Brilio.net - Masyarakat sosiologi mengenal konsep bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu yang abadi. Hal itu membuktikan bahwa sesuatu yang berhubungan dengan manusia dan budaya tidak akan pernah berhenti bergerak.

Perubahan akan selalu terjadi, masyarakat yang terbuka dengan perubahan akan bertahan. Konsep perubahan tersebut berwujud konsep perubahan sosial. Akulturasi merupakan salah satu bentuk perubahan sosial yang mudah ditemukan di sekitar kita.

Dirangkum brilio.net dari berbagai sumber, Jumat (08/040 ini penjelasan mengenai pengertian akulturasi dan dampaknya.

Pengertian Akulturasi

akulturasi © pixabay.com foto: pixabay.com

Secara etimologi, akulturasi merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin yakni acculturate yang berarti "berkembang dan tumbuh bersama". Akulturasi dapat dimakan sebagai usaha untuk perkembang dan tumbuh bersama. Berawal perubahan dari individu, kemudian bergerak mempengaruhi kelompok.

Koentjaraningrat mengatakan bahwa akulturasi budaya dapat terjadi apabila tercipta interaksi sosial, antara budaya asli dengan budaya pendatang untuk kemudian melebur menjadi budaya yang baru, tanpa menghilangkan ciri khas atau karakteristik kebudayaan lamanya. Singkatnya, akulturasi yakni percampuran antara kebudayaan luar atau kebudayaan asli berhasil menjadi kebudayaan yang baru.

 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akulturasi adalah proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu masyarakat. Sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, dan sebagian berusaha menolak pengaruh itu. Kesimpulannya, akulturasi lahir dari hasil interaksi manusia berupa pertemuan antar kebudayaan yang bersinggungan secara perlahan menjadi bentuk budaya baru.

Perubahan teknologi dan informasi yang sangat cepat menyumbang pengaruh besar pada perubahan yang terjadi di masyarakat. Informasi yang dimuat di media sosial, media massa, podcast, televisi, radio dan sebagainya turut mempercepat perubahan bagi orang-orang yang mengonsumsi konten tersebut.

Tidak bisa dipungkiri bahwa informasi yang tersaji di media sosial dan konten-konten dari gawai membawa unsur kebudayaan tertentu. Ketika informasi itu diterima dan dipahami oleh seseorang, secara tidak langsung unsur kebudayaannya dapat mempengaruhi individu atau kelompok.

Perubahan budaya pada suatu masyarakat dapat menjadi hal positif dan juga bisa menjadi hal yang negatif. Hal tersebut yang perlu diperhatikan oleh setiap anggota masyarakat untuk bijak dalam menghadapi budaya yang datang.

Proses Akulturasi

Akulturasi terjadi dikarenakan percampuran budaya asing dengan budaya sendiri. Beberapa bidang yang paling sering terjadi akulturasi yakni kuliner, gaya berpakaian, arsitektur sebuah gedung, dan lain-lain. Seperti yang sudah disampaikan di atas, proses akulturasi sangat pelan. Akulturasi membutuhkan waktu bertahun-tahun supaya dapat menghasilkan budaya baru di masyarakat.

Seperti yang diketahui proses akulturasi tidak bisa dilepaskan dari budaya asing atau budaya dari luar masyarakat. Budaya asing yang masuk ke lingkungan masyarakat tidak bisa langsung diterima.

Faktor masyarakat sangat mempengaruhi diterima atau tidak sebuah budaya di lingkungan masyarakat. Alhasil, tidak semua pencampuran budaya dapat menjadi perubahan sosial. Hal itulah yang membuat proses akulturasi memerlukan waktu dan proses.

akulturasi © pixabay.com foto: pixabay.com

Akulturasi budaya terjadi secara perlahan dan membutuhkan waktu yang cukup lama, ada beberapa faktor yang dapat menjadi pendorong akulturasi. Berikut ini adalah faktor yang mendukung terjadinya proses akulturasi budaya:

1. Pendidikan yang maju
Salah satu faktor pendorong utama akulturasi yakni pendidikan yang maju. pendidikan yang maju dapat membuka wawasan masyarakat tentang budaya-budaya di luar budaya mereka saat ini. Pengenalan kepada budaya-budaya asing akan berakibat pada imajinasi memajukan peradaban untuk menjadi lebih kuat dalam menghadapi perkembangan zaman. Selain itu, pendidikan juga dapat menjadikan masyarakat lebih memahami dampak sosial dari budaya yang datang dari luar maupun budaya yang sudah ada di masyarakat.

2. Sikap dan perilaku saling menghargai budaya
Dalam upaya menciptakan hubungan baik dengan budaya lain, masyarakat perlu memiliki sikap dan perilaku saling menghargai terhadap budaya lain. Hal ini menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya akulturasi budaya. Masyarakat yang tidak memiliki sikap dan perilaku budaya akan sulit dipengaruhi budaya dari luar mereka. Hal itu dapat mengakibatkan rasa benci atau tidak suka antar budaya, sehingga tidak akan terwujud akulturasi budaya.

