Brilio.net - Ketegangan berkepanjangan antara India dan Pakistan berakar dari peristiwa sejarah besar: pembagian India oleh Inggris pada 1947. Dari pemisahan tersebut lahirlah dua negara merdeka, yakni India dan Pakistan. Namun, satu wilayah yang bernama Jammu dan Kashmir menjadi sumber sengketa sejak awal. Meski mayoritas penduduknya Muslim, wilayah ini dipimpin oleh seorang maharaja Hindu, Hari Singh, yang memutuskan bergabung dengan India. Pakistan menolaknya dan mengklaim wilayah itu berdasarkan komposisi demografisnya.

Konflik pertama meletus tak lama kemudian. Perang India-Pakistan Pertama (1947–1949) pecah dan berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi PBB, menghasilkan pembentukan Garis Kontrol (LoC). Sayangnya, perdamaian tidak bertahan lama. Pada 1965, Perang Kashmir Kedua meledak setelah pasukan Pakistan menyusup ke wilayah yang dikuasai India. Ribuan nyawa melayang, dan lagi-lagi PBB harus turun tangan untuk meredakan konflik.

Dekade demi dekade berlalu, namun bara konflik tak pernah padam. Bentrokan sporadis, serangan lintas batas, hingga kerusuhan sipil terus terjadi. Wilayah Kashmir tetap menjadi titik panas, dengan sebagian masyarakatnya menuntut kemerdekaan dan keadilan.

Pada April 2025, situasi memanas kembali. Serangan mematikan di wilayah Kashmir yang dikuasai India menewaskan 26 orang. India menuduh Pakistan terlibat dalam aksi tersebut. Sebagai respons, India menangguhkan perjanjian perairan Indus dan mengusir warga Pakistan. Pakistan membalas dengan menutup perbatasan, mengusir warga India, serta membatasi gerak diplomatik.

Ketegangan mencapai titik kritis pada 7 Mei 2025. India meluncurkan serangan rudal bertajuk Operasi Sindoor ke wilayah Pakistan, menargetkan fasilitas yang diduga terkait kelompok teroris. Namun, Pakistan menuding India menyerang wilayah sipil, termasuk sebuah masjid, yang menyebabkan sembilan orang tewas, termasuk anak-anak. Serangan balasan dari Pakistan pun menyusul, menewaskan tiga warga sipil di India. Perdana Menteri Pakistan,Shehbaz Sharif menyebut aksi tersebut sebagai deklarasi perang dan berjanji akan membalasnya.

Konflik ini memperlihatkan kompleksitas yang dalam, dari sejarah kolonial, dinamika etnis, hingga kepentingan politik, yang membuat perdamaian India-Pakistan sulit dicapai. Ketegangan terbaru bahkan menyita perhatian dunia karena berpotensi memicu eskalasi yang lebih luas.

Gambaran dampak global konflik India-Pakistan, dari ekonomi hingga ancaman nuklir

kronologi lengkap dari 1947 hingga peperangan terbaru 2025 © 2025 brilio.net

foto: AI/Meta

Konflik ini bukan sekadar urusan dua negara. Dunia pun merasakan dampaknya, baik secara ekonomi, geopolitik, maupun kemanusiaan.

1. Dampak ekonomi regional dan global

Perang antara India dan Pakistan bisa mengguncang perekonomian Asia, bahkan dunia. India, sebagai ekonomi terbesar kelima dan anggota BRICS, serta Pakistan yang strategis dalam jalur perdagangan Asia Tengah, menjadi kunci stabilitas kawasan. Konflik ini dapat memutus rantai pasok global, mendorong harga komoditas seperti minyak dan gandum, serta memukul pasar saham regional — terutama Pakistan yang ekonominya sudah terpukul pascaserangan April 2025.

2. Dampaknya pada Indonesia

Indonesia yang menjalin kerja sama dagang erat dengan kedua negara juga terancam. Ekspor minyak sawit (CPO) dan tekstil ke India dan Pakistan bisa terganggu. Fokus kedua negara yang beralih ke anggaran militer membuat jalur perdagangan berisiko melambat.

3. Kesenjangan kekuatan ekonomi

Perbedaan kapasitas ekonomi antara India dan Pakistan sangat mencolok. Lembaga pemeringkat Moody’s memperingatkan bahwa konflik ini dapat memperparah kondisi keuangan Pakistan — terutama karena lemahnya cadangan devisa dan ketergantungan pada bantuan luar negeri. Sebaliknya, India diperkirakan tetap kuat secara makroekonomi meski harus merogoh kocek lebih dalam untuk belanja pertahanan.

4. Risiko nuklir dan krisis kemanusiaan

Ini bukan sekadar konflik konvensional. Kedua negara memiliki senjata nuklir. Ilmuwan memperingatkan bahwa konfrontasi nuklir bisa menimbulkan "musim dingin nuklir", bencana ekologi, dan ancaman terhadap kelangsungan hidup global. Di tingkat regional, jutaan orang berisiko menjadi pengungsi, infrastruktur hancur, dan layanan kesehatan lumpuh.

5. Dampak geopolitik global

Konflik ini dapat menyeret kekuatan besar seperti AS, Tiongkok, dan Rusia yang memiliki kepentingan strategis di kawasan. Ketegangan tersebut semakin memperkeruh stabilitas global yang sudah rentan akibat berbagai krisis — dari perang di Ukraina hingga konflik di Timur Tengah.

Masih adakah harapan perdamaian?

Di tengah meningkatnya retorika perang dan balas dendam, para diplomat dunia melihat celah harapan. Jika India dan Pakistan mampu menunjukkan keberanian politik untuk menahan diri dan memulai dialog, masih ada peluang untuk mencegah konflik yang lebih luas. Dunia pun menanti, apakah kedua negara bersedia memilih meja perundingan ketimbang medan perang.