Brilio.net - Ibukota negara Suriname adalah Paramaribo. Suriname merupakan negara yang terletak di benua Amerika Selatan, tepatnya di bagian timur laut Amerika Selatan. Bila dikaji dari segi astronomisnya berada di antara 1°-6°LU dan 54°-58°BB.

Di Sebelah timur berbatasan langsung dengan Guyana perancis sedangkan pada sisi batar bersebelahan dengan negara Guyana. Sebelah selatannya berbatasan langsung dengan negara Brasil. Adapun pada sisi utara negara ini adalah samudra Atlantik.

Bahasa resmi yang digunakan di negara ini adalah bahasa Belanda. Menurut sejarahnya, bahasa Belanda sudah diakui hukum sebagai bahasa resmi yang populer dan digunakan masyarakat setempat. Menariknya, meskipun mayoritas masyarakat disana menggunakan bahasa Belanda, bahasa daerah pun cukup berkembang di Suriname.

Terdapat dua bahasa yang berkembang di negara tersebut yaitu Sranan Tongo dan Suriname Jawa. Dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, (24/1). Ada hal menarik yang terjadi di Suriname. Di mana penduduk di sana ada yang menikah dengan menggunakan adat Jawa. Mereka yang menggelar acara pernikahan dengan adat Jawa tersebut mendapat juluka sebagai crazy rich. Wah, kenapa ya?  

Sejarah masuknya warga Indonesia ke negara Suriname

Dilansir dari Encyclopaedia Britannica (2015), Suriname adalah tanah jajahan Belanda yang memperoleh kemerdekaan pada 25 November 1975. Suriname juga pernah dijajah Spanyol, Inggris, Perancis, hingga Portugal. Masuknya orang Indonesia, mayoritas dari Jawa ke Suriname dimulai sejak 1890. Setelah itu terus dilakukan pengiriman hingga 1939.

Sebagai negara jajahan, Belanda mengirimkan ribuan orang dari Indonesia ke Suriname. Sebagian besar yang dikirim berasal dari Jawa Tengah, sebagian lagi dari Jawa Timur dan Jawa Barat. Di sana mereka menjadi buruh atau budak yang menetap di berbagai perkebunan.

Antara 1890 dan 1939 sekitar 32.956 orang Indonesia dikirim ke Suriname. Beberapa tahun setelah tragedi tersebut, terjadi lah pemulangan warga negara asing menuju negara asal mereka masing-masing. Sebagian besar banyak yang kembali ke Indonesia, namun juga beberapa ada yang menetap di Suriname.  

 

 

nikah pakai adat Jawa dijuluki crazy rich © 2023 brilio.net

nikah pakai adat Jawa dijuluki crazy rich
surinametourism.sr

Adapun orang Indonesia yang masih hidup menetap dan tinggal di Suriname sampai mereka memiliki keturunan. Hal ini mengakibatkan bahasa Jawa terus berkembang dan tersebar luas di Suriname hingga saat ini.

Mereka tinggal di beberapa tempat di Suriname seperti Saramacca, Coronie, Nickeria, Moengo, Paranam dan Billiton. Mereka turut serta membawa semua bahasa dan adat tradisi ke negara ini. Akibatnya banyak kemiripan kebudayaan antara Jawa di Indonesia dan Suriname. Dalam hal musik misalnya, campursari dan keroncong begitu populer di sana.

Bahkan, penyanyi campursari Didi Kempot dan Waldjinah sangat populer di Suriname. Ketika Didi Kempot dan Waldjinah masih hidup, mereka sering diundang ke acara-acara di Suriname. Lagu Jawa sangat populer di Suriname, meskipun ada sedikit perbedaan antara bahasa Jawa yang berkembang di Indonesia dan bahasa Jawa Suriname.

Budaya dan adat Jawa masih dilestarikan di sana. Nuansa Jawa sangat kental di negara ini seakan menjadi duplikat dari Indonesia. Seperti wayang kulit, wayang orang, tari-tarian dan budaya jawa lainnya.

Pernikahan adat Jawa dianggap berkelas di Suriname

nikah pakai adat Jawa dijuluki crazy rich © 2023 brilio.net

nikah pakai adat Jawa dijuluki crazy rich
surinametourism.sr

Di Suriname pernikahan adat Jawa menjadi trend tersendiri. Mereka menilai pernikahan dengan menggunakan adat Jawa merupakan sesuatu yang sangat berkelas dan diimpikan banyak orang. Tak heran jika ada diantara mereka yang menggelar pernikahan dengan adat Jawa dianggap orang kaya.

nikah pakai adat Jawa dijuluki crazy rich © 2023 brilio.net

nikah pakai adat Jawa dijuluki crazy rich
surinametourism.sr

Hal tersebut lantas berbeda jauh dengan Indonesia yang mengadopsi budaya barat sebagai kiblat utama untuk acara pernikahan. Tentunya hal seperti ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi masyarakat Indonesia supaya lebih menghargai dan mencintai budayanya sendiri ketimbang budaya negara lain.