Brilio.net - Setelah sukses dan menuai banyak pujian dari berbagai pihak pada gelaran edisi pertama International Conference on Indonesia Development (ICID) pada 2013 silam di Den Haag, Perhimpunan Pelajar Indonesia di Belanda (PPI Belanda), kembali menggelar ajang serupa pada 19-21 September 2019 lalu. Kali ICID digelar di Rotterdam, Belanda.

Pada edisi kedua ini ICID mengusung topik Inclusive Development in Facing Industry 4.0: Opportunities and Challenges in Indonesia. Hal ini sesuai dengan keadaan saat ini di mana Indonesia tengah menghadapi revolusi industri 4.0. Acara ini pun menjadi ajang bertukar informasi dan diskusi.

ICID 2019 © 2019 brilio.net

Selain itu acara ini juga membidani lahirnya sejumlah rekomendasi untuk pemerintah Republik Indonesia dan semua pemangku kepentingan. Fokus diskusi rekomendasi meliputi dua aspek yaitu STEM (Science, Technology, Engineering, Math) dan Ilmu Sosial (Ekonomi, Agrikultural, Hukum, Pendidikan, dan Penelitian Sosial).

Rekomendasi–rekomendasi yang telah dibuat dari acara ini nantinya diharapkan dapat menjadi patokan bagi pemerintah saat menghadapi tantangan di era industri 4.0. Maklum, revolusi industri 4.0 sendiri memiliki multiplier effcet dibanyak aspek, seperti politik, ekonomi dan sosial budaya. Hal inilah yang perlu sekali dipersiapkan agar efek efek negatif dapat diminimalisir. Sebaliknya, efek positif lebih ditingkatkan.

Oh iya, acara yang digelar di Universitas Erasmus Rotterdam ini, menghadirkan banyak pembicara ternama di antaranya Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro, Sekretaris Utama Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Restog Krisna Kusuma, Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute Agus Harimurti Yudhoyono, Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto, Ketua Komisi X DPR RI Djoko Udjianto, dan perwakilan Rumah Milenial Satya Hangga Yudha Widya Putra.

ICID 2019 © 2019 brilio.net

Dalam topik Menuju Industri 4.0, Agus Hermanto memaparkan bagaimana industri 4.0 saat ini sebagai arah industri di dunia pada abad ke-21 lebih banyak memanfaatkan penggunaan internet, big data, dan artificial intelligence (AI). Karena itu dibutuhkan pengembangan sistem fisik cyber yang memungkinkan orang untuk terhubung dengan mesin dan data besar menggunakan internet.

Tak heran jika Kementerian Perindustrian memutuskan program untuk menjadikan Indonesia 4.0 pada 2018 lalu sebagai peta jalan terintegrasi di era teknologi ini. “Ini adalah pedoman yang jelas untuk masa depan, dengan fokus pada lima sektor utama untuk memperkuat ekonomi yakni F&B, tekstil, pakaian jadi, otomotif, elektronik, kimia. Karena itu perlu memperkuat kerja sama antara semua pemangku kepentingan untuk membuat Indonesia dapat bersaing di era globalisasi ini,” papar Agus.  

ICID 2019 © 2019 brilio.net

Menghadapi industri 4.0 Agus juga menyoroti mengenai implementasi energi terbarukan misalnya smart grid untuk mengurangi gas rumah kaca, termasuk menggantikan penggunaan bahan bakar fosil pada energi baru terbarukan.

“Industri 4.0 dapat membantu mengalihkan mobil berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik. Energi terbarukan sebagai sumber utama. Pemerintah harus mendorong penggunaan kendaraan listrik,” tegas Agus.

Acara ICID pun diharapkan memberikan inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk menemukan solusi dalam tantangan bisnis di masa depan.

(muhammad ikram/mgg)