Brilio.net - Penyebaran virus Corona belum juga kunjung reda membuat masyarakat semakin waspada. Masyarakat pun melakukan cara untuk mencegah penularan virus asal China tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menyemprotkan cairan disinfektan. Bahkan penyemprotan ini tengah digalakkan di seluruh wilayah di tengah pandemi virus Corona.

Tak hanya dilakukan oleh instansi resmi pemerintah, namun masyarakat juga berlomba-lomba untuk membuat cairan disinfektan sendiri guna membunuh virus Corona yang disinyalir dapat hidup hingga tiga hari pada permukaan benda.

Penyemprotan pun dilakukan di tempat-tempat yang memiliki intensitas tinggi terhadap kontak dan interaksi langsung dengan banyak orang seperti fasilitas umum, perkantoran, hingga pemukiman warga. Namun, tidak banyak diketahui bahwa cairan disinfektan ini sebenarnya memiliki dampak yang buruk apabila bersentuhan langsung ke tubuh manusia.

 

Awal penggunaan di Indonesia.

<img style=

foto: merdeka.com/Imam Buhori

 

Dilansir brilio.net dari merdeka.com pada Selasa (31/3), penggunaan cairan disinfektan ini pertama kali dilakukan Pemerintah Indonesia secara resmi pada penerimaan WNI (Warga Negara Indonesia) yang telah kembali dari Wuhan, kota episenter pandemi virus Corona.

Pada saat itu, pemerintah berhasil mengevakuasi sebanyak 237 WNI dan 1 WNA (Warga Negara Asing) pada tanggal 12 Februari 2020 yang lalu. Proses evakuasi ini menggunakan pesawat Batik Air dan tiba di Bandara Hang Nadim, Batam untuk selanjutnya dilakukan prosedur karantina selama 14 hari seperti rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Saat seluruh penumpang turun dari pesawat, petugas yang mengenakan alat perlindungan diri (APD) telah bersiap untuk menyemprotkan cairan disinfektan. Penyemprotan cairan disinfektan ini dirasa oleh banyak pihak menuai banyak kontroversi. Sebab, keamanan serta keefektifan dari cairan disinfektan bagi manusia ini belum terbukti.

 

Kandungan senyawa.

<img style=

foto: merdeka.com/Imam Buhori

 

Kandungan senyawa yang terkandung di dalam cairan disinfektan ini beragam di antaranya adalah senyawa chlorin, hydrogen peroksida, creosote, aldehid, quaternary ammonium compunds (quats), idiofor, dan alkohol. Selain itu, cairan disinfektan pada dasarnya memiliki kandungan senyawa yang disebut dengan biosida dengan kadar yang cukup tinggi.

Merujuk pada Klikdokter, formula untuk membuat cairan disinfektan ini harus terdaftar pada badan EPA (Environmental Protection Agency). Senyawa yang terformulasikan dalam cairan disinfektan ini bekerja dengan cara merusak sel tubuh kuman, bakteri, dan virus.

Oleh karena itu, cairan disinfektan lebih efektif digunakan dan diaplikasikan pada permukaan benda-benda yang ada di sekitar. Penyemprotan cairan disinfektan ini dapat dilakukan pada benda-benda yang sering terjamah oleh manusia seperti gagang pintu, toilet, meja, kursi, saklar lampu, dan lain sebagainya.

Berikut dilansir brilio.net dari merdeka.com, Selasa (31/3), 3 bahaya jika disinfektan disemprotkan ke tubuh manusia.

 

1. Dapat megalami gangguan sistem pernapasan.

<img style=

foto: freepik.com

 

Beberapa kandungan senyawa yang terdapat pada cairan disinfektan disinyalir dapat menimbulkan gangguan kesehatan apabila terhirup. Tubuh manusia akan merespons hal tersebut apabila terjadi dalam jangka waktu yang pendek dengan mengeluarkan zat beracun tersebut melalui sistem metabolisme tubuh.

Namun, apabila tindakan tersebut dilakukan secara jangka panjang, maka sistem pertahanan tubuh perlahan akan menurun dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada sistem pernapasan. Sebab, cairan disinfektan sangatlah berpotensi untuk terhirup secara tidak sadar ketika disemprotkan secara langsung pada tubuh manusia.

Untuk itu, hindari penyemprotan cairan disinfektan secara berulang-ulang untuk menghilangkan dan mematikan virus Covid-19. Cukup cuci tangan untuk menangkal penyebaran virus Corona Covid-19 secara rutin pada waktu-waktu yang penting.

Dengan metode cuci tangan, harapannya dapat mengoptimalkan tindakan pencegahan melalui cara yang aman dan meminimalisir munculnya gangguan kesehatan lain.

 

2. Mengalami keracunan.

<img style=

foto: freepik.com

 

Cairan disinfektan dirasa tidak efektif untuk membunuh virus, kuman, dan bakteri apabila disemprotkan secara langsung ke tubuh manusia. Sebab, cairan disinfektan hanya mampu menyentuh bagian luar tubuh manusia dan pakaian serta benda yang menempel pada tubuh.

Padahal, virus, kuman, dan bakteri mungkin telah masuk dan menginfeksi sel-sel di dalam tubuh. Untuk itu, cairan disinfektan sebaiknya tidak disarankan untuk disemprotkan langsung pada tubuh manusia.

Bukan mematikan virus, langkah tersebut justru mungkin akan memicu masalah kesehatan lainnya pada manusia seperti keracunan apabila tertelan. Untuk itu, hindari untuk menyentuh mulut ketika terjadi kontak dengan cairan disinfektan.

Selalu tutup segitiga wajah apabila kamu keluar rumah. Kamu dapat menggunakan masker sebagai tindakan pencegahan terhadap dampak buruk penyemprotan cairan disinfektan di tempat-tempat umum.

 

3. Berbahaya jika kontak dengan kulit, mata dan mulut.

<img style=

foto: freepik.com

 

Dilansir pada Liputan6.com, kandungan lysol yang dapat ditambahkan ke dalam cairan disinfektan dapat menimbulkan alergi dan sangat berbahaya apabila terhirup, tertelan, atau kontak dengan mata dan kulit.

Selain itu, melalui akun Twitter, WHO Indonesia pada Minggu (29/3) lalu mengingatkan untuk tidak menyemprotkan cairan disinfektan secara langsung ke tubuh manusia. Sebab, kandungan yang ada pada cairan disinfektan dapat menyebabkan masalah kesehatan apabila terkena selaput lendir seperti mata dan mulut.

"#Indonesia, jgn menyemprot disinfektan langsung ke badan seseorang, karena hal ini bisa membahayakan. Gunakan disinfektan hanya pada permukaan benda-benda. Ayo #LawanCOVID19 dgn tepat," tutur WHO Indonesia.