Brilio.net - Sementara banyak orangtua yang rela melakukan apa saja demi anak-anaknya, entah dengan melakukan pekerjaan yang halal atau bahkan tindak kriminal. Namun, ternyata tidak semua orang yang bergelar orangtua mampu memberikan kasih sayang dan merawat anaknya.

Seperti cerita 6 orangtua ini, yang karena kelalaiannya membuat anaknya meninggal dan membawa mereka ke pengadilan atas tuduhan pembunuhan. Berikut brilio.net himpun dari Oddee, Selasa (10/1) anak-anak yang meninggal karena kelalaian orangtuanya.

1. Orang tua yang membiarkan anak-anak mereka meninggal tanpa berobat ke dokter.

6 orangtua lalai © 2017 brilio.net

Herbert dan Catherine Schaible adalah anggota dari sebuah komunitas kecil Pantekosta di Pennsylvania, Amerika Serikat yang percaya dengan konsep penyembuhan bahwa jika Tuhan ingin seseorang untuk hidup, ia akan menyelamatkan mereka. Mereka juga percaya menggunakan obat adalah cara mengabaikan kehendak Tuhan.

Pada tahun 2009, pasangan tersebut kehilangan anaknya yang baru berusia dua tahun karena sakit pneumonia, setelah bersikeras bahwa jalan penyembuhan untuk anaknya adalah melalui berdoa bukan membawanya ke dokter. Mereka didakwa dengan pembunuhan yang disengaja dan dihukum sepuluh tahun masa percobaan, dengan peringatan bahwa mereka harus membawa ke perawatan medis jika anaknya yang lain jatuh sakit.

Namun, pada tahun 2014, mereka kembali dibawa ke pengadilan lagi dengan tuduhan pembunuhan tingkat tiga karena menolak untuk membawa anak mereka yang berusia delapan bulan ke dokter. Pasangan ini dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara. Tujuh anak mereka yang masih hidup kemudian dimasukkan dalam perawatan kerabat dan orang tua asuh.

2. Orang tua yang membiarkan bayinya mati kelaparan padahal banyak stok makanan di rumah.

6 orangtua lalai © 2017 brilio.net

Tivasha E. Logan dan Chauncey Gardner memiliki banyak makanan di rumah mereka ketika putri mereka yang berusia lima bulan meninggal karena kelaparan. Mereka juga menerima kupon makanan, sebuah jaminan sosial USD $ 674 atau setara Rp 8,9 juta setiap bulan dan merupakan bagian dari program khusus untuk bayi, anak-anak dan perempuan yang menyediakan susu formula gratis. Meskipun demikian, mereka hanya memiliki 2 ons susu formula di rumah mereka di Lakeland, Inggris.

Ketika bayi mereka lahir, dia adalah seorang gadis yang sehat, dengan berat 3 kg delapan ons. Dalam hidupnya yang singkat, dia tidak pernah dibawa ke dokter untuk pemeriksaan. Tivasha mengaku bahwa ia tidak ingin mengambil bayinya ke rumah sakit karena ia takut kehilangan hak asuh.

Pasangan ini memiliki tiga anak dan juga merawat dua anak Tivasha dari hubungan sebelumnya. Mereka telah diselidiki empat kali sebelumnya, tapi pemerintah tidak pernah menemukan bukti yang cukup untuk penghapusan hak asuh dari pasangan ini.

Setelah kematian bayi itu, lima anak-anak mereka ditempatkan dalam perawatan seorang kerabat. Tivasha dan Chauncey ditangkap dan didakwa dengan pembunuhan tingkat pertama. Tivasha dijatuhi hukuman seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat, sementara Chauncey, yang mengaku ia jarang di rumah dan tidak tahu bahwa putrinya itu dalam kondisi buruk, diberi hukuman tiga puluh tahun.

