Kerap disebut Depnaker

Tahun 1997, Narsono pertama kali bekerja sebagai kuli pangkalan. Saat itu, upah harian rata-rata kuli seputar belasan ribu. Sejak itu pula kuli pangkalan sudah ramai. Ketika ditanya kapan pangkalan kuli tersebut mulai ada, Narsono mengaku tak tahu. Tapi, ia memastikan pangkalan tersebut sudah berumur jauh lebih tua.

Pangkalan kuli kalasan © 2023 brilio.net

foto: brilio.net/Sidratul Muntaha

Dulu, sebelum ruko tersebut menjadi toko mebel seperti sekarang, kepemilikannya selalu berganti. Untungnya, selama pergantian kepemilikan itu, para kuli tak pernah dilarang untuk mangkal di sana. Bahkan, ketika juragan toko mebel itu akhirnya datang, para kuli diberi pekerjaan. Mereka dibayar untuk memindah-mindahkan barang di ruko tersebut.

Sejak bekerja di sana, tak terhitung sudah berapa pekerjaan yang digarap oleh Narsono. Selain mendapatkan uang, ia juga mengaku jadi kuli pangkalan di sana. Sebab, di sana, Narsono bisa berkumpul bersama teman-temannya. Saat berada di pangkalan, Narsono terlihat lebih banyak tertawa daripada sedih meskipun belum kunjung dapat pekerjaan hari itu.

Berkumpul dengan teman-temannya di pangkalan menjadi satu-satunya hiburan ketika rumahnya mulai kosong. Kini, di rumahnya, cuma ada satu anaknya yang sudah bekerja. Istrinya sudah tak ada. Jika tak menyibukkan diri di pangkalan Kalasan, tentu ia bakal kesepian.

Ia juga terlihat senang ketika bertemu salah satu temannya yang sudah lama tak nongol. Teman itu akrab disapa Pak Min. Ia juga kuli pangkalan yang berasal dari Klaten. Menurut Pak Min, sudah hampir 4 bulan ia tak datang ke pangkalan. Sebabnya, ia harus mengerjakan proyek membangun hunian ponakannya di dekat rumahnya.

Alhasil, karena umurnya yang sudah sangat tua, pangkalan tersebut punya banyak sebutan. Beberapa sebutannya antara lain Depnaker, akronim dari departemen tenaga kerja. Sebutan lainnya adalah pekerja umum, sepertinya merujuk Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Apapun namanya, tempat itu konsisten menjadi semacam tempat berkumpul dan berkomunitas bagi banyak orang. Hubungan antara anggota pangkalan pun tetap cair dan hangat.

Hingga saat ini, menurut Pak Min, anggota pangkalan bertemu dan berkumpul selayaknya teman biasa, bukan sebagai komunitas atau organisasi tertentu. "Nggak ada komunitas atau organisasinya, kita di sini jagong (nongkrong) aja," tukas Pak Min.