Brilio.net - Rumahnya besar. Di tembok, terpampang foto-foto dirinya bersama para tokoh nasional maupun bersama beberapa pembawa acara televisi yang pernah mengundangnya. Tak ketinggalan foto-foto kegiatan rumah sakit yang dikelolanya turut menghiasi dinding ruangan. Karirnya terus naik. Dari kepala dukuh, lurah, camat, dan kini menjadi wakil rakyat di Kabupaten Purbalingga. Dialah Supono Mustajab.

Ya, Supono adalah orang yang menampung Sumanto, orang yang pernah menggegerkan dunia karena memakan mayat manusia. Pria asli Purbalingga yang lahir pada 19 Juli 1953 ini telah berceramah dari tingkat Rukun Tetangga (RT) sampai luar negeri.

Sebelum mendirikan Rumah Sakit Khusus Mental yang berlokasi di Desa Bungkanel, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga pada 1995, Kyai Haji Supono Mustajab telah dikenal sebagai 'orang pintar' di desanya. Ketika ditemui brilio.net pada Kamis (10/3) di kediamannya, ia menceritakan bahwa dia sempat mengalami kejadian pahit ketika ingin merintis rumah huni para korban narkotika, psikotropika, dan zat aditif (NAPZA) serta mereka yang mengalami gangguan mental.

Di suatu upacara Sumpah Pemuda yang dihadiri pimpinan berbagai unsur pemerintahan, metode pengobatan ala Supono menjadi bahan tertawaan karena tidak berbasis medis. Dorongan dari beberapa orang membuatnya berani jalan terus. Jadilah rumah sakitnya kini menampung 60 pasien rawat inap ditambah ratusan lain yang rawat jalan. Di antara yang pernah “mondok” adalah Roy Marten, dan tentu saja Sumanto yang hingga sekarang tinggal di sana.

Mustajab © 2016 brilio.net
H. Supono Mustajab, merawat Sumanto karena rasa kemanusiaan.

Setelah dinyatakan bebas 2006, Sumanto tak langsung kembali ke rumah orangtuanya di Desa Plumutan, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga. Tetangga Sumanto menyatakan menolaknya karena takut akan terulang kejadian yang dialami jenazah Mbah Rinah, yang dimakan oleh Sumanto. Sedangkan pihak keluarga merasa keberatan menampung Sumanto lebih karena alasan ekonomi. "Sumanto itu aslinya tidak ada yang mau menerima. Keluarganya, orangtuanya, desanya, sampai bingung mau dibawa ke mana.

 

Sumanto lagi © 2016 brilio.net
Sumanto sekarang, tak lagi "ganas". Tapi tetap membutuhkan bimbingan Supono.

Seluruh rumah sakit hampir menolak semua. Alasannya ada tiga. Pertama, nanti Sumanto kalau dibawa ke sini pasien pada bubar. Yang kedua, untuk apa merawat dia nggak ada hasilnya, bayarannya apa. Yang ketiga, nanti tamunya banyak," tutur suami dari Hj. Siti Sofiyatun ini. Supono pun merasa tertantang untuk menangani Sumanto.

Hidup Sumanto sepenuhnya hingga kini dipasrahkan kepada Supono Mustajab. Bahkan pihak keluarga maupun warga Plumutan telah menyertakan tanda tangan untuk menyatakan kesediaan menitipkan Sumanto di Bungkanel sampai kematiannya tiba.

"Kenapa saya ambil Sumanto, karena saya melihat keluarga Sumanto miskin, sangat miskin. Saya menangis waktu melihat rumahnya. Nggak ada pikiran bakal terkenal. Bagaimana sih nangani yang berat, andaikata sembuh istimewa. Jadi alasannya ibadah. Dan ternyata Sumanto mudah dipelajari," terang Supono kepada brilio.net.

Sumanto lagi © 2016 brilio.net Sumanto dibekali keahlian mengelas untuk menunjang kehidupan.

Sumanto saat berada di Rumah Sakit Khusus Mental memang berbeda dengan pasien lain. Ia yang lebih dekat dengan Haji Supono. Bahkan, ia sering diajak kemana-mana oleh Supono. Diantaramya saat ia memberi ceramah ke berbagai tempat, bahkan ke luar negeri, Sumanto selalu diajaknya. Sumanto juga mempunyai kesibukan, yakni jadi tukang las di bengkel milik Haji Supono Mustajab.

BACA JUGA: Ditanya cita-citanya, Sumanto menjawab ingin makan daging sate (1)

 

TONTON VIDEONYA DI SINI: