Brilio.net - Planetarium Jakarta yang terletak di kawasan Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, saat ini masih menjadi salah satu tujuan wisata edukasi yang menarik, khususnya bagi anak-anak. Namun fasilitas yang dimiliki nyaris tidak ada pembaruan, bahkan banyak rusak dan tidak diperbaiki. Sehingga banyak yang tidak bisa dinikmati.

Belasan anak tampak asyik melihat-lihat koleksi di ruang pameran (Exhibition Hall), Jumat (26/5). Mereka terpaksa hanya melihat replika atau alat yang pernah dimiliki planetarium. Tidak ada fasilitas elektronik yang menyala seperti peralatan untuk diorama atau layar televisi. Padahal beberapa diorama yang ada sebelumnya bisa menyajikan gambaran ruang angkasa dengan sangat menarik sekaligus memberikan edukasi yang mudah kepada anak-anak.

planetarium © 2016 brilio.net

Pengunjung anak-anak tak bisa menikmati seluruh fasilitas yang ada karena rusak.
© 2016 brilio.net/Islahuddin


BACA JUGA: Awas terharu, 17 foto ini tunjukkan perjuangan berat calon atlet China

“Melalui diorama kita sebenarnya bisa melihat keadaan luar angkasa seperti planet Mars dan lainnya. Namun hal itu sekarang tidak bisa dipergunakan,” kata Vina Rieza Rachmawati seorang narator yang bertugas menjadi guide di ruang pameran.

Anggaran planetarium juga tidak cukup untuk memperbaiki semua kerusakan. “Memang sudah ada pengajuan anggaran untuk tahun depan, namun tidak tahu apakah akan disetujui Pemerintah Provinsi DKI atau tidak,” ujar Vina.

Vina yang sudah bekerja selama empat tahun di planetarium ini mengaku anggaran saat ini sangat minum. Tidak cukup untuk memperbaiki kerusakan yang ada. Bahkan di ruang pertunjukan teater bintang ada sejumlah lampu tidak menyala. Sehingga ada rasi bintang yang tidak bisa disajikan kepada pengunjung. Lampu itu menurut Vina harganya sekitar Rp 6 juta dan harus didatangkan dari luar negeri.

planetarium © 2016 brilio.net

Selain sejumlah fasilitas yang rusak, Planetarium juga tak memperbarui fasilitas.
© 2016 brilio.net/Islahuddin


Di ruang pameran, praktis pengunjung hanya melihat gambar, koleksi buku, replika benda ruang angkasa yang terbatas, hingga penjelasan rasi bintang dan zodiak hanya disajikan dengan gambar saja. Tidak ada teknologi modern yang menyajikan pemandangan yang indah dan mudah tentang luar angkasa. “Dulu pengunjung bisa melihat panorama kota saat disajikan pemandangan tentang luar angkasa. Namun panorama itu sudah tidak ada,” tambah Vina.

Kondisi planetarium saat ini jauh berbeda dibanding saat pembangunannya di era 1970-an. Fasilitas yang dirintis sejak zaman Bung Karno ini kala itu menjadi salah satu tonggak sejarah bagi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia, khususnya dalam bidang astronomi. Teknologi yang dipergunakan, saat itu termasuk yang paling mutakhir. Tapi kini nasibnya merana karena kurang terawat.