Brilio.net - Soewandi. Namanya jarang dikenal oleh generasi milenial sekarang. Padahal, perkembangan bahasa Indonesia yang pesat juga tak lepas dari peran serta bapak yang satu ini. Peran Soewandi bisa dilihat dari perkembangan bahasa Indonesia menuju zaman modern.

Biografi Soewandi juga sangat minim. Susah sekali mendapatkan biografi lengkapnya sebagaimana tokoh-tokoh lainnya. Padahal, kontribusinya cukup besar bagi Indonesia. Di laman perpustakaan nasional, nama Soewandi tidak tercantum tanggal lahir.

Sebelum Ejaan Soewandi, Indonesia menggunakan Ejaan van Ophuysen. Hal itu bisa dilihat diantaranya saat Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada 28 Oktober 1928 yang kemudian dikenal dengan hari Sumpah Pemuda. Dalam kongkres tersebut salah satu dari ikrarnya adalah bahasa pemersatu, bahasa Indonesia. Dalam teksnya, ejaan yang digunakan sangat berbeda dengan yang kita gunakan sekarang, yakni ejaan yang disempurnakan(EYD).

 

Soewandi ejaan republik © 2017 brilio.net foto: Gurupendidikan.com

Dalam Kongres yang dilaksanakan di Jakarta tersebut tertulis, "Kami poetra dan poetri Indonesia mengjoenjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia." Berbeda sekali bukan?

Pada Ejaan Soewandi, penggunaan 'oe' diganti dengan 'u' ini adalah ciri khas dari Ejaan van Ophuysen. Ejaan ini populer saat itu karena pemerintah Belanda sedang melaksanakan politik etis. Kaum terpelajar terbantu dengan politik etis ini.

Tapi setelah kemerdekaan, ejaan ini dirasa penuh dengan citra Belanda. Di sinilah Soewandi berjasa. Pria kelahiran 1899 ini mencanangkan sistem ejaan yang baru. Ejaan ini dikenal dengan nama Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik Indonesia. Ejaan ini berlaku selama 25 tahun mulai dari 19 Maret 1947. Di kemudian hari ejaan Soewandi digantikan dengan EYD pada bulan Agustus 1972.

Lalu siapa Soewandi? Ia lahir di Karanganyar, Jawa Tengah. Pada saat itu, wilayah Indonesia masih dikuasai oleh kepemerintahan Hindia Belanda. Dengan adanya politik etis, Soewandi bisa mengenyam pendidikan di sekolah Pangreh Praja. Tak hanya itu, dia memperoleh gelar sarjana hukum di Rechtshoogeschool te Batavia. Sekolah tinggi ini merupakan perguruan tinggi hukum pertama yang dibuka sejak 28 Oktober 1924. Soewandi sendiri meninggal di Jakarta tahun 1964.

Karirnya dimulai ketika menjadi Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada kabinet Sjahrir II dan Menteri Pendidikan dan Pengajaran pada kabinet Sjahrir III. Pada saat menjadi Menteri Pendidikan, Soewandi menelurkan kebijakan Ejaan Republik Indonesia.

Fajar Erikha dalam tulisannya di Zenius mengatakan bahwa ejaan ini tidak hanya untuk menyempurnakan ejaan sebelumnya tapi juga untuk menghilangkan citra Belanda dalam bahasa Indonesia. "Londo sedang sirik-siriknya melihat pencapaian kemerdekaan mantan negara jajahannya ini hingga datang lagi ke Indonesia dengan memboncengi sekutu (tahun 1947). Semakin jelek deh impresi Belanda yang terwakilkan dalam ejaan Ophuijsen," tulis Fajar dalam artikel berjudul "Edjaan Tempoe Doeloe hingga Ejaan yang Disempurnakan".

Menurut Fajar, Ejaan Soewandi ini memiliki ciri khas tersendiri. Perbedaan yang mencolok dari Ejaan van Ophuysen adalah penggunaan 'u' dan kata ulang. 'Oe' seperti pada 'poetra' diganti menjadi 'putra'. Yang kedua adalah penggunaan kata ulang yang boleh ditulis dengan angka 2. Jadi kata kupu-kupu, ubur-ubur, lumba-lumba ditulis menjadi kupu2, ubur2, dan lumba2.

Nama Soewandi akan tetap menjadi salah satu orang yang berpengaruh terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Peran pria ini tak bisa dipisahkan dari bagaimana cara kita berkomunikasi. Bahkan, ejaan Soewandi juga mempengaruhi indentias kita sebagai bangsa Indonesia loh.