Brilio.net - Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan angka yang mencerminkan pencapaian akademik seorang mahasiswa selama masa studi. Nilai ini diperoleh dengan menghitung rata-rata dari seluruh mata kuliah yang telah ditempuh, berdasarkan jumlah Satuan Kredit Semester (SKS) masing-masing mata kuliah. Secara umum, IPK menjadi tolok ukur prestasi akademik mahasiswa dan kerap dijadikan syarat kelulusan di berbagai program studi.
Setiap jurusan memiliki standar kelulusan IPK yang berbeda-beda. Mahasiswa harus mencapai batas minimal IPK yang ditentukan agar bisa dinyatakan lulus dalam suatu mata kuliah atau program studi. Tidak heran jika banyak mahasiswa berjuang keras demi mendapatkan IPK tinggi, dengan harapan bisa lebih mudah memperoleh pekerjaan setelah lulus.
Namun, apakah IPK benar-benar menjadi faktor utama dalam dunia kerja? Sebuah penelitian dari Cornell University mengungkapkan bahwa pengalaman kerja memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap peluang seseorang dalam mendapatkan pekerjaan dibandingkan dengan IPK. Selain itu, keterampilan interpersonal dan kemampuan bersosialisasi juga memberikan kontribusi sekitar 15 persen dalam menentukan keberhasilan seseorang di dunia kerja.
Meski begitu, IPK tetap memiliki peran penting. Nilai akademik yang tinggi menunjukkan bahwa seseorang memiliki ketekunan, disiplin, serta kemampuan berpikir analitis yang baik. Tak hanya berpengaruh dalam dunia pendidikan dan pekerjaan, ternyata ada juga situasi di luar akademik yang menjadikan IPK sebagai faktor penentu.
Sebuah unggahan di TikTok dari akun @joshwy memberikan contoh menarik tentang bagaimana IPK bisa berperan di luar dunia kerja dan pendidikan. Dalam video tersebut, terlihat seseorang mengenakan baju toga, menandakan momen kelulusan. Namun, alih-alih merayakan keberhasilan akademik, caption dalam video tersebut justru menyoroti fakta unik tentang IPK:
"IPK mah cuma bisa buat cari kerja dan kuliah," tulisnya dalam caption, dikutip dari Brilio.net, Rabu (12/3).
Unggahan ini pun mengundang perhatian warganet, menimbulkan berbagai diskusi tentang sejauh mana IPK benar-benar berperan dalam kehidupan seseorang.
foto: TikTok/@joshwy
Dalam postingan selanjutnya barulah diketahui bahwa ternyata ada pemilik kos yang mewajibkan penyewanya memiliki IPK tinggi. Tertulis, sang induk semang memberi batas rata-rata nilai IPK sebesar 3,5. Diketahui, pemilik kos ternyata merupakan seorang dosen yangsudah berumur.
Ibu kos melakukan monitor secara rutin agar nilai penyewa kosnya tidak turun. Ia juga mengatakan bahwa hal tersebut dilakukan agar penyewa kosnya tidak sia-sia karena sudah jauh-jauh merantau. Sayang jika sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit tapi nilai IPK malah rendah.
"Anak-anak di sini pasti ibu miniter nilai IPnya rata-rata semuanya di atas 3,5 karena ibu seorang dosen sudah tua, jadi ibu monitor hasil studi mereka kasihan jauh-jauh kuliah biaya tinggi IP rendah," tulis ibu tersebut.
foto: TikTok/@joshwy
Dalam postingan lain di akun Twitter milik @nelagitidur mengungkapkan, kos itu juga sengaja tidak dilengkapi dengan dapur. Alasannya karena lebih baik anak kosnya belajar daripada memasak. Cuitan ini pun menuai pro kontra.
Postingan tersebut menjadi viral dan mengundang perhatian netizen. Banyak yang mengatakan bahwa sulit sekali bagi anak teknik atau anak saintek lain untuk bisa menyewa kos di situ. Apalagi bagi beberapa jurusan, tidak gampang untuk mendapatkan IPK 3,5.
Dari video tersebut diposting hingga artikel ini ditulis, akun @joshwy udah menghimpun 801 ribu penonton. Selain itu, terdapat juga 75,6 ribu akun yang memberi like dan 1.527 komentar.
"Kalau IPK merosot di do di kos," tulis akun @rifdadyah.
"Redflag ibu kosnya, pasti tidak ada anak teknik ngekos di situ," kata akun @apasihsokiye.
"Pengen ibu kos kaya gini. Selain mikir besok makan apa, mikir juga besok tidur di mana," ujar akun @sa_linfen.
"Kalau gini jadi belajar giat demi tetep punya tempat tinggal," komentar akun @shezaazehs.
Recommended By Editor
- Bayar uang kuliah tanpa drama dengan wondr by BNI, dapat cashback lagi!
- Ketika magang dianggap beban, bagaimana menciptakan lulusan universitas yang berpengalaman?
- Berawal dari jenuh mengerjakan skripsi, momen cewek putuskan beli anak ayam ini endingnya bikin untung
- Dibolehin dosen makan selama di kelas, bawaan mahasiswa ini malah di luar prediksi BMKG
- Aksi kocak mahasiswa gelar wisuda di kos gegara skripsi terhambat dosen, kisah di baliknya bikin miris
- Beda pandangan Mendikiti Saintek dan Menko PMK soal penerima LPDP harus mengabdi di dalam negeri
- Penerima beasiswa LPDP tak harus pulang kampung, Mendikti Saintek bebaskan alumni berkarya dimana saja