Brilio.net - Media sosial memang dapat memberi dampak tekanan psikologis yang besar. Netizen adalah hakim mutlak di dunia maya. Mereka benar-benar memberi respons reaktif yang tidak terkontrol ketika menemukan suatu fenomena. Kita tentu masih ingat dengan kasus Sonya Depari yang ayahnya meninggal diduga syok putrinya menjadi bahan bully di media sosial.

Arus tekanan psikologis yang hadir dari media sosial juga dirasakan oleh seorang gadis berusia 16 tahun, Phoebe Cannop asal West Midlands, Inggris. Cannop. Gadis ini memilih mengakhiri hidupnya setelah foto yang seharusnya dikonsumsi terbatas ternyata tersebar luas.

phoebe foto  © 2016 brilio.net

Dirilis dari The Sun pada Senin (19/8), Kisah ini berawal dari seorang pemuda Asia yang disukai Phoebe. Belum sempat ketemu, namun Phoebe sudah menyebut pria itu sebagai pacarnya. Maka dia bermaksud untuk bisa diterima oleh orangtua sang 'pacar' dengan cara membuat editan foto dirinya menjadi seorang gadis yang memakai syal di kepala dan dengan wajah yang lebih hitam. 

phoebe foto  © 2016 brilio.net

Foto itu dikirim melalui chat pribadi kepada salah seorang temannya untuk meminta pendapat. Namun temannya itu justru menyebarkan kepada banyak orang. Hal ini memicu ketakutan Phoebe akan adanya pandangan dirinya telah berbuat rasis dan mendapat serangan reaksi negatif dari orang-orang Asia.

Phoebe ditemukan ayahnya gantung diri di rumahnya, Halesowen, West Midlands. Phoebe adalah seorang pesenam yang punya cita-cita menjadi bidan.

Katherine Tomkins dari kepolisian West Midland menyebut, "dari mengobrol dengan teman-temannya seminggu ini, kami menemukan bahwa gambar tersebut telah tersebar tanpa keinginannya. Ada reaksi negatif dan dia (Phoebe) mengisahkan pada temannya, siapa yang menyebarkan tanpa izin, dia takut menghadapi reaksi dari orang-orang Asia di lingkungannya."