Brilio.net - Kalau kita sering melihat di sebuah acara pernikahan, selalu ada kue pengantin dengan dekorasi menarik yang nantinya akan dipotong oleh kedua mempelai. Kalau kamu perhatikan, kue pengantin selalu bertingkat, dan minimal bertingkat tiga kan?

Tahukah kamu, bahwa kue pengantin itu memiliki filosofi tersendiri dan tingkat paling atas memiliki filosofi yang sangat istimewa. Dilansir brilio.net dari The Sun, Senin (6/3) menurut tradisi, tingkat kue ulang tahun paling bawah adalah untuk dikonsumsi di acara pesta pernikahan dan tingkat kedua untuk dibagikan setelah acara.

Kue pengantin © 2017 brilio.net

Namun, melihat kembali ke abad 19, tingkat kue paling atas biasanya disimpan hingga acara pembaptisan anak pertama.

Itulah mengapa dibutuhkan resep khusus untuk membuat kue pengantin bisa tahan cukup lama, bahkan hingga bertahun-tahun setelah pesta pernikahan diselenggarakan.

Nah, di abad ke-20 dan ke-21, ketika banyak pasangan mulai menunggu lebih lama sebelum memulai rumah tangga, arti tingkatan kue pun bergeser. Tingkatan kue paling atas sekarang disimpan untuk hari ulang tahun pernikahan pertama.

Di abad ke-17 sendiri ada dua kue yang selalu ada di pesta pernikahan, yaitu kue pengantin wanita dan kue pengantin pria. Kue pengantin pria biasanya berwarna gelap karena warna putih dianggap kurang maskulin.

Inspirasi kue itu konon pertama kali diperkenalkan oleh juru masak pastry, William Kaya (1755-1812), yang membuat kue pengantin berbentuk gereja St Bride di London.