Brilio.net - Gunung Semeru mengalami erupsi pada Sabtu (4/12) lalu menelan korban jiwa 13 orang dan puluhan orang luka-luka. Erupsi yang terkesan tiba-tiba itu memicu pertanyaan beberapa pihak tentang tiadanya peringatan dini. Salah satunya datang dari Ketua DPP Koliasi Kawal Lingkungan Hidup Indonesia (Kawali) Jawa Timur Wigyo. Ia mempertanyakan soal berfungsi atau tidaknya sistem peringatan dini.

"Apa tidak ada peringatan sebelumnya? Apa tidak diberlakukan early warning system? Dalam saat-saat darurat seperti ini early warning system sangat penting dan diperlukan untuk menunjang mitigasi bencana demi keselamatan warga sekitar," ujar dia dalam keterangannya, Minggu (5/12), seperti dikutip dari liputan6.com.

Menanggapi berbagai pertanyaan peringatan dini yang beredar, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani menyatakan early warning system atau sistem peringatan dini di kawasan Gunung Semeru sudah berjalan.

Berdasarkan kronologi, Andiani menyatakan adanya peningkatan aktivitas Gunung Semeru sejak 1 Desember 2021, yaitu berupa guguran ataupun awan panas.

"Dan ini sudah kami sampaikan kepada stakeholder di daerah melalui WA group," kata Andiani dalam konferensi pers, Minggu (5/12) seperti dilansir brilio.net dari liputan6.com, Senin (6/12).

Andiani melanjutkan, pihaknya juga telah bersurat kepada Bupati Lumajang, Thoriqul Haq dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pada 2 Desember 2021.

Surat tersebut yaitu terkait kondisi terkini terkait peningkatan aktivitas Gunung Semeru.

"Pada tanggal 2 Desember juga sudah mengeluarkan surat kepada Gubernur dan Bapak Bupati Lumajang mengenai kondisi kekinian dan imbauan yang kami sampaikan pada surat tersebut," papar Andiani.