Brilio.net - Dulunya dikenal sebagai anak band saja, tapi siapa sangka kini malah sukses berkarier sebagai film director (sutradara). Bahkan di antara padatnya jadwal berkarya di bidang visual, selalu menyempatkan diri untuk tetap berkarya dan beraktivitas di grup musiknya.

Siapa lagi kalau bukan Bagoes Kresnawan alias Bagustikus. Pria paruh baya asal Jogja ini dikenal sebagai sutradara muda berbakat dalam beberapa waktu tahun terakhir.

Kepada brilio.net belum lama ini, Bagoes menceritakan sedikit banyak kiprahnya dalam dunia audio visual. Bagoes juga mengungkap bagaimana kisahnya bisa 'kecemplung' pada sesuatu yang tak ia prediksi sebelumnya,

Bagoes mengaku mulai merasa tertantang mendalami videografi justru saat melakukan pembuatan video klip grup band-nya, ALTEREGO. Produksi video klip yang dilakukan saat Ramadan tahun 2012 itu men-trigger Bagoes hingga seperti sekarang.

"Saat proses pembuatannya hingga aku pulang ke rumah, aku sempat berpikir "Kok sepertinya gampang ya, untuk bikin video?". Lalu setelah itu aku mantap untuk menjual beberapa alat musikku untuk jadi uang DP kredit kamera," ujar Bagoes mengawali obrolan dengan terkekeh.

Saat itu, kebetulan Bagoes juga baru saja resign dari sebuah perusahaan penyiaran di Jogja. Ia jadi punya waktu banyak untuk fokus belajar membuat konten video, seperti film pendek hingga web series yang ia pamerkan di kanal YouTube-nya.

Hingga pada akhirnya setahun kemudian Bagoes ditawari oleh Erix Soekamti untuk membantu membangun Euforia Audiovisual, rumah produksi milik manajemen Endank Soekamti. Di sana, Bagoes kecipratan banyak ilmu, membentuk mental, hingga mengerjakan cukup banyak produk-produk audio visual profesional, dari video klip, film pendek, dan produk-produk komersial lainnya.

"Di Euforia Audiovisual aku mulai belajar banyak, mulai dari teknik hingga bagaimana memasarkan sebuah jasa atau kemampuan kita sebagai seorang yang bekerja di industri kreatif," papar Bagoes.

Pada fase itulah, Bagoes mulai menyadari bahwa bidang audio visual adalah pekerjaan yang sangat menjanjikan. Sebuah kesenian komplet yang tak lekang waktu. Bagoes pun semakin yakin bahwa dunia seni inilah yang ia cari selama ini.

"Film adalah seni yang paling kompleks. Di situ ada seni fotografi, seni peran, seni musik, seni pertunjukan. Hampir semua seni ada di sana. Dengan media presentasi audio visual, film jadi alat komunikasi yang sangat efektif, dengan berbagai pendekatan yang mengarah ke hiburan," kata dia.

*

Founder HUNTING PASAR

Usai berkarya bareng Erix Soekamti dan Euforia Audiovisual, Bagoes mulai melakukan 'skill upgrade'. Bukan soal videografi, namun Bagoes mulai berkecimpung di dunia street photography bersama komunitas yang ia bentuk sendiri.

"Uniknya justru di tahun 2018 aku baru mulai betul-betul mendalami fotografi. Dari situ aku membangun HUNTING PASAR, sebuah komunitas fotografi jalanan yang banyak memotret di ruang publik, utamanya pasar-pasar tradisional," kata Bagoes.

HUNTING PASAR pun juga di luar ekspektasi Bagoes. Komunitas fotografi jalanan itu diakuinya lahir dari sebuah keisengan. Namun siapa sangka dari hari ke hari peminatnya justru semakin banyak.

"Ternyata street photography sangat diminati oleh banyak fotografer, yang kemudian membuat kami sangat pesat berkembang. Sampai hari ini HUNTING PASAR ada di lebih dari 80 kota di seluruh Indonesia," ujarnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Hunting Pasar Indonesia (@huntingpasarid)

Dari HUNTING PASAR, juga nama beken 'Bagustikus' mulai dikenal banyak orang. Padahal kalau dipikir-pikir, menurut Bagoes, nama dengan embel-embel 'tikus' itu lagi-lagi cuma karena keisengannya saja.

