Brilio.net - Sesuai hasil hitung cepat Jakarta akan punya pemimpin baru. Sosoknya adalah Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Mereka akan menggantikan pemimpin sekarang Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat.

Ibaratnya nih, meminjam istilah anak muda, warga Jakarta akan punya 'gebetan' baru pada sosok Anies-Sandi. Lalu bagaimana nasib Ahok-Djarot, apakah akan dilupakan begitu saja oleh warga Jakarta? Sebelum membuangnya menjadi kenangan, sebaiknya mari kita ingat-ingat lagi sepak terjang Ahok-Djarot selama dua tahun memimpin Jakarta.

Ahok dilantik menjadi gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo yang terpilih sebagai Presiden RI pada Pemilu 2014. Sebelumnya sosok asal Belitung ini menjadi wakil Jokowi. Jokowi-Ahok memenangi pemilihan gubernur Jakarta 2012 mengalahkan petahana Fauzi Bowo yang berpasangan dengan Nachrowi Ramli.

 

Pada saat pelantikan menjadi gubernur DKI Jakarta di Istana Negara, Oktober 2014 #latepost

A post shared by Ahok BasukiTPurnama (@basukibtp) on


Setelah menjadi gubernur, yang didampingi Djarot sebagai wakil, sepak terjang Tokoh Anti Korupsi 2007 ini semakin kentara. Program yang menjadi prioritas adalah pemerintahan yang bersih dan akuntabel. Ahok yang mengarahkan PNS DKI bekerja melayani rakyat. Pelayanan berbelit-belit dan tidak transparan diubah. Sistem pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di Jakarta pun makin memudahkan warganya.

Di bidang kesehatan dan pendidikan, Ahok juga melakukan banyak perubahan. Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP) diklaim membantu pendidikan anak-anak Jakarta sekaligus warga masyarakat Ibu Kota dalam akses pelayanan kesehatan.


Masalah lain, soal transportasi yang menjadi salah satu persoalan pelik Jakarta, utamanya mengatasi kemacetan, dibenahi dengan mendorong warga beralih ke transportasi umum.

Proyek TransJakarta yang digagas gubernur sebelumnya, Sutiyoso disempurnakan. Dari jumlah 543 armada saat pertama-tama diluncurkan, kini sudah mencapai 1.347 armada dan diharapkan bisa mencapai 3.000 armada untuk melayani kebutuhan transportasi warga Ibu Kota.

Ahok juga konsen pada masalah lingkungan. Untuk itu dia pun menormalisasi sejumlah sungai yang ada. Dia juga membentuk sejumlah pasukan khusus untuk membantu pelaksanaan program yang berkaitan dengan lingkungan, disebut Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum (PPSU) atau lebih dikenal dengan Pasukan Oranye, Kuning, Hijau, Biru. Pasukan ini cukup populer di masa pemerintahan Ahok karena kinerjanya dianggap mampu mengatasi persoalan sampah, banjir, taman. Salah satu aksi Pasukan Oranye saat membersihkan gorong-gorong waktu banjir kemarin bahkan viral.

Masih berkaitan dengan lingkungan, Ahok juga banyak membangun Ruang Terbuka hijau (RTH) dan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Salah satu yang paling dikenal adalah RPTRA Kalijodo. Bekas lokalisasi ini digusur oleh Ahok untuk dibangun taman. Menurut Ahok, Jakarta butuh 30% ruang hijau.

Namun, tak ada gading yang tak retak. Ahok juga tak luput dari masalah. Kebijakan penggusuran untuk mengatasi masalah banjir menuai kecaman. Dia dianggap tak memihak rakyat miskin. Sikapnya yang spontan juga kerap mengundang cibiran. Sebelum pelaksanaan Pilkada, Ahok malah tersandung kasus Al-Maidah. Kasus ini bahkan memantik gerakan massa dari kelompok Islam.

Kini Ahok sudah bersiap mengucapkan selamat tinggal kepada Ibu Kota. Dan Ahok mungkin saja dikenang sebagai gubernur dengan tuduhan penista agama karena kasus Al-Maidah. Tapi rapor kepercayaan publik hingga melewati 70% adalah angka yang pantas diapresiasi.

Dan selayaknya warga Ibu Kota mengucapkan terima kasih kepada politisi kelahiran Desa Gantung, Belitung Timur ini. Juga untuk Djarot, wakilnya, yang memiliki senyum khas.

 

Tulisan merupakan pandangan pribadi penulis dan tidak merefleksikan Brilio.