Brilio.net - Pada Mei 2019, NASA mengumumkan pembukaan pendaftaran boarding pass ke Mars bagi siapa saja yang berminat. Akan tetapi program spesial dari NASA ini hanya mengizinkan namamu saja yang dikirimkan ke planet merah tersebut.

Meski hanya nama saja yang benar-benar pergi ke Mars, siapa sangka jika antusias orang yang mendaftarkan diri terbilang besar, tak terkecuali dari Indonesia. Bahkan hingga Minggu (9/6), pendaftar asal Indonesia sudah menyentuh angka 92.027 orang.

Angka ini membuat Indonesia berada di urutan ke-12 dari seluruh negara di dunia yang ingin mendaftarkan namanya dalam program NASA. Adapun tiga besar pendaftar berasal dari Turki, India, lalu disusul oleh tuan rumah Amerika Serikat.

Nama-nama penduduk Bumi ini akan dibawa dalam misi penjelajahan Mars 2010 NASA yang akan dilaksanakan pada 2020 mendatang. Melalui program ini, NASA memungkinkan dirinya untuk menitip nama dalam misi bernama Mars Exploration Program tersebut.

Selanjutnya, nama-nama pemilik boarding pass akan disatukan dalam satu chip yang mampu menampung hingga satu juta nama. Buat kamu yang tertarik, caranya mudah, cukup mendaftarkan nama, email, kode pos, dan asal negara.

Kamu juga nggak perlu khawatir dengan keamanan data yang diberikan. Pasalnya, NASA memastikan bahwa program ini memang ditujukan untuk mendapatkan partisipasi manusia Bumi dalam misi ke Mars. Sehingga badan antariksa Amerika Serikat itu tidak memiliki maksud menyalahgunakan data yang sudah diberikan.

"Ketika kami bersiap meluncurkan misi Mars yang bersejarah ini, kami ingin semua orang berbagi dalam perjalanan eksplorasi," tutur Associate Administrator Science Mission Directorate (SMD) NASA, Thomas Zurbuchen.

Terlepas dari misi, Scott Solomon, seorang profesor dari Rice University di Houston, Amerika Serikat, sempat memperkirakan mengenai kondisi manusia yang hidup di Mars.

Menurut Solomon seperti brilio.net lansir dari Inverse, Jumat (24/5), menyatakan jika manusia pindah ke Mars, generasi manusia selanjutnya akan mempunyai fisik yang lebih kuat. Tulang lebih kokoh, pandangan lebih terbatas, dan manusia Mars tidak akan melakukan hubungan seksual dengan manusia Bumi.

Perbedaan ini tentu tidak terlepas dari situasi planet yang berbeda. Seperti diketahui, Mars memiliki gravitasi yang lebih rendah dan tingkat radiasi yang sangat tinggi. Jika normalnya manusia lahir dengan 20-120 mutasi genetik, maka di Mars angka ini bisa lebih tinggi.

Maka dari itu, Solomon menyarankan pemindahan manusia ke Mars harus bisa mewakili seluruh ras dan etnik penduduk Bumi. Ia menyebut jika manusia bisa mengirim 100 ribu orang yang mayoritas berasal dari Afrika, karena memiliki etnik yang paling beragam.

Selain gravitasi dan tingkat radiasi yang berbeda, kondisi alam Mars dan Bumi juga sangatlah berbeda. Mars lebih dikenal sebagai planet yang tandus dan kering.

Namun siapa sangka, dulunya planet ini kaya akan air. Ya, hal ini dibuktikan dengan penemuan terbaru yang menunjukkan adanya jejak siklus air di musim panas planet Mars oleh Geophysical Research Letters, seperti dikutip dari Forbes, Sabtu (18/5).

Penemuan terbaru itu mengindikasikan bahwa miliaran tahun lalu, Mars dikaruniai air yang melimpah. Sungai dan laut ada di mana-mana. Namun, 80 persen air di Mars terkuras habis lantaran radiasi sinar ultraviolet dari matahari yang membelah molekul air di atmosfer menjadi radikal hidrogen dan hidroksil, sementara hidrogennya menguap.

Akan tetapi, ada satu hal yang menjadi misteri terbesar dari penemuan terbaru, yaitu dari mana datangnya air tersebut. Seperti halnya tropopaus Bumi, Mars juga memiliki lapisan atmosfer tengah yang seharusnya menahan naiknya gas, menyebabkannya berubah menjadi es dan jatuh kembali ke permukaan planet.

Lalu mengapa Mars bisa kehilangan air namun bumi bisa tetap menjaganya? Inilah yang sedang dipikirkan oleh para ilmuwan.