pernah mencatatkan rekor lelang ikan tuna termahal di dunia yang mencapai Rp 4,67 miliar untuk satu ekor.

10. Pulau reklamasi futuristik, Odaiba

Kawasan Odaiba, pulau reklamasi di Teluk Tokyo yang sangat popular

Odaiba, kawasan perbelanjaan dan hiburan yang populer di Teluk Tokyo ini terletak di atas pulau hasil reklamasi. Wilayah ini menjadi kawasan perumahan dan bisnis dengan gaya futuristik. Odaiba awalnya dibangun pada era 1850-an untuk tujuan defensif karenna itu dinamakan Daiba yang berarti benteng. Pada tahun 1860 Odaiba dijadikan sebagai pelabuhan dan galangan kapal yang sekarang dikenal sebagai Yokosuka, situs markas armada Jepang-AS.

Lahan reklamasi lepas pantai Shinagawa ini secara dramatis diperluas pada akhir abad ke-20 sebagai distrik pelabuhan, dan telah berkembang sejak tahun 1990-an sebagai kawasan komersial, perumahan, dan rekreasi. Ada beberapa tempat menarik di wilayah ini, salah satunya pusat hiburan terkenal Palette Town.

Nah di Palette Town pengunjung bisa menikmati sejumlah arena permainan seru dan juga pusat perbelanjaan seperti Venus Fort yang dibuka sejak 1999 lalu. Ini merupakan pusat perbelanjaan yang didesain arsitektur bangunan seperti Istana dan benteng megah di Eropa. Selain itu ada juga Sun Walk yang berada di bawah Venus Fort. Lokasi ini dibuat khusus untuk pecinta hewan peliharaan.

Toyota Mega Web, pusat pameran mobil produksi Toyota yang juga menjadi museum mobil

Tempat yang juga tak kalah menarik adalah Toyota Mega Web yang sejatinya sebagai museum Toyota. Di lokasi ini pengunjung bisa menikmati berbagai produksi Toyota sejak awal hingga keluaran terbaru hingga mobil konsep. Tempat ini sangat cocok bagi pecinta mobil. Kendati Jepang punya acara pameran mobil tahunan Tokyo Motor Show, namun di Mega Web Toyota City Show, pengunjung bisa menyaksikan pameran mobil setiap hari.

Nah tak jauh dari tempat ini, tepatnya di Diver City Tokyo Plaza, pengunjung bisa menyaksikan replika Gundam RX-0 berskala satu. Artinya, replika tersebut memiliki ukuran serupa dengan aslinya dari Mobile Suit Gundam Unicorn. Patung ini berukuran tinggi 19,7 meter.

11. Shibuya, distrik terpadat di Tokyo

Shibuya Crossing, penyeberangan terpadat di dunia

Belum lengkap jika ke Jepang tanpa mengunjungi Shibuya, salah satu ikon terkenal di Tokyo. Shibuya adalah salah satu distrik di Tokyo yang paling sibuk. Di sini terdapat pusat perbelanjaan, restoran, dan tempat hiburan malam. Shibuya adalah pusat mode dan budaya kaum muda.  

Salah satu spot paling menarik di lokasi ini adalah Shibuya Crossing atau jalur penyeberangan yang terletak tak jauh dari stasiun Shibuya. Ini adalah penyeberangan orang paling sibuk di dunia dibanding persimpangan Times Square, New York City atau persimpangan Dundas Square, Toronto, Kanada.

Bayangkan saja, setiap 3,3 menit ada sekitar 2.500 orang menyeberang per hari di tengah persimpangan jalan. Baik penyeberang dan pengendara selalu fokus pada traffic light. Saat lampu menyala merah, seluruh pengendara akan berhenti di belakang garis stop dari segala arah. Penyeberang jalan hanya punya waktu 3,3 menit sebelum lampu berubah hijau. Meski dipenuhi penyeberang jalan, tidak pernah ada kecelakaan karena disebabkan seluruh pengguna jalan saling disiplin mematuhi aturan.

Patung Hachiko di depan Stasiun Shibuya sebagai simbol kesetiaan

Di lokasi ini juga ada satu lagi ikon yang kerap dijadikan titik pertemuan yakni patung Hachiko, seekor anjing yang dikenal karena kesetiaannya pada sang tuan. Patung perunggu yang terletak diantara stasiun kereta dan persimpangan Shibuya selalu dipenuhi masyarakat yang ingin berfoto. Patung ini dibangun untuk mengenang dan menghormati Hachiko, anjing jenis Akita hewan peliharaan setia milik Profesor Hidesaburo Ueno. Cerita kesetiaan Hachiko, anjing yang lahir di Odate, Jepang pada 1923 ini sudah banyak diabadikan dalam kisah sastra dan film.

Hachiko setiap hari selalu menunggu tuannya di depan stasiun Shibuya sepulang dari kantor. Pada 1925 Profesor Ueno meninggal secara mendadak karena serangan jantung ketika memberikan ceramah di kampus tempatnya bekerja di Universitas Tokyo. Hachiko tak menyadari sang tuan telah tiada, tapi dia setiap hari mendatangi stasiun Shibuya pada jam dan tempat yang sama untuk menunggu tuannya itu. Hachiko terus melakukannya selama sembilan tahun hingga ajal menjemputnya, Maret 1934. Hachiko dimakamkan di sebelah tuannya di pemakaman Aoyama. Hachiko pun menjadi simbol kesetiaan dan sangat termasyhur di Jepang. Patung Hachiko dibangun di tempat biasa dia menunggu tuannya.  

Itulah 11 tempat wisata di Jepang yang dijamin bikin betah dan bisa membuat kamu ogah pulang.