3. Pasangan vegetarian yang memberi makan bayinya susu kedelai dan jus apel.

6 orangtua lalai © 2017 brilio.net

Salah satu pasangan vegan di Atlanta percaya anak mereka tidak perlu bertahan pada ASI atau susu formula. Sebaliknya, mereka memberi makan anak mereka yang berusia 6 minggu susu kedelai dan jus apel. Hingga kemudian anak mereka meninggal karena kelaparan. Sang orang tua akhirnya membawanya ke rumah sakit ketika menemukan ia tidak bernafas, tetapi dokter tidak bisa menyadarkan dia. Beratnya hanya 1,5 kg ketika ia meninggal.

Jade Sanders dan Lamont Thomas masing-masing dihukum seumur hidup karena pembunuhan anak mereka. Selama persidangan, mereka berpendapat bahwa mereka tidak bersalah dan tidak menganiaya sang anak, mereka hanya ingin menjalankan gaya hidup mereka sebagai vegetarian.

4. Orang tua tidak membawa anaknya ke rumah sakit meskipun sudah sakit selama dua minggu.

6 orangtua lalai © 2017 brilio.net

David dan Collet Stephan, seorang warga Kanada mengetahui jika anak mereka yang berusia 19 bulan tengah sakit, tapi mereka percaya dia hanya sedang sakit demam biasa, mereka pun memperlakukan dia dengan pengobatan rumah seperti cabai, sirup mapel, cuka sari apel, bawang putih, bawang merah, dan lobak. Mereka terus melakukan perawatan alami ini selama dua minggu meskipun sang anak tak jua menunjukkan tanda-tanda sembuh, bahkan setelah seorang teman mengatakan kepada mereka dia pikir anak itu memiliki meningitis dan harus dibawa ke dokter secepatnya.

Meskipun kondisi sang anak sudah darurat, pasangan itu tidak pernah membawanya ke dokter sampai bocah kecil itu berhenti bernapas. Pasangan itu didakwa dan dinyatakan bersalah karena gagal untuk menyediakan kebutuhan hidup untuk anak mereka.

5. Orangtua yang kecanduan game dan mengacuhkan bayinya hingga meninggal.

6 orangtua lalai © 2017 brilio.net

Pasangan orang tua dari Korea Selatan Kim Jae-beom dan Kim Yun-jeong begitu kecanduan game Prius yang bahkan membuat mereka 'membunuh' anak mereka. Ironisnya, permainan itu berkonsep pemain harus mengadopsi dan membesarkan anak virtual yang dikenal sebagai "Anima".

Setiap hari, pasangan itu akan meninggalkan rumah dan bayi yang baru berusia tiga bulan dengan satu botol susu saat mereka pergi ke sebuah kafe internet untuk bermain game dan merawat Anima mereka. Ketika datang ke rumah mereka menemukan anaknya meninggal, mereka menelepon polisi dan mengklaim mereka menemukannya sudah meninggal ketika mereka bangun, tapi otopsi segera mengungkapkan bahwa bayi itu meninggal karena kelaparan. Pasangan ini didakwa atas pembunuhan yang disengaja. Pengacara berpendapat bahwa mereka menderita kecanduan video game yang ekstrim.

6. Seorang ibu yang tidak percaya obat konvensional yang membuat anaknya meninggal.

6 orangtua lalai © 2017 brilio.net

Tamara Lovett adalah orang yang 'tidak percaya pada obat konvensional', anaknya pun tidak memiliki akta kelahiran dan tidak pernah dibawa periksa ke dokter selama hidupnya. Ketika ia jatuh sakit karena infeksi strep, ia menolak untuk membawanya ke dokter, dan justru memperlakukan penyakit sang anak dengan teh dandelion dan minyak oregano. Dia meninggal karena sepsis dan sejumlah kegagalan organ.

Tamara didakwa atas kegagalan untuk menyediakan kebutuhan hidup dan kelalaian kriminal yang menyebabkan kematian. Pembelaannya melemah ketika bukti yang disajikan menunjukkan bahwa sementara ia tidak percaya pengobatan modern secara keseluruhan, ia justru menggunakan antibiotik untuk mengobati infeksi akibat gigitan laba-laba, jenis obat-obatan yang sama yang akan menyelamatkan hidup putranya.