Brilio.net - Yacob Nainggolan, pemuda asal desa kecil Naburi Teladan, Sumatra Utara ini nggak pernah menyangka bisa menuntut ilmu di Jakarta. Apalagi sampai kuliah di kampus keren.

Pemuda berusia 19 tahun ini sekarang jadi mahasiswa jurusan manajemen bisnis di Sampoerna University. Dia bisa kuliah di kampus ternama ini setelah mendapat beasiswa penuh dari Bank HSBC Indonesia yang bekerjasama dengan Sampoerna University untuk mengembangkan edukasi keuangan dan perbankan lewat pendirian program studi Perbankan dan Keuangan.

Oh ya, dalam program ini Sampoerna University bekerjasama dengan Universitas Oregon State University, Amerika Serikat. Jadi, Yacob bisa dapat dua gelar sekaligus lho setelah lulus nanti.

“Tegang sekali waktu nunggu pengumuman. Diantara beasiswa lain, pengumuman beasiswa HSBC ini paling lama. Tapi saya pengen masuk ke sini (Sampoerna University) karena ingin menjadi profesional di dunia perbankan,” paparnya kepada brilio.net.

Di tahun pertama kuliah, Yacob mengikuti berbagai kompetisi. Baru-baru ini, timnya menduduki 10 besar kompetisi bisnis yang digelar perusahaan startup Shopee. Dia juga meraih juaara ke-III Duta Bahasa DKI Jakarta.

“Saya menikmati sekali proses pembelajaran di kampus. Yang paling saya suka adalah metode belajar mengajarnya, bikin mahasiwa enjoy banget,” tutur Yacob.

 

v © 2017 brilio.net



Nah di tengah kesibukannya belajar, Yacob tetap menyempatkan diri ikut kegiatan sosial dan kemahasiswaan. Dia juga menjadi relawan Yayasan Cinta Anak Bangsa sebagai librarian.

Selain itu, Yacob juga menjadi anggota dalam Badan Eksekutif Mahasiswa di kampusnya. Dia pun aktif dalam Komunitas Pojok Bursa untuk meningkatkan pengetahuannya akan bisnis dan keuangan.

“Jangan pernah takut bermimpi besar. Selama kita melakukan yang terbaik, pasti ada jalan untuk mencapainya,” kata Yacob.

Perjalanan Yacob bisa menggapai mimpinya itu bukan perkara mudah. Padahal 13 tahun lalu, dia nggak pernah bermimpi bisa kuliah di Jakarta. Maklum deh, Yacob terlahir dari keluarga sederhana.

Setelah ayahnya meninggal, dia hidup bersamaa ibu dan delapan kakaknya. Keluarganya hanya mengandalkan peninggalan kebun sawit sang ayah serta toko kelontong milik ibunya.

Yacob memulai pendidikannya di SDN 096122 yang tak jauh dari rumahnya. Hobi membaca membawa Yacob menjadi bintang di sekolahnya. Namanya tak pernah absen dari daftar peringkat 10 besar.

 

v © 2017 brilio.net Yacob (paling kanan) saat masih SMP
foto: yacobnainggolan.wordpress.com


Saat SMP, Yacob terpaksa bersekolah di kampung seberang karena di kampungnya nggak ada SMP. Dia akhirnya sekolah di SMP milik PTPN.

Lulus SMP, Yacob harus merantau ke Medan untuk meneruskan sekolah di SMA Methodist 1 setelah mendapat beasiswa dari sekolah tersebut. Yacob sejak kecil memang selalu menjadi langganan mendapat beasiswa. Dari sinilah tekad Yacob mengejar gelar sarjana semakin besar.

Nah dari kegemaraannya membaca, dia mulai menyusun karya tulis untuk dikirimkkan ke berbagai kompetisi menulis.

“Awalnya itu penuh perjuangan, tulisan saya dipandang sebelah mata, namanya saya dari desa dan kosakata saya belum banyak,” kenang Yacob.

Yacob nggak menyerah. Dia terus mengasah kemampuan dan mencari bahan bacaan lewat internet. Lewat kerja kerasnya, dia pun meraih Juara I Kompetisi Ilmiah tingkat Provinsi Sumatra Utara pada 2014.

Kemudian pada 2015, Yacob lolos 10 besar Astra Honda Motor Best Students (AHMBS) 2015 untuk wilayah Sumatera Selatan. Tak lama kemudian, dia juga berhasil meraih juara pertama Kompetisi Ilmiah tingkat kota di Medan.

 

v © 2017 brilio.net



Dia juga merebut juara ketiga dalam kompetisi surat terbuka untuk Presiden Joko Widodo yang digelar salah satu surat kabar di Sumatra Utara pada 2015.

Saat itu, Yacob mengangkat kondisi edukasi pedesaan yang masih jarang mampu memenuhi syarat belajar 12 tahun karena keterbatasan akses pendidikan. Yacob merekomendasikan perlunya sekolah gratis 12 tahun.

Ide ini muncul dari pengalaman sebagian besar masyarakat di kampungnya. Jangankan lulus SMA, untuk dapat mengenyam pendidikan hingga SMP saja sulit.

Pada 2016, Yacob menjadi semi finalis Kompetisi Ilmiah di Universitas Indonesia. Yacob juga menjadi pelopor berdirinya Kelompok Ilmiah Remaja di sekolahnya.

Kunci keberhasilan Yacob adalah kerja keras dan pantang menyerah. Semoga bisa menginspirasi anak-anak muda lain ya.