Brilio.net - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada jajarannya terutama Gugus Tugas Percepatan Penanganan Wabah Corona agar meningkatkan jumlah tes polymerase chain reaction (PCR) virus corona (Covid-19). Dia ingin tes PCR bisa dilakukan lebih dari 10 ribu kali dalam sehari.

"Ini juga lompatan yang baik tetapi saya ingin agar setiap hari paling tidak kita bisa tes lebih dari 10 ribu," kata Jokowi dikutip Antara.

Jokowi mengatakan bahwa peningkatan jumlah tes PCR juga berarti memperluas jangkauan pemerintah dalam mendeteksi virus corona. Menurutnya, itu penting. Perluasan jangkauan bisa mengurangi penumpukan pemeriksaan sampel, terutama di daerah yang menjadi pusat atau episentrum penyebaran wabah corona.

Sejauh ini, Jokowi mengaku mendapat laporan tes PCR sudah dilakukan terhadap 26.500 orang di Indonesia. Dia mengamini bahwa itu merupakan kemajuan dibanding sebelumnya. Akan tetapi, Jokowi tetap ingin tes PCR diperluas lagi.

"Saya ingin tes PCR ini betul-betul bisa diperluas jangkauannya dan mengurangi tumpukan pemeriksaan sampel, terutama di daerah episentrum," kata Jokowi.

Dalam kesempatan yang sama, Jokowi mengatakan ada penambahan laboratorium yang mampu memeriksa hasil tes PCR. Dari semula hanya 3, kini telah ada 29 lab yang mampu memeriksa hasil tes PCR dari 78 lab yang dipersiapkan.

Tak hanya itu, Jokowi juga mengapresiasi pengadaan 18 buah alat tes PCR oleh Kementerian BUMN. Dia mengatakan pengadaan alat tes ini bisa mempercepat tes PCR hingga hampir 9 ribu sampel.

"Sehari satu alat bisa 500 PCR berarti kalau 18 berarti per hari bisa tes sembilan ribu PCR per harinya ini sangat baik," kata dia.

Sejauh ini, pemerintah pusat mengumumkan telah ada 4.241 orang terinfeksi virus corona hingga Minggu (14/4). Ada 373 di antaranya meninggal dunia dan 359 orang sembuh.

Pada 8 April lalu, Worldometer menyatakan Indonesia termasuk negara dengan penduduk padat namun baru sedikit melakukan tes corona. Pada 8 April, dari 270 juta, baru 14.354 warganya yang menjalani tes corona.

Worldometer menggambarkan hanya 52 dari setiap 1 juta warga Indonesia yang menjalani tes corona. Angka pemeriksaan yang rendah itu pun dinilai sejumlah pihak mengejutkan mengingat Indonesia merupakan negara dengan tingkat Gross Domestic Product (GDP) tertinggi di Asia Tenggara.