Brilio.net - Penembakan yang terjadi pada kemarin Jumat (15/3) di masjid Al-Noor dan masjid Linwood Islamic Center di Selandia Baru menyita perhatian dunia. Setidaknya ada 49 orang menjadi korban atas penembakan tersebut. Jika sebelumnya, pihak Kementerian Luar Negeri, Retno Marsudi menyebut ada enam WNI yang menjadi korban dalam tragedi tersebut. Pada Sabtu (16/3), pihak KBRI Wellington memberikan informasi terbaru terkait jumlah WNI yang menjadi korban penembakan.

Dikutip brilio.net dari liputan6.com, jumlah korban WNI yang terdampak kasus penembakan Selandia Baru di Christchurch menjadi delapan orang. Dari total delapan, enam WNI terdampak di Masjid Al Noor, namun satu di antaranya hingga saat ini masih hilang kontak dengan pihak kedutaan. Sementara dua lainnya terdampak di Masjid Linwood (Linwood Islamic Centre), diketahui terluka dan menjalani perawatan medis. Kedua TKP berada di area kota Christchurch.

"Dari enam WNI yang diketahui berada di Masjid Al Noor pada saat kejadian penembakan hari ini, lima orang telah melaporkan ke KBRI Wellington dalam keadaan sehat dan selamat," terang KBRI Wellington dalam pernyataan yang diterima Liputan6.com.

Sebanyak lima orang telah melaporkan diri ke KBRI Wellington bahwa mereka dalam keadaan sehat dan selamat. Sementara satu orang bernama Muhammad Abdul Hamid masih belum diketahui keberadaannya.

Sementara dari masjid Linwood, KBRI Wellington menemukan bahwa dua WNI, yakni seorang ayah dan anaknya, tertembak dalam serangan teror.

Berdasarkan informasi dari KBRI, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir menyebutkan bahwa kondisi sang ayah yang bernama Zulfirmansyah masih kritis dan dirawat di ruang ICU Christchurch Public Hospital. Sementara anaknya dalam keadaan yang lebih stabil dan berada di ruang perawatan biasa.

Pihak KBRI Wellington melakukan berbagai upaya untuk menghimpun informasi mengenai keberadaan dan keadaan para WNI di Christchurch. Pihak KBRI sendiri menemui hambatan karena tidak mendapatkan akses penerbangan menuju ke Christchurch. Hal itu disebabkan bandara ditutup oleh pihak otoritas setempat untuk alasan keamanan. Sementara jarak dari Wellington ke Christchurch mencapai 440 kilometer.

Oleh karena itu, untuk mengetahui kondisi para WNI di Christchurch, tim KBRI Wellington berupaya mengumpulkan informasi melalui koordinasi dengan kelompok warga Indonesia di kota tersebut.

"Tim KBRI Wellington yang menuju ke sana (Christchurch) ternyata terhambat karena penerbangan menuju ke sana dibatalkan. Informasi mengenai WNI yang diterima KBRI didapat dari kelompok WNI yang ada di kota tersebut," kata Arrmanatha yang brilio.net kutip dari Antara.

Arrmanatha menyebutkan bahwa pihak otoritas Selandia Baru melarang semua penerbangan dari dan ke kota Christchurch pascaperistiwa penembakan di dua masjid di kota tersebut. Selanjutnya, KBRI Wellington masih terus memantau perkembangan situasi dan kondisi para WNI di Christchurch pascaperistiwa penembakan melalui koordinasi dengan berbagai pihak, seperti otoritas keamanan, rumah sakit dan Perhimpunan Pelajar Indonesia setempat.