Brilio.net - Siapapun yang bekerja dan terikat kontrak dengan perusahaan atau suatu lembaga pasti diberi gaji sesuai dengan standar masing-masing. Semakin berisiko pekerjaan tersebut, biasanya semakin besar upah dan tunjangan yang didapat selama bekerja. Biasanya perusahaan besar dengan kredibilitas tinggi menawarkan gaji yang cukup besar bagi karyawannya.

Bicara soal gaji, masalah ini seringkali dijadikan alasan mengapa orang resign atau berhenti bekerja dari suatu perusahaan. Tentu saja semua orang ingin mendapatkan upah yang besar mengingat kebutuhan pokok yang semakin bertambah. Kendati demikian, ternyata ada seseorang yang justru berhenti kerja bukan karena gaji melainkan jenuh.

Pengalaman ini diungkapkan oleh pria bernama Michael Lin. Melansir dari Indiatimes pada Senin (6/6), Michael Lin merupakan seorang karyawan di perusahaan penyedia layanan streaming berbayar yang cukup terkenal. Pengalamannya itu dibagikan olehnya lewat Linkedin.

Masih melansir dari sumber yang sama, Michael Lin bergabung dengan perusahaan OTT tersebut pada tahun 2017 sebagai senior software engineer di Amerika Serikat. Dalam setahun penghasilannya bisa mencapai USD 540 ribu atau sekitar Rp 6,4 miliar.

<img style=

foto: Twitter/@_michaellin

 

"Saya berpikir akan kerja di Netflix untuk selamanya. Saya menghasilkan USD 450 ribu (sekitar Rp 6,4 miliar) setahun, dapat makan gratis setiap hari dan jatah cuti yang tak terbatas," tuturnya dikutip dari Indiatimes, Senin (6/6).

 

 

Keputusan Lin keluar dari Netflix tentu membuat kaget semua orang. Keputusannya itu juga disayangkan oleh kedua orang tua Lin.

"Orang tua saya adalah orang pertama yang keberatan. Bagi mereka, pengunduran diri saya berarti membuang kerja keras mereka untuk bermigrasi ke AS," katanya.

Mentor dari Michael Lin juga merasa keberatan dengan keputusan tersebut. Apalagi jika Lin belum mendapatkan pekerjaan lain, hal itu hanya akan membuang keuntungan Lin apalagi jika gaji yang ditawarkan perusahaan lain tidak sebesar gajinya sekarang.

<img style=

foto: michaellin.io

 

Berbicara tentang apa yang membuatnya keluar dari pekerjaan bergaji tinggi, Lin mengatakan bahwa awalnya dia banyak belajar di tempat kerjanya itu. Tapi aktivitasnya itu semakin membosankan selama beberapa tahun dan semakin parah setelah Covid-19 melanda. Semua hal yang disukai Lin tentang pekerjaannya tiba-tiba sirna.

"Bekerja di Netflix seperti dibayar untuk mengerjakan studi kasus yang Anda pelajari di program MBA. Mereka membuat memo untuk setiap keputusan produk yang tersedia untuk dibaca semua karyawan. Satu-satunya yang tersisa adalah pekerjaan itu sendiri, dan saya tidak menikmati pekerjaan itu lagi," tuturnya.

<img style=

foto: Pixabay/mohamed_hassan

 

Lin sempat ingin bertukar jabatan secara horizontal, sayangnya hal itu tidak berhasil dilakukannya karena Netflix tidak memiliki proses untuk mendukung perubahan jabatan horizontal. Dia merasa pekerjaannya itu hanya menghasilkan uang tanpa kemajuan karier.

"Sekarang transisi ke peran manajer produk tidak mungkin dilakukan, gaji saya yang tinggi terasa seperti kesepakatan yang semakin buruk. Ketika saya mulai di Netflix, saya menghasilkan uang dan terus belajar hal-hal baru. Sekarang, saya hanya menghasilkan uang, tanpa kemajuan karir," pungkas Lin.

<img style=

foto: Pixabay/Innovalabs

 

Kebosanan yang dirasakan Lin mengendurkan motivasi bekerjanya. Hal itu juga berdampak pada kinerja Lin yang semakin lama semakin buruk. Dari hasil tinjauan pekerjaan terakhir pada April 2021, meminta Lin untuk menenangkan pikirannya dulu dan mempertahankan pekerjaan itu.

Michael Lin pun akhirnya berhenti setelah dua minggu kemudian. Ia takut kebosanan tersebut memengaruhi karier dan kehidupan sosialnya lebih parah lagi. Lin sendiri mengklaim sudah memiliki bisnis sendiri dan bertemu dengan banyak orang dari sini.

"Saya telah bertemu lebih banyak orang melalui memulai bisnis saya sendiri — pengusaha lain, penulis, dan kreator," tandas Lin.