"Haha! Sebenarnya itu hanya kebetulan, tidak ada kaitannya dengan hewan tikus. Dulu waktu duduk di bangku SMP, ada pelajaran komputer yang menugaskan kami untuk membuat email. Aku lihat teman-teman menggunakan nama yang dikeren-kerenkan. Biasa lah, alaynya anak SMP. Nah, waktu itu aku mikir harus punya nama yang saat disebutkan ada rimanya, 'bagus-tikus'. Enak saja disebutnya. Lalu jadilah username hingga panggilanku sampai sekarang," papar Bagoes sembari tertawa lepas.

Namun setelah adanya HUNTING PASAR tidak membuat Bagoes melupakan ilmu-ilmu videografinya. Bagoes justru semakin bersemangat membuat aktivasi karya berupa visual bergerak, paling kerap membantu beberapa grup band Jogja untuk mengerjakan video klipnya. Dari HUNTING PASAR, Bagoes juga mendapat banyak ilmu dari teman-teman barunya.

*

Musik dan drum adalah hobi terbaik

Sebelum dikenal sebagai 'anak film', nama Bagoes cukup menggaung di skena musik Yogyakarta era 2007 hingga 2012. Bagoes adalah drummer yang sangat musikal, kompeten, dan cukup sering diperbantukan musisi-musisi lain dalam berkarya pada masanya.

"Ya bisa dibilang, kalau nggak dari dunia band, dunia musik, aku nggak bisa kenal sama kamera, nggak bisa belajar soal foto sampai film. Semuanya pada akhirnya berkesinambungan," ungkap Bagoes.

Menurut Bagoes, musik adalah hobi terbaiknya. Suatu kesenian paten yang tidak bisa dipisahkan dari dirinya sejak kecil sampai sekarang. Sampai saat ini Bagoes masih punya dua grup band. Keduanya masih berkarya dan kerap manggung.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Bagoes Kresnawan (@bagustikus)

"Band-ku utama adalah ALTEREGO, yang sampai hari ini sudah merilis dua album. Kami masih cukup produktif dengan karya lagu sendiri. Karya visualnya juga selalu kami kerjakan sendiri. Selain itu, aku juga aktif di NYK GUNS, tribute band yang secara spesifik membawakan lagu-lagu hits milik Guns N'Roses," imbuhnya.

*

Brand Ambassador LUMIX Indonesia

Karya demi karya yang telah diciptakan Bagoes juga tak luput dari 'senjata' apa yang digunakan. Sejak bergerak dengan HUNTING PASAR, Bagoes mendapat kehormatan untuk dipercaya sebagai brand ambassador LUMIX Indonesia.

Kemunculan HUNTING PASAR saat itu membuat banyak brand besar tertarik untuk memberi support lebih, terutama LUMIX. Kerja sama yang disepakati HUNTING PASAR dan LUMIX akhirnya memang membuka banyak pintu, terutama untuk Bagoes sendiri.

"Mungkin karena kemunculan HUNTING PASAR yang masif, kemudian menjadi salah satu prospek partner yang menjanjikan untuk LUMIX. Sampai tahun 2023 ini aku sudah empat tahun menjalin kerja sama eksklusif dengan LUMIX," kata Bagoes.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Bagoes Kresnawan (@bagustikus)

Masih dekat dengan skena musik juga salah satu keuntungan Bagoes. Selama ini banyak karya yang telah lahir dari tangan dinginnya, dan rata-rata selalu dibuat dengan produk LUMIX. Sebut saja seperti video klip 'Di Sayidan' milik Shaggydog, lalu lebih dari 10 video klip dari Ndarboy Genk.

"Selain video klip, terbaru ada film pendek dengan aktor-aktor idolaku seperti Rukman Rosadi di Rumit The Series (2021) dan Erick Estrada di Unity In Love (2022)," ujarnya.

*

Terakhir, brilio.net juga tak lupa meminta Bagoes untuk memberikan pesan-pesan kepada para Sobat Brilio yang ingin serius mendalami dunia seni sebagai passion-nya. Sebab zaman sekarang bidang audio visual semakin diperlukan, peluang untuk berkembang juga sangat menjanjikan jika paham betul mempelajarinya.

"Seni kreatif hari ini sangat dekat dengan teknologi, ini jadi dua mata pisau. Di satu sisi memudahkan, karena teknologi semakin maju dan murah. Tapi di sisi lain otomatis memperbesar persaingan, karena semua orang bisa mempelajarinya dengan cepat. Pesanku untuk teman-teman yang ingin atau baru akan memulai bekerja di dunia ini, kita harus punya ciri tersendiri dan jangan mudah ikut arus. Referensi banyak banget bisa ditemui di internet, tapi pada akhirnya touch masing-masing seniman itu yang akan membedakan," pungkas Bagoes mengakhiri obrolan.