3. Toleransi Terhadap Budaya Lain
Setiap masyarakat dilahirkan dari sebuah latar belakang budaya yang berbeda-beda. Di tengah situasi tersebut, toleransi budaya memiliki peran penting untuk melahirkan akulturasi. Sikap toleransi membuat pertemuan dan percampuran budaya menjadi lebih mudah dan lancar. Hal itu dikarenakan toleransi menciptakan masyarakat terbuka, tanpa ada ketakutan kehilangan ciri khas dari budayanya sendiri.

4. Adanya masyarakat heterogen
Faktor pendorong tercepat akulturasi adalah masyarakat yang heterogen. Masyarakat heterogen dapat mempertemukan budaya yang berbeda-beda. Hal itu akan memudahkan individu yang satu dan individu lainnya untuk belajar berbagai macam budaya.

5. Berorientasi ke Masa Depan
Masa depan merupakan hal yang pasti akan dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat yang memiliki orientasi masa depan akan terbiasa dengan rencana dan kesiapan, sehingga mendorong masyarakat untuk selalu terbuka terhadap perkembangan budaya-budaya di luar mereka.

Kelima faktor tersebut merupakan faktor yang mendorong akulturasi budaya secara internal. Selain faktor internal, berikut beberapa faktor eksternal yang dapat mendorong terjadinya akulturasi budaya. Faktor eksternal ini terjadi dari luar kelompok atau individu, sehingga mereka harus melakukan akulturasi budaya.

Berikut ini merupakan contoh dampak positif adanya akulturasi budaya bagi masyarakat Indonesia.

1. Kemajuan Teknologi dan Pola Pikir

Percampuran budaya negara lain dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat, misalnya menjadi lebih modern. Masyarakat menjadi mengenal adanya kemajuan teknologi dan pola pikir yang dapat menguntungkan.

2. Tingkat Hidup Lebih Baik

Dengan adanya kemajuan teknologi dan kemajuan pola pikir menjadi modern, secara tidak langsung akan meningkatkan hidup masyarakat dalam sebuah negara.

Misalnya, masyarakat bisa belajar dari teknologi untuk menciptakan teknologi dan produk baru yang dibutuhkan masyarakat itu sendiri.

Selain itu, juga dapat menyerap kebudayaan yang baik untuk kemajuan masyarakat. Contoh, meniru kedisiplinan negara Jepang.

3. Menciptakan Lapangan Kerja

Akulturasi budaya dapat mengakibatkan masuknya produk-produk dari luar negeri.

Dengan banyaknya produk yang datang, dibutuhkan pula banyak orang untuk mengelola distribusinya.

Nah, dalam hal ini akulturasi menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang. Tentu saja ini memberi dampak positif karena akan meningkatkan taraf hidup.

Dampak Negatif Akulturasi Budaya

akulturasi © pixabay.com foto: pixabay.com

Berikut ini merupakan contoh dampak negatif adanya akulturasi budaya bagi masyarakat Indonesia.

1. Terpengaruh Budaya Individualis

Individualis adalah orang yang mementingkan diri sendiri, atau orang yang egois.

Ini tidak cocok untuk masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi persatuan dan gotong royong.

Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya senang gotong royong, ramah, dan saling membantu. Oleh karena itu, budaya individualis adalah dampak negatif.

2. Terjadi Perubahan Budaya

Kemajuan teknologi tentu saja berpengaruh terhadap perubahan budaya, mengapa?

Misalnya, dengan adanya teknologi media sosial dan handphone, beberapa orang jadi tidak lagi melakukan budaya mengunjungi orang untuk menyampaikan pesan.

Dapat menjadi dampak negatif jika orang yang akan diberi pesan adalah orang yang lebih tua.

Di Indonesia, budaya menghormati orang tua, tata krama, dan sopan santun merupakan hal yang harus dilakukan semua orang.

Oleh karena itu, akulturasi budaya berdampak negatif jika budaya ini hilang karena adanya kemudahan teknologi.

3. Melupakan Budaya Asli

Akulturasi budaya akan mempengaruhi negara dan masyarakatnya. Namun, akan menjadi pengaruh negatif jika budaya asli menjadi hilang.

Sebagai anak Indonesia, harus dapat melestarikan budaya asli dari daerah masing-masing dengan tidak terlalu bertumpu pada budaya asing.

Ini merupakan sikap selektif, yaitu memilih-milih budaya asing yang mana yang harus ditiru, dan harus ditinggal.

Nah, itulah dampak positif dan negatif adanya akulturasi budaya bagi masyarakat.